Ketika tiba-tiba cinta lama kembali muncul saat cinta baru sejenak menghilang. Lalu ini kebetulan atau garis Tuhan?
***
Jarak, itu adalah hal yang kini akan segera membentengi kisah Kana dan Reiki. Seperti pasrah kepada takdir yang akan membawa entah kemana kisah mereka. Bukan berarti tak berusaha. Bahkan bagi Kana selama ini ia telah mengusahakan semua, semampunya. Tapi ternyata memang takdir belum membawanya kepada sebuah titik terang untuk hubungan mereka.
"Paspor-nya sudah?" tanya Kana yang kini sedang berada di apartemen Reiki.
"Oh iya sayang, hampir saja aku lupa," jawab Reiki sambil menepuk jidatnya dan kemudian dilanjutkan dengan mencium pipi Kana sebagai tanda terima kasih karena sudah diingatkan.
Kana hanya berdecak sebal, seakan sudah hafal dengan kelakuan kekasihnya itu. Setiap akan pergi jauh sebisa mungkin Kana harus mengabsen satu persatu barang yang akan ia bawa. Kalau tidak begitu pasti ada saja yang tertinggal.
"Sepertinya sudah masuk semua barangnya, sebentar lagi kita bisa berangkat ke bandara," ucap Reiki.
"Oke." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Kana.
Setelahnya Kana memilih duduk dan melihat ponsel genggamnya yang sejak tadi belum ia sentuh. Dan benar saja, ada satu pesan dari nama yang bisa membuat jantungnya kembali berdetak lebih cepat.
Kai : Aku sudah di Jakarta. Bisa bertemu hari ini?
Bukankah semuanya sudah berakhir sejak lama? Namun kenapa Kana masih saja merasa gugup atau bahkan jantungnya berdetak lebih cepat jika berhuungan dengan Kai? Masih kah?
"Yang, kenapa?" Reiki seperti menyadari ada gerak-gerik aneh dari kekasihnya.
"Ah, engga. Ini orang kantor chat ngomongin masalah kerjaan yang di bandung waktu itu." Kana menjawab, ah mungkin lebih ke mencoba menutupi.
"Oh iya. Berangkat ke bandara sekarang?" tanya Reiki.
Kana mengangkat sedikit bahunya memberi isyarat seperti semuanya terserah Reiki. Pikirannya sedang kacau kali ini. Tidak hanya tentang Kai yang tiba-tiba kembali muncul, tapi juga tentang kepergian Reiki untuk mengejar mimpinya. Ia hanya sedang tidak tahu harus bersikap bagaimana. Semakin ia mengikuti alur cerita hidupnya, semakin hilang dan pudar satu persatu mimpinya. Entah ini yang terbaik atau memang garis hidupnya yang seperti ini.
Reiki seperti menyadari bahwa wanitanya sedang tidak baik-baik saja. Ia tahu sejak awal sebenarnya Kana hanya mencoba mengalah. Ia sadar bahwa sebenarnya Kana hanya pura-pura ikhlas.
"Kamu beneran nggak apa-apa kalau aku pergi?" tanya Reiki memastikan, meskipun sebenarnya ia tahu jawabannya.
Kana hanya menjawab dengan senyuman, seolah meyakinkan Reiki bahwa dirinya sedang baik-baik saja. Sekalipun kenyataannya itu adalah dusta.
"Semua pasti akan baik-baik saja, juga dengan kita. Doakan semua cepat selesai agar aku bisa segera kembali dan mewujudkan keinginan kita," jelas Reiki.
"Iya sayang, yukk berangkat." Kana beranjak dari tempat duduknya. Tak ingin membahas terlalu jauh karena itu akan membuat hatinya semakin sedih.
Reiki tiba-tiba memeluk wanitanya itu. Seperti memberikan pelukan terakhir sebelum akhirnya mereka benar-benar akan berjarak.
"Aku pasti akan kangen banget sama bawelnya kamu," ucap Reiki di sela-sela pelukannya. Sedang Kana hanya mencoba untuk menegarkan hatinya. Ini baru awal dari kisah berjarak yang sepertinya akan terasa sangat lama
***
Kini mereka sudah benar-benar berjarak. Masih berada di masa new normal dengan bayang-banyang covid-19 yang bisa memburuk kapan pun. Begitu juga yang dikhawatirkan Kana pada Reiki. Ia tak akan pernah tau apakah di negeri orang keadaannya lebih baik dari negaranya atau bagaimana.
Setelah mengantarkan Reiki ke bandara, Kana memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Memang hari ini ia mengambil cuti, hanya untuk mengatarkan kepergian Reiki dan untuk tidur tentu saja. Baginya lebih baik tidur daripada menghabiskan waktu liburnya untuk nongkrong atau sekedar jalan-jalan ke mall.
Sesampainya ia di depan rumah, ia melihat pintu rumahnya terbuka dan ada satu mobil yang terparkir di depan rumahnya. Sepertinya sedang ada tamu, tapi siapa? Itu batin Kana.
"Aku Pula..." Kana terkejut melihat siapa yang sedang duduk di ruang tamu rumahnya.
"Kamu ngapain disini?" jawab kana dengan sedikit sinis dengan ekspresi wajah yang masih terkejut.
Ya, tentu saja tamu yang sedang berada di rumah Kana adalah laki-laki yang dulu pernah sangat Kana cintai. Siapa lagi jika bukan Kai.
"Kana, kok gitu tanya-nya?" ucap sang ibu.
Kana hanya masih tak habis pikir bagaimana bisa laki-laki itu ada di rumahnya sekarang. Dari mana ia tahu alamat rumahnya, bahkan saat bertemu lagi pun ia tak pernah menjelaskan tempat tinggalnya.
"Maaf Kana, karena tadi tidak ada balasan dari kamu jadi aku memutuskan untuk datang ke rumah kamu. Dan maaf juga kalau aku tahu alamat kamu dari data kantor."
"Nggak sopan!" jawab Kana singkat.
Sepertinya ini masalah baru yang akan menambah berat kepala Kana. Tapi kadang semua terlihat serba kebetulan, ketika Reiki baru saja pergi tiba-tiba Kai kembali muncul. Seperti ada cinta baru yang sejenak menghilang dan digantikan dengan cinta lama yang kembali muncul ke permukaan. Lagi-lagi entah ini hanya kebetulan atau memang cerita Tuhan.
***
Selamat membaca, semoga suka :)
Jangan lup share, vote, comment!
Thanks guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
365
Teen FictionTentang hitungan angka 365. 365 hari aku teringat tanpa mencoba mengingat. 365 hari semua terkenang tanpa ingin kukenang. 365 hari sang takdir membawa kita untuk kembali bersama.