3. Disaat Dia-lah yang Menyelamatkanku

1 0 0
                                    

Hanya satu hari di minggu itu, aku bertemu dengan Liana. Setelah hari itu kami tidak bertemu lagi. Entah kemana Liana, dia sulit sekali ditemukan bahkan ketika aku berkeliling desa. Jujur saja, aku ingin bertemu lagi dengannya. Dia teman wanita pertamaku.

"Nathan, tumben sekali akhir-akhir ini kamu tidak kabur latihan lagi. Ada apa?" Tanya Kak Dhanurendra. Aku tahu sekali, itu nada jahil. Dia pasti sudah tahu aku sedang memikirkan sesuatu.

"Kak, jangan berpikir macam-macam deh tentang aku dan Liana." Aku berceletuk sebal. Kak Dhanurendra pasti suudzon kepadaku.

"Kamu masih kecil, Nathan. Jangan berpikir tentang wanita, fokus saja pada latihanmu."

"Iya-iya aku tahu, Kak. Aku dan Liana juga hanya teman."

"Benar? Hanya teman? Kenapa kamu seringkali memikirkannya?"

"Aku hanya penasaran."

"Tentang?"

"Liana. Aku selalu mengelilingi desa setiap hari. Tetapi aku belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Aneh."

Kak Dhanurendra nampak berpikir, "Kamu sudah memastikan, bahwa dia bukan orang jahat?"

"Sudah. Aku yakin sekali dia bukan orang jahat. Dia juga dari keluarga Valerian."

"Hmm, baiklah aku percaya kepadamu, Nathan." Kak Dhanurendra tiba-tiba saja tersenyum, "Aku akan memberikanmu misi, yang harus kamu selesaikan dalam 3 hari."

"Misi? Apa boleh aku menerimanya? Setahuku, misi hanya boleh diberikan kepada orang yang sudah mendapatkan ikat kepala." Aku menatap Kak Dhanurendra bingung.

"Ini misi spesial, Nathan. Dan selama 3 hari itu, kamu libur dari latihan."

"Libur? Apakah ini misi yang berat, kak?'

"Tergantung padamu. Tapi kuyakin kamu bisa menyelesaikan misi ini."

"Apa misinya?"

"Carilah Liana Valerian. Jika kamu sudah menemukannya, panggil aku dengan kekuatanmu, aku bisa merasakannya." 

Aku berpikir sebentar, apakah mungkin mencari Liana adalah hal yang sulit? Sepertinya tidak, aku yakin akan bisa menemukannya. Ditambah lagi dengan adanya misi ini aku libur dari pelatihan.

"Aku terima misi ini, Kak." 

"Bagus. Aku harap kamu bisa menyelesaikannya, Nathan."

Kami berdua tersenyum dan berjabatan tangan. Menandakan misi ini telah disepakati oleh kedua pihak.

"Tapi kak, tentang  Liana... Aku mohon jangan beritahukan ini kepada siapapun ya? Aku yakin jika informasi ini sampai ke Paman Heinry, Liana bisa berada dalam bahaya." Aku menatap Kak Dhanurendra penuh harap, berharap agar ia bisa mengerti perasaanku.

"Tentu saja. Aku tahu hal ini harus dirahasiakan."

"Terima kasih, kak."

***

Keesokan harinya, aku langsung memulai misiku untuk mencari Liana. Pertama-tama aku berkeiling di desa, membalas sapaan dari orang-orang yang menyapaku. Namun anehnya setelah 3 jam aku mengelilingi desa, aku sama sekali tidak merasakan kehadiran Liana. Kemanakah ia?

"Ternyata lebih sulit dari dugaanku."

Saat aku mengecek kembali orang-orang yang berlalu lalang di jalanan desa, tak sengaja aku melihat ada seorang pengemis yang terlihat sangat lemah. Dimataku kakek pengemis itu sekarat. Astaga, aku harus segera menolongnya.

"KEK!" Teriakku mencoba menyadarkan kakek pengemis yang mulai kehilangan kesadarannya.

Diujung gang kecil desa, kakek ini tergeletak tidak berdaya, dia begitu lemah. Karena lokasinya yang sangat terpencil, tentu saja orang-orang tak akan mengetahui bahwa ada orang sekarat disini. Kakek pengemis belum makan, aku bisa merasakan dari sisa energinya yang sedikit lagi habis. Hanya ada satu cara untuk memberikannya waktu hidup sebelum dibawa ke rumah sakit. Makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For You, Forever.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang