09 | sea of Abithar

302 42 0
                                    

━━━━━━

Siang ini, para pemandu sorak berlatih dengan kostum baru mereka, Jemie dan kelompoknya dibagi tugas untuk membuat gerakan baru, sehingga dia harus berkompromi dengan teman-temannya karena seni lukis pun ada tugas yang belum terselesaikan.

Maka dari itu, tim Jemie berusaha mengatur jadwal mereka menjadi sepulang sekolah, alhasil lima orang tersebut bisa jadi yang terakhir untuk keluar dari area Dan Buenos.

Tak masalah karena ini sudah berlalu dan sekarang Jemie tengah bersiap-siap untuk pulang.

"Jem, serius deh, itu kak Abithar ngapain ya duduk di sana?" tanya Altea menunjuk Abithar yang duduk tenang di kursi tribun lapangan.

Jemie tersenyum kecil. Kalau boleh jujur, sebetulnya dia sedikit merasa bersalah karena gadis tersebut meminta Abithar untuk menunggunya pulang bersama. Dan jika dipikir-pikir dia menunggu Jemie lebih dari satu jam.

Pemandangan yang bisa Jemie lihat hanyalah ketika cowok itu mengeluarkan ponsel, memotret beberapa lembaran di buku sketsa menggambar Jemie.

Para tim berpamitan untuk pulang, Altea melirik Jemie penuh selidik, meski ia tak terlalu percaya ketika Jemie mengatakan 'gue mau nyamperin kak Abithar dulu' ketika dia mengajaknya pulang. Namun Altea hanya mengangguk sebagai jawaban paling cepat, berlari menuju jemputannya di depan gerbang.

Jemie menaiki undakan tangga menghampiri kursi Abithar. Dia melirik halaman yang dibuka oleh seniornya tersebut. Ada pada gambar planet dan laut yang bersinar galaksi. Lautnya dituliskan 'Sea of Abithar' kemudian planetnya dinamakan 'Planet of Jemourine'.

"Eh jadi malu, ketauan" celetuk nya mengalihkan atensi Abithar.

"Sudah selesai?"

Jemie mengangguk. Abithar memasukkan kembali buku sketsa gadis itu ke dalam tas peach milik Jemie yang dititipkan olehnya, kemudian menyerahkan benda tersebut pada sang empu.

Dengan senang hati Jemie menerima. Tangan Abithar terulur untuk memberi dia sweater The Beatles abu kebesaran miliknya yang tempo hari. Dia dengan sabar menunggu Jemie memakainya untuk menutup paha dan bagian perut.

"Waktu itu mama nanya siapa yang nganterin aku pulang, terus aku jawab, eh terus mama nawarin kapan-kapan kalau nganterin lagi kak Abim mau gak mampir sebentar buat makan masakannya mama?" oceh Jemie, dia mendongak untuk menatap Abithar dengan mata menyipit berusaha menghalau sinar matahari siang.

Abithar mengangguk pelan. Dia menuntun Jemie untuk segera keluar dari lapangan dan menuju parkiran. Dengan kurang ajar Jemie menggandengnya erat, memeluk bagian lengannya.

Kalau disadari, ini sudah ke berapa kalinya mereka melakukan physical touch. Tidak aneh-aneh tetapi cukup membuat perut Jemie tergelitik.

Dan Abithar menyadari bahwa dia tidak melihat fragmen apapun yang muncul di kepala. Ada apa? Semuanya berfungsi baik dengan yang lain, tetapi mengapa dengan gadis yang satu ini.

Abithar menghela nafas berat, Jemie menoleh dia melirik cahaya yang berpendar biru di kepala cowok itu. Dan mengatakan.

"warna kak Abim biru"

Lantas, Abithar sadar bahwa dia bukan satu-satunya orang yang memiliki kemampuan spesial sejak lahir.

"Kemarin kelompok lo katanya pulang terakhiran ya, Jem" selidik Fidya sembari meletakkan airpod pada tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemarin kelompok lo katanya pulang terakhiran ya, Jem" selidik Fidya sembari meletakkan airpod pada tempatnya.

Jemie menoleh ketika dia sedang melipat sweater The Beatles di meja, berniat menjadikan benda itu sebagai bantal untuk membantu dia segera terlelap.

"Iya, kenapa?"

Fidya mendekat, dia memicingkan mata "gue denger dari Altea, katanya kak Abithar duduk di tribun pas lo semua lagi buat gerakan" ceritanya dengan nada berbisik, dia menarik nafas sebelum melanjutkan "terus katanya pas Altea nawarin lo pulang bareng, lo mau nyamperin kak Abithar?"

Jemie tertegun, dia menurunkan lipatan sweater ke paha, berharap semoga Fidya dan kawan-kawan rumputnya tak pernah melihat sweater hitam yang sama dengannya.

"hoax, gue bercanda aja" dusta dia. Dia tak mau menyebarkan rumor aneh-aneh di sekolah, dan memang sebetulnya tidak ada kejelasan diantara dirinya dengan Abithar.

Fidya manggut-manggut paham, dia memanyunkan bibir "kalo lo emang ada apa-apa sama kak Abithar, cerita anjir, gue kan penasaran" desaknya merengek.

Ingin mendecih tetapi tak jadi, Jemie tahu sekali perangai Fidya sejak sekolah menengah pertama, mama gadis itu mengatakan kalau anaknya itu mudah terprovokasi dan ingin tahunya tingkat dewa. Jadi Jemie sering bersabar selama ini.

"tapi kalo emang ada apa-apa beneran, bolehlah gue nitip salam sama kak Haja" cengir Fidya.

Jemie mengangguk-angguk pelan.

"kak Haja kan punya crush, siapa namanya? kak Prima"

"yaelah, selama belum jadi mah pepet aja terus" gemas Fidya mencibir.

Jemie melotot "ganjen"

━━━━━━

The Precious JemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang