35 [RIP]

4.1K 599 37
                                    

Happy reading^^

-Pergi tanpa pamit itu hal yang paling menyakitkan.-

Aurel terbangun, matanya terasa silau. Pancaran sinar matahari langsung menemui kedua matanya. Sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat "Semalam... ANDY!DINDA!"

Dengan cepat Aurel berlari menuju lantai bawah. Tidak ada siapa-siapa di dapur, ia lalu berlari menuju ruang tamu. Terlihat Sinta mengenakan kerudung dan pakaian serba hitam sedang menenangkan Dewi, Ibunya Andy.

"Bunda, Tante. ANDY! DINDA!"tangis nya pecah.

"Aurel, hiks hiks"Dewi langsung memeluk erat tubuh Aurel.

"Andy sama Dinda.... Lagi di rumah sakit kan?" Aurel mencoba melepaskan pelukan Dewi.

"Aurel, Andy sama Dinda udah meninggal.... Hiks hiks,"

Flashback.
D

ert. Handphone Aurel berbunyi.

Tangan Aurel bergetar hebat. Tubuhnya berkeringat dingin, yang dia takutkan apakah akan terjadi secepat ini? Sambil memejamkan mata ia mengangkat telepon.

"Aurel. Andy sama Dinda kecelakaan,"ucap Abadi.

"APA? ENGGA!! Gausah bercanda, gak lucu tau gak?"

"Mereka meninggal,"suara Abadi serak khas orang habis menangis.

"Haha lucu. Udah, gua lagi di prank 'kan? Ini gak bener 'kan?!"

"Buat apa gua ngeprak hal kaya gini?! GUA JUGA GAK PENGEN DITINGGAL SAMA MEREKA!"

Handphone nya terjatuh ke lantai. Air mata tidak bisa di bendung, bagaimana bisa ini terjadi? Aurel harap ini hanya mimpi. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding sambil memeluk erat kakinya.

"Gak! Engga mungkin. Ini pasti mimpi? Iya gua harus bangun,"pukul kepala dengan kedua tangannya.

Terasa sakit, namun sudah tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sesak yang memburu di dada. Aurel terus memukul dadanya berharap rasa sesak ini bisa berkurang. Pandangan nya mulai buram, kepala terasa sangat sakit.

Flashback off.

"Aurel mau lihat mereka untuk terakhir kalinya,"tuturnya sambil mengusap air mata.

"Biar bunda antar kamu ya,"tawar Sinta dengan derai air mata.

Sambil menutupi kesedihannya, Aurel tersenyum getir "Gausah. Bunda di sini aja sama Tante,"tolaknya.

Aurel mengambil kunci motor nya. Ia langsung mengemudi dengan kecepatan tinggi. Lima belas menit kemudian ia melewati rumah Andy. Di sana sudah banyak orang yang mengenakan baju serba hitam. Aurel melihat sekilas lalu terus menuju pemakaman.

"Aurel? Gua harus susul dia,"tutur Azeel.  Tetapi tangannya di cekal oleh Abadi.

"Biarin dia sendirian dulu,"tuturnya.

Dengan terpaksa Azeel mengikuti saran Abadi. Sebenarnya ia sangat ingin berada di samping Aurel untuk saat ini, saat Aurel memerlukan teman untuk mengadu kesedihannya.

Aurel sudah berada di depan gerbang makam. Ia segera melepaskan alas kaki lalu membaca doa. Setelah itu barulah berjalan dengan gontai. Angan-angan kenangan bersama Andy dan Dinda terus menghantui pikirannya. Memasuki makam berarti menemui para arwah yang tinggal di sini. Bau hanyir, bau wangi dan beragam bentuk "makhluk halus" Aurel lihat.

"Andy.... Dinda..."ucapnya saat melihat kedua makam bersebelahan yang baru.

"Secepat ini kalian ninggalin gue. Tanpa pamit, kalian pergi begitu aja. KENAPA NDY? KENAPA DIN? gue sayang sama kalian hiks hiks,"Aurel menangis sejadi-jadinya.

"Gue gak cengeng. Cuma gua iri, betapa saling cinta kalian sampe meninggal aja berdua. Coba satu-satunya aja, biar gua nangisnya gak kaya gini. JAHAT LO PADA! Pergi tanpa pamit itu hal yang sangat menyakitkan.

"Manusia lemah. Begitu saja dia sudah menangis sambil sesenggukan,"cemoohan para hantu.

"WOI LU PADA! KALAU NGOMONG JANGAN DI DEPAN GUA! BY ONE HAYUK,"bentak Aurel yang tidak terima jadi bahan gibah.

"Rupanya anak indihe. Ngajak by one rupanya,"

Para hantu menyerang Aurel secara bersamaan. Aurel yang diserang tiba-tiba langsung membaca ayat kursi, sontak saja semua penghuni makam kocar-kacir.

"Lagi sedih malah dibuat jadi pengen gelud!"Aurel menghembuskan napasnya pelan.

"Sorry ya Andy sepupu ku yang baik dan Dinda sahabat ku yang baik tadi ada iklan bentar. Lanjut lagi hiks hiks,"ia kembali menangis melanjutkan yang tadi.

"Gua capek nangis mulu. Gara-gara kalian nih gua nangis jadi gak berwibawa 'kan jadinya. Oh iya, nanti malem jangan lupa nyamperin gua. Lo berdua 'kan mati gara-gara kecelakaan. Arwah kalian pasti jadi penasaran sama yang nabrak,"bisik Aurel pelan.

"Bye-bye! See you nanti malam. Assalamualaikum!"ucapnya sambil kembali menuju motor.

Sambil menarik ulur ingusnya yang hampir keluar. Aurel mendatangi rumah Andy dan Dinda. Ia melihat tatapan sendu dari semua orang. Hiks hiks sroot, "Lega rasanya"tutur Aurel yang sedang ada di kamar mandi.

"WOI! WhatsApp! Lama gak ketemu,"ucap Aurel pada Clara.

"Au-aurel. Gue turut berduka cita atas meninggalnya Andy sama Dinda,"tangis Clara.

"Gua juga turut berdukacita ya. Gue yakin Lo kuat hadapi ini semua,"usap punggung Aurel oleh Azeel.

"Turut berdukacita ya Rel,"ucap Abadi yang terlihat matanya bengkak karena terus menangis.

"Makasih ya. Kalian semua udah mau datang ke sini,"ucap Aurel sambil tersenyum.

"Sama-sama Rel,"jawab semua teman Aurel beserta teman-temannya Alm. Andy dan Dinda.

"Oh iya. Nanti malem yang masih gak terima mereka berdua meninggal. Dateng aja ke rumah gua, kita main jelangkung sama-sama,"jempol Aurel diacungkan.

Reflek Azeel dan Abadi menjitak kepala Aurel secara bersamaan. Suasana pun kembali tenang, muncul senyum dari orang-orang yang telah lelah menangisi kepergian Andy dan Dinda yang secara tiba-tiba ini. "Kebiasaan!"

TBC

Indigo Bobrok 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang