chapter 3: jangan libatkan aku

1.9K 312 6
                                    

Jangan libatkan aku.

Liev berbaring malas di kasur rumah sakit, matanya melamun menatap langit-langit ruangan. Diam membisu tapi pikirannya kacau. Memikirkan kenapa nasibnya sangat sial. Dikurung adik penghianatnya dan sekarang memasuki tubuh penjahat sampah yang memiliki IQ rendah.

Ia berteriak dan memaki namun tidak ada suara yang keluar, sontak ia memegang lehernya. Tenggorokannya masih terasa sakit, matanya ke arah meja lalu tangannya meraih gelas berisi air dan meminumnya.

Setidaknya dengan ini tenggorokan ku tidak terlalu kering.

"Aa-a,"

'Ini masih, masih sakit'

Liev mencoba mengeluarkan suaranya setelah minum tapi itu masih serak dan terasa sakit, ia memutuskan diam hingga suaranya kembali normal.

'Sebenarnya kejadian macam apa yang terjadi saat penyerangan itu sampai suara nya sampai seperti ini'

Ini alur yang tidak tertuliskan di novel, aku tebak Rohan masih belum muncul saat ini. Mungkin... mudah-mudahan saja.

Aku tidak bisa membayangkan kepalaku digantung di gerbang rumah dan mayatku di cincang lalu dijadikan makanan anjing.

Ayo, ayo pikirkanlah hal lain, selagi diriku telah masuk ke dunia novel, lebih baik untuk melihat-melihat--Hm?

Liev menyadari sepertinya hanya suaranya yang belum normal tapi tidak dengan tubuhnya. Saat ini ia merasa sangat sehat dan jalan-jalan di sekitar lingkungan rumah sakit manjadi pilihannya untuk menghabiskan waktu luangnya.

Liev bangkit dari ranjangnya, mendorong tiang infus dan berjalan keluar dari kamarnya.

Berjalan, ia mengamati sekitar, mulai dari pasien, suster dan dokter berlalu lalang sibuk menjalani tugas mereka, juga pasien lansia yang duduk di kursi roda di temani oleh perempuan muda, ada juga anak yang sedang diperiksa untuk pertama kalinya dan merengek ingin pulang lalu terdiam saat dokter memberi lolipop sebagai hadiah, dan bau makanan kantin rumah sakit yang menembus bisa sampai di lantai ini.

"....."

Semilir angin menyapu dirinya.

Angin lembut musim panas menerpa dirinya saat berjalan, daun hijau menyapu rambut abu-abu miliknya berkilau terang ketika bersiram cahaya matahari.

'sangat damai' pikirku..

Urinasi mendorongnya untuk mencari toilet ia mengikuti tanda panah lalu berbelok tidak jauh dari ya terdengar suara tangisan pilu wanita dari diujung bangsal.

'sangat damai, pantatku!'

"Sayang, tenangkan dirimu, tidak apa-apa, tidak apa-apa, ini takdir dewa untuk kita.

"Tapi Fredd aku-aku.. tidak bisa..tidak..bisa"

"Aku sudah lama menunggunya, aku sudah memilih nama khusus untuk bayi kecil kita. Kita menunggunya walau masih dalam kandungan aku sangat menyayanginya, tapi aku membunuhnya -membunuhnya didalam rahim ini!"

Raut wajah wanita itu penuh rasa kehilangan yang sangat mendalam sambil memegang erat perutnya

"Bukan Frida itu bukan salahmu, itu bukan salahmu."

Sang suami berusaha menenangkanya sambil memeluknya erat dengan penuh kasih sayang.

"......"

"Bohong"

"Sayang?"

"Pembohong!!"

Sang istri berteriak meledak dengan emosi tak terkontrol.

[Drop]Snake Becomes a Member Of The Military Force [SBMOMF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang