بسم الله الرحمن الرحيم
Ya Allah, saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cinta-Mu jauh lebih besar daripada kekecewaanku.
- Ali Bin Abi Thalib -
- - -
typo bertebaran, janlupa ingetin ya! thank u pwrend, selamat membaca! 💓
- - -
Hari ini, Ashdan kembali ke tanah airnya, Indonesia. Ya, setelah kurang lebih empat tahun laki-laki itu pergi untuk menempuh pendidikan di Kairo, Universitas Al Azhar.
Akhirnya dia tiba di Indonesia, sekarang Ashdan sudah berada di depan rumahnya. Rumah yang ia rindukan selama empat tahun ini. Rumah yang sederhana tapi penuh dengan kenangan.
Ia rindu dengan Umi dan Abi-nya, rindu dengan suasana rumah nya, dan rindu dengan masakan Umi-nya.
Ashdan mengela nafas pelan, mengurangi rasa gugupnya.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamu'alaikum,"
Tak lama kemudian pintu rumah terbuka, menampilakan Umi-nya dengan raut muka kaget.
"Wa'alaikumus--salam, Abang?!"
"Umi.." Ucap Ashdan kemudian memeluk Umi-nya, menyalurkan rasa rindu yang ia pendam selama empat tahun belakangan ini. Ya walaupun sering kali video call, tapi tetap saja, rasanya berbeda. Ashdan tetap rindu dengan wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya ini.
"Ashdan? Maa Sya Allah, Umi kangen banget sama kamu Bang.." Ucap Umi Asya dengan mata yang berkaca-kaca, hampir menangis, tapi belum.
"Abang juga kangen Umi, kangen banget." Kata Ashdan sambil mengelus pelan punggung Umi-nya.
"Abang kok nggak bilang mau pulang hari ini? katanya masih lama?"
"Iya, biar surprise buat Umi.." Kata Ashdan kemudian melerai pelukkannya. Lalu mengahapus air mata Umi-nya.
Umi Asya tersenyum, kemudian mengelus rambut sang putra.
"Lain kali ga boleh gitu, ya? besok-besok kabari dulu, jangan di ulangi ya Bang. masa anaknya dateng, Umi nggak ada persiapan apa-apa."
Ashdan terkekeh "Emang apa yang perlu di siapin Umi? Abang juga nggak minta Umi buat mempersiapkan apa-apa,"
"Udah ah, selalu gitu. Ayo masuk, Abang belum makan kan?"
Ashdan mengangguk." Iya Mi, tapi Abang mau beres-beres dulu ya?" Umi Asya hanya mengangguk sebagai jawaban 'iya'.
Lalu kemudian Ashdan dan Umi-nya masuk ke dalam rumah. Umi Asya menuju dapur sedangkan Ashdan menuju kamarnya untuk membersihkan diri, tapi sebelum itu Ia ingin menemui Abinya dulu di ruang tamu.
"Assalamu'aikum Abi." Kata Ashdan kemudian mencium punggung tangan Abi-nya.
"Maa Syaa Allah, ini Ashdan? Anak Abi?" Balas Abi Hasan sambil mengelus rambut Ashdan dengan sayang.
"Na'am Abi, ini Ashdan.." Kata Ashdan sambil tersenyum.
"Kok meh mulih ora kabar-kabar dhisik wi kepiye to le.." ujar Abi Hasan, tidak ada kesan menyalahkan di sana, hanya menasehati.
"Afwan Abi, niat kulo nggih dingge kejutan," kata Ashdan, dengan raut muka yang merasa sangat bersalah.
Abi Hasan hanya tersenyum."Wis ndak popo, besok lagi kabar-kabar."
"Nggih Abi.."
"Wis kono, bersih-bersih dulu, nanti lanjut makan siang."
"Nggih Abi," Jawab Ashdan kemudian bergegas menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri.
---
Tok! Tok! Tok!
"Assalamu'alaikum.."
Umi Asya berdiri dari kursi meja makan, tapi belum melangkah saja Ashdan sudah mencegahnya.
"Ga usah Mi, Biar Ashdan yang bukain, Abi sama Umi lanjut makan aja gapapa." Kata Ashdan sambil tersenyum. "Yaudah, buruan gih." Ashdan pun hanya mengagguk, setelah itu bejalan ke arah pintu utama.
Cklek
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Deg.
Maa Syaa Allah. Kak Ashdan? Udah pulang? Batin Kai, terkejut.
"Cari siapa ya?" Kata Ashdan.
Kai berdehem singkat, mengurangi rasa gugupnya."Afwan Kak, Tante Asya ada?"
Ashdan mengangguk. "Na'am, mau saya panggilkan?"
"Em, ndak usah Kak. saya titip ini aja, Oleh-oleh dari Bunda buat Tante Asya Kak." Kata Kai sambil menyerahkan bungkusan yang berisi Makanan dari Bundanya.
"Syukron katsiron jiddan, nanti saya sampaikan ke Umi." Balas Ashdan.
"Afwan Kak. Saya titip salam buat Tante Asya sama Om Malik, saya pamit pulang dulu, assalamu'alaikum Kak Ashdan."
Ashdan hanya bergumam, selang beberapa menit setelah gadis itu pulang, Ashdan memegang jatungnya yang sedang berpacu dengan gerakan lebih cepat dari biasanya.
Astagfirullah, jaga pandangan Dhan, batin Ashdan.
Lelaki itupun bergegas memasuki rumah, satu tanggannya membawa oleh-oleh dari orang tua Kai tadi.
"Umi, ini ada oleh-oleh dari orang tuanya Kai. sama tadi Kai nitip salam buat Umi sama Abi." kata Ashdan.
Umi tersenyum, begitupun dengan Abi.
"Wa'alaikumussalam." Jawab mereka bersamaan.
"Jadi kapan Bang?"
Ashdan menggereyit bingung. Jujur, Ia tidak tau apa yang sedang di katakan Umi-nya. Kapan? Kapan Apa? Kh--Eh! Baru inget, HAHA.
"Umi, jangan itu, Abang malu." Balas Ashdan, dengan wajah yang cemberut.
Umi Asya tertawa.
---
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Allo! janlupa vote,ya!
Karna vote sama komen kalian berarti banget buat aku 🥺❤️
Syukron kabir buat temen-temen yang udah baca cerita saya, hamasah lillah! 🧸
Ahad, 08 Januari 2023
– Ma
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Doa [On Going]
EspiritualAku tidak pandai dalam urusan percintaan, apa lagi untuk mengutarakan perasaan. maka dari itu aku lebih memilih untuk mencintaimu dalam diam, diam-diam mendoakan dan melangitkan namamu dalam setiap sujudku, hingga nanti Allah sendiri yang mempersatu...