21 | banner

458 39 10
                                    

━━━━━━

"Rame banget." keluh Fidya ketika mendapati mading utama di Galleria- gedung pameran seni- sudah ramai kerumunan siswa dari berbagai tingkatan. Mereka berbondong-bondong memenuhi lorong demi melihat banner jumbo yang ditempel oleh kelas duabelas.

Jemie ikut menggerutu kesal, dia ingin melihat wajah Abithar yang terpampang jelas sebagai ketua panitia di sana. Pasti tampan sekali, belum lagi dengan windbreaker jacket yang menjadi tampilan serentak panitia pasti meninggalkan kesan bad boy untuk Abithar yang tidak pernah memakai pakaian seperti itu.

Kemarin saat Jemie numpang mengerjakan tugas sekolah di unit Abithar, cowok itu menunjukan macam-macam baju panitia yang akan dipakai selama beberapa hari acara berlangsung nanti. Tentu saja semuanya menunjukkan kualitas yang tidak main-main, Abithar bilang dia membayar sebuah komunitas desainer dari Fiverr Pro untuk menuangkan gagasan mereka pada permintaannya.

Ditengah bising siswa-siswi yang membicarakan begitu mempesonanya Abithar dengan gaya baru di banner Jemie justru ingin terkikik. Ia tahu dibalik foto itu tentu Abithar sangat risih dengan model pakaian yang diajukan oleh anggota panitia.

Nyatanya saat Abithar menunjukkan jaket windbreaker dan beberapa kaus oversize pada Jemie di wardrobe pribadinya, cowok itu mengeluh.

Jemie menggeleng-geleng, senyum anehnya terpatri di wajah.

Dengan semua permintaan anggota panitia kepada ketua apakah mereka tidak membayangkan betapa anehnya seorang Abithar memakai gaya skena?

Dasar anggota kejam.

"Ceilah, emang ganteng. Gak usah senyum-senyum gitu kali." olok Fidya mendelik, ia mengibas-ngibaskan tangan di hadapan wajah Jemie.

"Iya kan? Ganteng, kan? " tanya Jemie menyahut. Senyum salah tingkahnya kini malah terlihat serius.

Namun buru-buru Fidya menujuk seseorang di samping foto Abithar dengan dagu "Tuh, sampingnya juga cantik." unjuk ia kepada wajah Meghan yang tersenyum lebar. Berbanding terbalik dengan ekspresi Abithar yang tenang dengan senyum sangat samar.

Jemie memukul lengan Fidya pelan "Ah lo, iri bilang."

"Emang iri anjir. " Fidya mengaku dengan bibir mencebik.

Jemie terkekeh. Dia merangkul Fidya dan menyeret gadis itu ke mading utama, beberapa orang telah puas berlama-lama di sana. Jangan lupakan pembicaraan wajib jika mereka melihat sesuatu yang menarik untuk dijadikan bahan gosip.

Jemie mendongak untuk memperhatikan wajah Abithar yang terlihat sangat jelas dan besar. Meski cowok itu mengeluh perihal pakaian tersebut, fakta bahwa Abithar Ashe justru terlihat menawan menjadi argumen penguat untuk ia menolak. Jemie berdecak kagum dengan jejeran panitia yang terlihat begitu gagah.

"Desain jaketnya keren banget! " puji Fidya menggeleng-geleng tak habis pikir.

Jemie mengangguk setuju.

"Yang ketuanya jadi tambah ganteng." pungkir Jemie menunjuk wajah Abithar.

"Biasa aja. "

Jemie tersentak karena suara lain yang menginterupsi. Tidak mungkin kan kalau Fidya yang menyangkal fakta konkret barusan?

Abithar menyahut pelan. Cowok itu kini berdiri di sisi kanan Jemie, ikut memperhatikan detail banner dan wajah yang barusan gadis itu banggakan.

Jemie tertegun, dia melirik Fidya yang sedang melongo.

"Bener kok!" Jemie membantah.

Abithar tersenyum samar, ternyata di belakang cowok itu ada beberapa anggota kepanitiaan yang juga sedang memperhatikan banner. Alhasil Jemie dan Fidya dikelilingi kelas duabelas yang super sibuk!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Precious JemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang