Turnamen pun usai, semua penonton beranjak dari tempatnya masing-masing. Begitu pula dengan rombonganku. Teman-temanku histeris karena tak menyangka bahwa Karasuno-lah yang akan menang, namun di sisi lain mereka juga bahagia karena baru kali inilah ada yang bisa mengalahkan Shiratorizawa. Apalagi tadi ada yang sempat berhasil mem-block pukulan dari Ushijima Wakatoshi, sang Ace dari Shiratorizawa. Wow, aku hanya tak menyangka bahwa di Karasuno ternyata ada anak yang seperti itu.
"Hayashi-chan, kamu udah ga sedih lagi kan?" Tanya salah satu temanku. Aku mengangguk antusias.
"Terima kasih, ya, karena sudah mengajakku untuk melihat turnamen ini. Mungkin kalau aku tidak ikut dengan kalian, aku pasti masih sedih sampai sekarang." Jawabku panjang.
Teman-temanku tersenyum tulus, dan mereka menepuk pundakku bergantian.
"Itu kan memang tugas kita untuk tidak membuatmu sedih lagi, hehe.."
"Iya, makanya aku sangat berterima kasih pada kalian."
"Eh, Hayashi-chan, kamu sangat menyukai tim Karasuno, ya? Tadi kulihat soalnya kamu menangis waktu tahu kalau Karasuno yang menang," celetuk salah satu temanku.
Aku tertegun. Jadi, tadi aku ketahuan?
"Haha iya, soalnya aku—"
Seperti baru tersambar petir, aku langsung saja berlari meninggalkan teman-temanku yang sedang kebingungan karena aku tak menyelesaikan kalimatku tadi. Aku baru teringat sesuatu soalnya.
Aku harus menemuinya! Sang Nomer Punggung #1!
"Hayashi-chan, kamu mau kemana??" Teriak salah satu temanku.
"Maaf, aku ada urusan penting. Kalian pulang duluan saja!" Jawabku dengan berteriak juga.
Maaf teman-teman, aku harus menemui orang ini! Karena ini menyangkut hidup dan matiku!
Aku pun berlari sekuat tenagaku dan menerjang banyak orang, fokusku terpecah karena aku berusaha untuk berpikir kira-kira ada dimana dia berada di kerumunan banyak orang seperti ini. Gymnasium ini tidak sekecil itu untuk aku kelilingi, dan kalau aku memakan waktu terlalu lama, bisa-bisa aku kehilangannya! Aku sangat sangat sangat ingin menemuinya!
"Hosh..hosh.." deru napasku terdengar berat dan terburu-buru. Aku belum terlalu lelah berlari, tapi sayangnya aku masih belum bisa menemukannya. Apa mungkin dia masih ada di ruang ganti? Apa aku kesana saja? Tapi aku tak tau dimana ruang gantinya! Bodohnya aku! Atau aku kembali ke dalam lapangan tadi saja, siapa tau dia masih ada disana? Tapi sekarang mungkin lapangannya sedang dibersihkan? Ke taman? Ke kantin? Ke tempat parkir? Aaaa aku bingung!
"Untuk sekarang, istirahat saja dulu.." gumamku. Aku pun duduk bersandar di tembok sebuah lorong sambil menyelonjorkan kedua kakiku.
Drap drap drap
Tiba-tiba saja aku melihat segerombol orang yang berlari seperti sedang mengejar sesuatu di depan lorong tempatku beristirahat. Tapi tunggu..
Bukankah itu tim voli SMA Karasuno? Mereka mau kemana kok lari-lari begitu?
Karena feeling-ku yang kuat, aku pun kembali berdiri dan mengikuti mereka berlari. Ternyata mereka berlari ke sebuah taman yang dekat dengan tempat parkir gymnasium. Kukira mereka mau pulang, tapi anehnya, mereka malah bersembunyi di balik tembok secara bergerombol, seolah-olah sedang mengawasi sesuatu. Apa-apaan ini?
Aku pun bingung dengan tingkah laku mereka, namun ada salah satu dari mereka yang berambut oranye menunjuk-nunjuk ke arah depan tepat ke arah taman sambil berbisik ke salah satu orang yang rambutnya hitam dan lebih tinggi darinya. Si rambut oranye itu terlihat antusias sekali. Maka aku pun mengikuti arah yang ditunjuknya tadi dan aku menemukan.. sesuatu yang membuat hatiku hancur berantakan. Oh Tuhan..
Disana, aku melihatnya, Sawamura Daichi, bicara berdua dengan seorang perempuan yang berambut pendek sekali, potongan rambutnya nyaris seperti potongan rambut laki-laki. Tapi perempuan itu manis, dan dia terlihat malu-malu berbicara dengan Sawamura Daichi. Sawamura Daichi hanya tersenyum tulus seperti biasanya.
Skenario terburuk yang bisa kupikirkan adalah.. perempuan itu akan menyatakan perasaannya kepada Sawamura Daichi. Ya, kemungkinan besar begitu. Siapapun orang yang melihat perempuan itu pasti langsung tau kalau dia menyukai Sawamura Daichi. Itu terlihat jelas di tatapan kedua matanya yang begitu berbinar saat memandang Sawamura Daichi.
Aku yang tau akan hal itu hanya diam, menatap kedua orang itu dengan perasaan was-was dan takut. Tujuanku tadi adalah untuk menemui Sawamura Daichi dan menyatakan perasaanku padanya, tapi mengapa aku malah harus melihat peristiwa pahit ini?
Aku ingin segera pergi jauh dari tempat itu, namun kedua kakiku tak bisa digerakkan, kaku sekali. Ya, sekujur tubuhku kaku, bergetar tak karuan. Aku ingin menangis dan mencegah perempuan itu untuk menyatakan perasaannya, tapi aku tidak berhak untuk itu. Tapi mengapa.. setelah 3 tahun lamanya aku memendam perasaanku, dan pada hari ini akhirnya aku tahu kalau orang yang sedang kucari kini ada di depanku, dan takdir malah mempermainkanku seperti ini? Kenapa? Apa salahku? Apakah aku memang hanya ditakdirkan sebagai orang biasa yang kebetulan bertemu dengan Sawamura Daichi? Apa aku bahkan tak berhak untuk sekedar menyapanya?
Pada akhirnya, aku hanya bisa menangis lirih, sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku disitu. Aku payah, aku bahkan tak bisa meraih orang yang kusuka. Aku kurang cepat. Jika saja aku tadi berlari lebih cepat dan bertemu dengannya lebih dulu, pasti sampai sekarang aku masih punya harapan. Tapi sekarang apa? Apa yang kudapat malah menyakitiku, lebih dari yang sebelum-sebelumnya. Aku sudah lelah..
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG AWAITED •Daichi Sawamura (Haikyuu)• COMPLETED✓
Fiksi PenggemarHayashi Ayako jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang laki-laki yang tak ia ketahui namanya di sebuah pertandingan voli, dan dengan segenap kekuatannya dia berusaha mencari tau siapa laki-laki tersebut, hingga ia pun sampai pada titik jenuh...