01

31 6 1
                                    

"Mom, Lisa mohon jangan usir Lisa." tangisan Lisa sudah tidak terbendung lagi ibunya satu-satunya keluarga yang dia punya malah mengusirnya demi laki-laki bajingan itu.

"Anak sialan!" teriak Tiffany yang melempari barang-barang anaknya keluar, sedangkan pria bajingan itu kini terlihat puas dengan apa yang dia lihat sekarang.

"Bukan Lisa mom yang menggodanya, tapi pria bajingan itu yang sudah menggoda Lisa. Apa Lisa harus diam saja, saat bajingan itu mau melecehkan ku?"

"Aku anakmu mom, kenapa kau tega padaku hanya karna bajingan itu." lanjutnya.

Lisa tidak habis pikir dengan ibunya itu yang membela habis-habisan kekasihnya dibanding dengan anak kandungnya sendiri. Bisa dirinya Lihat bajingan itu tersenyum mengejek sembari menatapnya.

"SIAPA YANG KAU SEBUT BAJINGAN, HAH?!" bentak Tiffany. Lisa hanya menangis tersedu-sedu karena bentakan ibunya dia tahu harus bagaimana.

"Baik! Lisa akan pergi, pesan Lisa cuma satu, jaga diri mommy baik-baik." Tiffany memalingkan wajahnya kearah lain enggan menatap putrinya itu yang wajahnya sudah memerah dan berair mata.

Dia terlihat masa bodo dengan apa yang putrinya katakan toh sudah ada kekasihnya yang akan melindunginya, jadi dia tidak perduli Lisa pergi, anak sialan itu memang harus pergi pikirnya.

Tapi, Tiffany tidak tahu bahwa pria yang sangat dia cintai hampir memperkosa putri kandung satu-satunya. Dia sudah dibutakan oleh cinta.

Lisa mulai memunguti barang-barang miliknya yang dilemparkan oleh Tiffany dan berbalik melangkah meninggalkan kediaman ibunya.

Masih dengan terisak, Lisa berjalan dengan lunglai dia tidak tahu harus kemana. Ini sudah sangat malam dan dia tidak punya banyak uang untuk sekedar menginap di hotel.

Dengan sisah uang tabungannya Lisa memberhentikan taksi yang lewat.

Dan, disinilah sekarang dirinya di bandara, dia sudah memesan tiket pesawat. Lisa akan pergi jauh dari kehidupan ibunya dan kekasih bajingan ibunya itu.

"Lisa rindu Daddy." ucap batinnya.

Lisa berjalan memasuki pesawat karena pesawat sebentar lagi akan lepas landas.

Sakit? Sangat! Hatinya begitu sakit keluarga satu-satunya yang dia sayangi malah mengusirnya demi pria bajingan itu ibunya sudah dibutakan oleh cinta. Tiffany tidak tahu betapa trauma dirinya saat pria yang Tiffany cintai itu hampir memperkosanya, tapi ibunya malah menuduhnya yang menggoda.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh, sekarang Lisa sudah berada di apartement sederhana yang dia sewa. Mungkin cukup uang tabungannya untuk makan hari ini dan besok. Setelahnya dia akan mencari pekerjaan demi menghidupi dirinya sendiri ditempat yang baru ini.

Lisa mulai merapihkan pakaiannya, pertama-tama dia akan membuka tas ransel miliknya dan saat membuka tas itu Lisa langsung melihat foto dirinya dengan sang ayah, keduanya nampak bahagia di foto itu.

Perlahan cairan bening berjatuhan dikedua pipinya sampai membasahi foto yang dia pegang. Lisa sangat merindukan ayahnya, hanya ayahnya yang dapat menyayanginya.

Lisa menghapus air matanya dan menaruh foto itu diatas meja nakas. Sesudah beres-beres Lisa membersihkan dirinya sendiri abis itu dia akan beristirahat sejenak.

..

Sinar matahari memasuki celah-celah jendela. Pria yang sedang bergelung manja dengan selimut kini mulai terusik dengan cahaya matahari yang masuk. Namun, tetap saja tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya akan beranjak dari ranjang sampai ketukan pintu membangunkannya.

"SEHUN BANGUN! BANGUN KAU KEPARAT!" teriak seseorang dari luar kamar sembari mengetuk-ngetuk pintu dengan keras.

Sehun pria itu menggeliat lalu membuka matanya, dia berdecak pelan saat tahu siapa dalang dibalik seseorang yang meneriakinya sembari mengetuk pintunya dengan sangat keras.

Dia pun beranjak dari ranjang, matanya tidak sengaja melihat jam yang berada diatas meja nakas seketika itu matanya melotot dengan sempurna, oh shit! Dia terlambat.

Dengan cepat dirinya berjalan kearah kamar mandi. Sedangkan seseorang yang berada diluar kamarnya mendengus karena tidak ada sahutan dari dalam kamar.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit Sehun sudah rapih dengan pakaian kantor. Dia pun langsung menghampiri sahabatnya yang sudah menunggu.

Sehun pun berjalan mendekati sahabatnya yang sedang duduk sofa dengan kaki kanan yang dia tumpukan ke kaki kiri.

"Dasar keparat! Kenapa lama sekali?" gerutunya kesal.

Sehun hanya diam tidak perduli umpatan yang diberikan oleh sahabatnya kepadanya.

Keduanya pun segera menuju lobby dan meninggalkan apartment mewah milik Sehun.

To be continue..












Hi guys!

Aku publish ulang part pertama dulu ya, sebenarnya ini tuh dua part cuma aku jadiin satu aja karena satu part-nya cuma sedikit biar bacanya agak panjang aku jadiin satu aja.

Oh ya, ini aku ubah sedikit ceritanya jadi yang mau baca ulang silahkan dan jika ada typo mohon tulis di komentar ya biar aku revisi ulang.

Jangan lupa vote dan komen nya ya.

Thank you all!

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang