Bab 16 - Mau Nunggu?

68 10 6
                                    

"Pak, saya mau izin ada latihan. Ini surat dispennya, Pak." Gista sudah berada di depan kelas untuk meminta izin kepada guru yang baru saja selesai mengucap salam.

Setelah mendapatkan izin, gadis itu segera berlari menuju tempat berlatihnya. Saat melewati ruang musik, Gista menghentikan langkahnya.

"Lo enggak ada kelas, Dan?"

"Kosonglah makanya bisa ke sini. Eh, iya, besok kita bareng juga sama anak olahraga, ya?"

"Anak olimpiade maksudnya? Iya, mereka mau pada ikut lomba di sekolah sebelah."

Mendengar percakapan tersebut membuat Gista tersenyum. Anak olahraga ... maksudnya gue bukan, ya?

Saat sedang bahagia dengan perasaannya sendiri, tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Dari yang sebelumnya tersenyum berubah menjadi kekesalan. Dengan panik gadis itu berlari menuju papan majalah dinding.

Gadis itu mendecak sebal. Kok bisa, sih, gue enggak sadar? Besok, 'kan, gue lomba ... enggak bisa nonton dong! Eh ... bentar, bentar. Tempatnya bukannya deketan, ya? Kalau gitu ....

"Wuuh!" Tanpa sadar Gista sedikit berteriak hingga kini seorang pemuda-baru saja keluar dari ruang musik-menatap ke arahnya.

Ketika kedua pasang mata itu bertemu lagi untuk kedua kali, Gista lebih salah tingkah dari sebelumnya. Gadis itu menggaruk belakang lehernya dengan gugup. Anehnya, pemuda di hadapannya ini justru sedikit tersenyum.

Dia senyum ke gue? Belum sempat membalas senyuman tersebut, Gista lebih dulu mendengar suara seseorang di belakangnya.

"Aduh, Mas Fidan lagi senyum." Bukan perempuan, ini suara laki-laki yang sedang mengejek. "Ngapain lo, Dan? Entar gue baper, tanggung jawab!"

"Bolos lo, ya? Cepetan sini!"

Dengan gerakan cepat, Gista memilih memutar jalan. Dari yang sebenarnya bisa ke ruang latihannya melewati ruang musik-tempat Fidan sedang berdiri, menjadi harus berputar melalui perpustakaan, kantin, hingga akhirnya sampai di ruang latihan yang letak tepat di sebelah ruang musik.

Gue ngapain, sih? Argh, suka boleh, tapi jangan jadi bego, dong! Ya, kali, Fidan senyum ke gue, tahu aja enggak! Gue ngarepin apa, sih!

Dengan langkah dihentak-hentakkan, gadis itu sampai juga di ruang latihannya dan untung saja anak-anak musik sudah tidak ada lagi yang di depan.

Oke, fokus, Gista! Besok harus berhasil!

**

Hari yang melelahkan berhasil dilalui. Sore hari--sepulang dari kelas tambahan--siswa kelas dua belas keluar kelas cepat-cepat. Ada yang sudah tidak sabar merebahkan diri di rumah, ada juga yang takut ketinggalan kendaraan umum jika tidak cepat-cepat keluar.

"Gis! Udah selesai latihan?" Dodon dengan semangat menyapa Gista yang juga baru selesai dari latihannya.

"Udah, Don. Aduh, capek banget. Pokoknya setelah ini gue harus tidur nyenyak, sih. Besok harus bisa fokus. Doain gue, ya, Don." Gista meregangkan tubuhnya kuat-kuat sambil menuju ke arah gerbang.

"Eh, iya. Gue bawa motor, Gis. Mau dianterin? Biar sekalian aja."

Gista menatap penuh selidik ke arah Dodon, kemudian menyenggol lengan pemuda itu. "Gue masih suka lupa aja kalo lo udah punya pacar. Enggak usah, Don. Santai aja, bus masih banyak."

"Emang kenapa kalo gue punya pacar, Gis?"

Pertanyaan serius yang terlalu tiba-tiba itu justru dibalas dengan tawa dari Gista. "Enggak masalah, sih, Don. Kita emang udah kawan dari lama. Tapi rasanya enggak enak aja. Soalnya Faw, 'kan, juga temen gue." Soalnya gue ngerasain. Gue yang bukan siapa-siapa, ngeliat Fidan sama Fawnia--yang udah temenan dari kecil--bareng aja rasanya tetep enggak suka.

"Lo mau nungguin gue enggak, Gis?" Dengan sorot mata yang terlihat serius sekaligus menyedihkan itu, Dodon menunggu jawaban Gista tanpa keraguan sedikit pun.

"Nunggu? Nunggu apa, Don? Ah, besok pertandinganku? Enggak bisa, Don, soalnya gue berangkat bareng rombong--"

"Bukan. Bukan itu, Gis."

Gista mengerutkan kening, memikirkan apa yang sebenarnya mau Dodon sampaikan.

"Don!"

"Faw!"

Keduanya sama-sama menengok ke belakang. Beberapa meter dari tempat Dodon berdiri, Fawnia masih terlihat mengangkat tangannya dengan senyuman yang selalu indah itu. Sementara itu, di belakang Fawnia terlihat Fidan yang baru saja memanggilnya.

"Eh, Fidan? Kenapa, Dan?" tanya Fawnia yang baru tersadar semenjak tadi Fidan berusaha mengejarnya.

'Kan, cuma gitu aja gue udah enggak suka. "Eh, Don. Gue takut ketinggal bus, nih. Gue duluan, ya." Setelah mengatakannya, Gista segera berjalan menjauh dari ketiganya. Gadis itu berusaha berjalan senormal mungkin. Oke, latihan pernapasan, Gis. Fokus, pokoknya harus fokus buat besok!

Sementara itu, Dodon masih berdiri di tempatnya dengan heran. Ia menghela napas pasrah. Hampir saja dirinya mau menyatakan perasaan ke Gista. Dodon melihat ke arah Fawnia berdiri yang saat ini terlihat sedang mengobrol dengan Fidan. Namun, terlihat langkah Fawnia yang sedikit-sedikit mundur seakan mendekatkan diri pada tempat Dodon berdiri.

"Besok gue mau tampil di mall baru, Faw. Cuma mau bilang itu, sih."

Gadis itu mengangkat jempolnya dan tersenyum ceria. "Ah, itu. Aku udah tahu, Dan. Tenang aja, aku pasti dateng! Ya, udah. Aku duluan, ya!"

Fidan mengangguk meski tidak sempat gadis itu lihat karena lebih dulu berjalan menjauh. Gue lupa lo punya pacar. Ngapain juga gue masih terus khawatir lo enggak dapat ojol. Eh, iya, cewek tadi ....

**

"Don, besok mau bolos enggak?"

"Heh? Ini beneran Faw?" Dodon tidak pernah menyangka gadis di sampingnya ini akan mengajak membolos bersama.

Fawnia terkekeh, malu sendiri dengan ajakan sesatnya. "Katanya besok jam kosong, Don. Besok Fidan sama band-nya mau tampil di pembukaan mall baru. Katanya itu penampilan terakhir sebelum lulus." Setelah mengatakannya, Fawnia mencoba mencari gerik ketidaksukaan dari Dodon. Sayangnya, nihil.

"Ah. Besok gue juga niatnya mau lihat Gista tanding. Besok pertandingan terakhirnya juga. Eh, iya, bukannya tempatnya deket? Besok bisa bolos bareng kalo gitu, Faw." Pemuda itu tertawa, masih terlalu sulit mengajak Fawnia yang sangat terlihat taat aturan ini.

Dengan sedikit senyum yang dipaksakan, Fawnia mengangguk. Ia sebegini mudah merasa cemburu saat Dodon berurusan dengan Gista. Namun, sebaliknya. Pemuda itu terlihat sangat santai tanpa mempermasalahkan siapa pun yang berurusan dengan Fawnia. Ya, temen emang lebih penting dari pacar, 'kan?

Bahkan demi Fidan, Fawnia sampe bolos? Mereka sedeket itu, ya? "Oh, iya, Faw. Mau pulang bareng?"

Harusnya Fawnia senang, tetapi hari ini rasanya ia sedang tidak bersemangat, terutama setelah uji cobanya barusan. Ia tetap tidak bisa menemukan kecemburuan Dodon terhadap dirinya. "Enggak usah, Don. Aku udah pesen ojol. Hati-hati, ya, Don. Aku duluan!" pamitnya sebelum menjauh untuk menemui abang ojol yang menerima pesanannya.

Dodon mengangkat tangannya untuk membalas lambaian Fawnia. Saat gadis itu sudah berjalan menjauh dan Dodon berniat menurunkan tangannya, Fawnia kembali membalik badannya yang membuat Dodon sedikit tertegun. Dengan senyum cerianya, Fawnia kembali melambaikan tangan. Kok, gue deg-degan. Oh, iya, besok Gista mau lomba. Duh, semangat, Gis!

Tunggu Aku Putus [PREORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang