#09 : "Nama Gue Wawa"

51 5 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
...

Pagi ini terasa cukup baik untuk gadis cantik dengan jepit rambut berbentuk strawberry di poni kanannya. Wajahnya yang dua hari lalu terlihat pucat bak mayat kini mulai berangsur-angsur berubah berwarna pink alami dikedua pipinya.

Ia masih berkutat dibalik cermin meja riasnya, memperlihatkan senyum manis seperti biasanya. Hari ini ia kembali ke sekolah setelah absen cukup lama karena harus masuk rumah sakit.

Sebenarnya keadaannya ini bukan hal baru untuk hidup Wawa, karena memang kerjaannya sedari sekolah dulu pun keluar masuk rumah sakit. Dan sepertinya akan selalu begitu, mungkin sampai akhir hayatnya nanti.

"Huffthh." Ia menghela nafas cukup berat.

Kini ia menatap benda yang melingkar cantik dipergelangan tangannya, sebuah alat pendeteksi denyut jantung. Yah, ini adalah hadiah dari Dokter Password kemarin ketika ia dirawat.

Wawa melenggang pergi dari kamarnya, menuruni tangga dan menghampiri meja makan dimana Papa sudah duduk menunggu kehadirannya.

Ia tersenyum sumringah dan mencium pipi kiri Papa, baru kemudian ikut duduk menikmati hidangan dihadapannya.

"Sudah sehat anak Papa?." Suara lembut itu kembali mendapatkan senyum manis dari Wawa.

"Sudah dong, siapa dulu kalo bukan Wawa. Tubuh Wawa udah kebal Papa sama yang begitu." Jawab Wawa dan mendapatkan anggukan kepala dari Papa.

Kini ke-duanya kembali terfokus menghabiskan sarapan berupa nasi goreng dengan toping telur mata sapi ditengahnya.

Wawa sangat suka dengan masakan Papa. Walaupun memang sering keasinan, tapi entah ada mantra ajaib apa hal tersebut malah makin membuat masakan Papa jadi enak dilidahnya.

Dengan diam Wawa melirik kearah Papa, memperhatikan detail raut wajah Papa yang tampak lebih tua dari umurnya. Bahkan ketika Wawa perhatian lebih jelas rambut hitam lebat Papa sudah mulai muncul uban walau tak terlalu jelas.

Hatinya berdenyut lirih, kira-kira sudah berapa tahun semenjak Mama pergi dari kehidupan mereka yah?

Tentunya sudah sangat lama, dan Wawa harus terus merasa takut akan kehilangan Mama dari hidupnya. Gadis itu berusaha ikhlas, namun bagian terdalam dari hatinya belum bisa bersorak damai.

Ada saja kalanya ia mengingat setiap potongan-potongan kejadian masa lalu bersama Mama yang sangat indah. Kembali jantungnya berdenyut pedih, demi Tuhan ia sangat merindukan wanita pemilik mata teduh itu.

Kelembutan tutur katanya, usapan sayangnya dan dekapan paling nyaman dan hangat milik Mama terus menerus terasa seperti penyiksaan untuk Wawa. Karena dirinya merasa serakah, ingin merasakan semuanya tanpa ada kefanaan.

Wawa rindu dengan Mama, teramat sangat. Sampai tiap kali potongan-potongan ingatan menganai Mama muncul, jantungnya akan memberi sinyal dengan rasa nyeri yang teramat sakit.

MADHEVA | Jay (Enhypen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang