Happy Readings
📖📖📖
..
.
⚛Price of Throne⚛
Dengan perlahan, Lilianne menatap luas pada orang-orang yang kini tengah menatapnya. Hingga suara dari sang Ratu memecah atensi.
"Kalau tidak salah, Anda bekerja di bidang penelitian kerajaan bukan Lady Lilianne?"
Lilianne mengangguk. "Benar Yang Mulia Ratu. Saya bekerja di sana sebagai peneliti."
"Ini pertama kalinya aku mendengar ada wanita yang bekerja di bidang penelitian. Bidang apa yang Anda kerjakan?"
"Bidang teknologi Yang Mulia Ratu. Kami sedang mengembangkan mobil perang dan senjata yang bisa meledakkan wilayah. Maka dari itu, saya meminta ijin kepada Yang Mulia Ratu atau Putra Mahkota langsung. Maaf kelancangan saya meminta ijin saat perjamuan ini. Semua ini juga upaya dari kami untuk melindungi kerajaan North di masa depan nanti."
Sudah terlanjur basah, Lilianne mengungkapkan pemikiran random tersebut. Jadi, tidak masalah bukan untuk melanjutkan langsung niatan tersebut?
Sang Ratu juga para tamu terkejut dengan ungkapan Lilianne. Kecuali Albert yang tahu rencana uji coba persenjataan tersebut. Karena dirinya lah yang mengatur perihal tatanan kerajaan. Rencana ini sudah ia dengar beberapa hari lalu.
Sedangkan Edgar juga terlihat biasa. Dirinya pernah mendengar rencana tersebut dari Panglima militer, Damien Brandt. Tapi sebatas rencana, belum ada tindak lanjutnya. Dirinya tidak menyangka jika rencana tersebut memerlukan sebuah wilayah untuk uji coba.
Yang lebih mengejutkan adalah dirinya tidak tahu jika salah satu kandidat calon istrinya terlibat langsung dalam rencana tersebut.
"Rencana kalian sepertinya memiliki resiko dalam beberapa faktor. Aku tidak bisa memberikan keputusan, Lady Lilianne. Anda bisa mengajukan rencana itu untuk Raja ... Bagaimana menurutmu, Putra Mahkota?" tanya Ratu beralih pada Edgar.
"Ada banyak yang harus dipikirkan. Mengorbankan satu wilayah tidak bisa sembarangan. Saya menghargai permintaan Anda di perjamuan ini. Hanya saja, akan lebih baik untuk membicarakan langsung oleh Raja dan petinggi kerajaan. Juga pihak militer dan para ilmuwan," jelas Edgar.
"Saya mengerti, Putra Mahkota. Maaf kelancangan saya atas permintaan yang tidak sopan itu di acara formal ini," sesal Lilianne menunduk. Biar bagaimana pun kedudukannya tidak sebanding dengan Edgar.
Setidaknya, dirinya sudah mengutarakan apa yang menjadi polemik eksternal para pengembang di laboratorium. Sebab, ini adalah proyek besarnya bersama tim.
Suasana perjamuan itu pun kembali dikendalikan oleh Yang Mulia Ratu. Untuk acara selanjutnya, Ratu mengijinkan para kandidat untuk menghabiskan waktu bersama Putra Mahkota di sisa waktu perjamuan.
Hal ini bertujuan untuk mengenal langsung atau berbicara lebih leluasa kepada Putra Mahkota. Keempat kandidat kini berjalan bersama di salah satu taman kerajaan dengan Edgar.
Lilianne berjalan dengan jarak yang cukup jauh di belakang pria yang kelak akan menjadi Raja negeri ini. Di depannya terlihat para Lady mencoba memancing Edgar untuk sekedar bertanya atau semacamnya.
Dan yang cukup mendominasi adalah interaksi Edgar dan Emily. Karena memang dua orang tersebut sudah saling mengenal sebelumnya. Meski tak dipungkiri jika nada bicara Edgar terkesan datar dan tajam. Setidaknya pria itu mau menjawab meskipun hanya beberapa kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Price of Throne
عاطفيةTahta yang disanjung. Tahta yang diidamkan. Tahta yang menjadi rebutan. Kemelut yang terjadi saling berhubungan. Dan sebuah mahkota lah yang menjadi porosnya. Ketika sebuah keinginan untuk revolusi dan reformasi tidak tersampaikan. Hanya karena dia...