#08 :"Tuduhan"

39 6 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
...

Papa harus menelan pil pahit ketika mendengar pemaparan Dokter Sandi yang menjelaskan hasil pemeriksaan anaknya.

Wawa memang langsung dibawa pulang oleh Papa ketika mendapat kabar dari Pak Sandoro mengenai kondisi anak semata wayangnya itu.

Kondisi Wawa sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, ia hanya shock dengan keadaannya saja. Begitu pemaparan dari Dokter Sandi. Namun hasil pemeriksaan lain terlepas dari keadaan shock Wawa, itulah yang membuat Papa tak henti-hentinya menghela nafas berat.

"Putra, kondisi jantung Wawa tidak terlalu buruk untuk saat ini. Tapi saya rasa beberapa kejadian yang menimpanya sekarang bisa jadi hal yang tidak kita duga nantinya." Sahut Dokter Sandi.

"San tolong saya, apa yang harus saya lakukan." Ucap Papa menunduk dalam.

Dokter Sandi ikut merunduk dalam, Putra adalah sahabatnya. Kondisi Wawa yang memiliki masalah pada jantungnya itu memang bukan rahasia umum lagi. Gadis malang itu harus bisa menerima kelainan jantungnya semenjak lahir ke dunia.

Indah, ia kenal sekali dengan perempuan manis itu. Perempuan itu adalah adik kelas mereka ketika SMA. Putra memang sudah menyimpan rasa pada gadis manis itu sedari awal mereka tak sengaja bertemu di toko lama yang menjual berbagai macam kaset-kaset jadul. Dan hubungan mereka tak dirasa berlanjut sampai ke pelaminan.

Kelainan jantung Wawa menurun dari Indah, perempuan itu bahkan menyalahkan dirinya ketika tahu bahwa anaknya ikut-ikutan tertular penyakitnya.

"Kita hanya perlu selalu rutin melakukan pemeriksaan, agar kondisi Wawa bisa terkontrol." Ucap Dokter Sandi.

Papa mengangguk, "Saya akan lebih baik lagi menjaga Wawa."

Mendengar sahutan sahabatnya, Dokter Sandi memukul pelan bahu Papa dan tersenyum tipis, "saya juga akan berusaha yang terbaik Put, saya pamit."

Selepas mengatakannya, Dokter Sandi dengan snelli putihnya itu melangkah pergi dari kursi tunggu yang ada di samping ruang rawat Wawa. Papa ikut berdiri, dan beranjak untuk masuk ke dalam.

Ia tersenyum hangat ketika melihat anaknya itu sudah terbangun dari tidurnya. "Wawa mau minum dulu gak?." Mendengar sahutan Papa Wawa menggeleng, ia memanyunkan bibirnya seolah-olah sedang merasa kesal.

Papa tentunya menyadari hal itu, dan berjalan mendekati bangku di dekat brankar Wawa. "Kok cemberut gitu, Wawa kenapa, bilang sama Papa?."

Wawa menatap sekilas Papanya, "kok Wawa di rumah sakit lagi sih?."

"Kan Wawa sedang sakit, jadi Papa antarkan ke Rumah Sakit." Jawab Papa.

Wawa makin kesal mendengarnya, "Wawa gak sakit lagi Papa, tadi sudah diobati sama Bunda UKS. Wawa cuma tidur sebentar padahal loh, terus bangun-bangun udah ada disini."

MADHEVA | Jay (Enhypen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang