0 3 0

0 1 0
                                    

“Sorry, Queen.”

Saat ini Amora tengah menyusuri koridor sekolahnya. Menatap lurus kearah depan, tiba-tiba ada seseorang menabraknya. Bukan hanya itu, tubuhnya terasa panas dan basah.

“Rania!” teriak Amora lantang disaat Rania menumpahkan semangkuk bakso keseragamnya.

“Ups, sorry Queen,” kata Rania lalu tertawa.

Amora melirik seorang siswa berkacamata yang tengah membawa secangkir kopi. Amora mengambil 2 lembar uang berwarna merah dari sakunya dan meletakkannya dinampan milik lelaki itu.

Setelahnya, Amora mengambil secangkir kopi panas itu dan menyiramkannya keseragam Rania membuat gadis itu berteriak kepanasan.

“Lo tau? Sejak kecil gue diajarin untuk lebih banyak bertindak daripada bicara. Makanya, sekarang gue berada jauh didepan lo Rania.”

Setelah mengatakan itu, Amora melanjutkan perjalanannya yang tertunda karena curut kecil itu. Gadis itu juga menepis seragamnya yang basah.

Glup

“Gue belajar dari Ratu gue. Kalo kita harus lebih banyak bertindak,” kata Gara membuat Amora tertawa.

Sebenarnya Amora sedikit terkejut disaat Gara dengan tiba-tiba memakaikan hoodie oversize kepadanya. Tidak, itu bukan oversize tetapi hoodie Gara yang terlalu kebesaran jika digunakan Amora.

“Aman Nan?”

“Aman, udah gue bales juga tuh anak.”

Gara mengusap rambut Amora lembut.

“Jangan terlalu sering berurusan sama dia ya? Gue ngerasa ada hal buruk yang bakal terjadi,” nasihat Gara membuat Amora menoleh.

“Lo sekarang bela dia?” tanya Amora membuat Gara menggeleng.

“Maksud gu—”

“Ra,” terdengar suara seseorang dari arah depan membuat Gara dan Amora mendongak.

“Aldo? Kenapa?” raut Amora berubah serius.

“Nanti pas istirahat temui gue di lapangan basket indoor ya?”

***

“Jangan temui Aldo,” Amora dibuat semakin kesal.

“Kenapa sih? Lagi pula gue suka Aldo!” Gara dibuat terdiam.

“Tapi Aldo cowok toxic, Amora,” balas Gara lembut.

“Semua cowok punya nafsu kan? Lo juga pun—”

“Tapi gue masih bisa ngendali—”

“Terserah! Suka-suka gue! Kenapa sih lo posesif banget? Lo bukan siapa-siapa gue!” kata Amora membuat Gara terdiam.

Memang benar kata gadis itu, Gara bukanlah orang yang berharga bagi Amora. Tetapi Gara, tetap saja menganggap Amora gadis yang spesial.

“Gue gak suka dikekang.” kata Amora lalu melangkah pergi, meninggalkan Gara dengan pikirannya.

“Sorry, Queen.”

***

Kini Amora tengah menunggu Aldo di lapangan basket indoor. Gadis itu berdiri dengan tangan yang bersidekap didada.

“Amora,” terdengar suara berat yang Amora sangat yakin bahwa itu adalah suara milik Aldo.

“Aldo, kenapa?” tanya gadis itu membuat Aldo tersenyum canggung.

“Lo butuh kepastian dari gue kan?” Amora mengangguk tanpa ragu.

“Will you be my girlfriend?” Aldo berjongkok sambil memberikan sebuket bunga mawar merah ditangannya. Melihat hal itu, pipi Amora bersemu.

SCHEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang