Bab 12

1K 134 36
                                    

Prilly menatap ponselnya dan dengan gugup mengangkatnya.

"Assalamualaikum."

"Waallaikumsalam Tante."

"Kamu ada waktu?"

"Hari ini libur sih Tan, kenapa ya Tan?"

"Kita ketemuan, dateng ke cafe yang biasa kamu sama Ali ketemu."

Prilly terkejut tentu saja, apa yang akan dibicarakan lagi oleh Resi. "Boleh Tan, mau jam berapa?"

"Jam sebelas, saya sudah reservasi tempat atas nama saya."

"Oke Tante, nanti Prilly kesana."

Prilly menaruh ponselnya di atas meja, "Siapa Pril?"

"Tante Resi Bun ngajak ketemu."

"Mau ngapain?"

"Ga tau, Prilly siap siap dulu ya."

Prilly berlalu ke kamarnya, masuk ke walk in closet dan mencari baju yang sopan untuk bertemu dengan Resi, dan pilihannya jatuh pada dress selutut miliknya. Ia memoles tipis wajahnya agar lebih fresh.

"Oke udah rapi, bismillah semoga Tante Resi ga minta gue buat jauhin Ali lagi."

Prilly mengambil tas selempang dan memasukan dompet, power bank, hand sanitizer dan juga masker cadangan. Ia memakai masker dan segera turun ke bawah.

"Pa, Bun, Illy berangkat ya."

"Iya hati hati sayang, salam buat Resi."

"Iya Bun. Assalamualaikum."

"Waallaikumsalam."

Prilly pun turun ke bawah dan meminta Pak Yudi mengantarnya menuju cafe itu. Di dalam mobil Prilly menatap luar jendela dan terus memikirkan hal apa yang akan Resi sampaikan padanya, jujur ia gugup dan tak siap jika kembali disuruh untuk menjauh dari putranya itu.

"Ali semoga kali ini kabar baik ya." Batinnya menyebut nama Ali.

Hingga satu jam perjalanan pun terlewati, ia sudah sampai di cafe itu, "Pak pulang duluan aja, nanti saya kabarin kalo mau balik."

"Oh yaudah non."

Prilly pun melangkah masuk, "Selamat datang Kak, sudah reservasi?"

"Atas nama Resi Refado."

"Oh iya silakan Kak."

Karyawan itu membawanya ke ruang VIP yang tersedia disana, tepatnya di lantai dua dan ternyata Resi memesan di ruangan paling pojok.

"Silakan Kak."

"Makasih."

Prilly masuk ke dalam dan kembali menutup pintu. Masih kosong, Resi belum tiba. Ia duduk dan menunggu kedatangan Resi, memainkan ponselnya sebagai pengalihan.

***

Dilain tempat Resi sudah sampai di depan rumah pribadi Ali, ia turun dari mobil dan masuk ke dalam.

"Ali."

Ali, Kaia dan Gisel menoleh mendapati sosok Resi.

"Mama, mau ngapain?" Ujar Ali to the point.

"Ikut Mama sekarang."

"Mau kemana? Kalo buat perjodohan ga jelas itu Ali ga mau."

"Bukan, cepet ganti baju."

"Ma bisa ga sih ga usah atur Ali? Ali udah tau apa yang terbaik buat Ali."

"Ga usah ngebantah, sekarang kamu ganti baju." Sentak Resi.

Ali menghela nafasnya, ia menatap Resi penuh kekecewaan, "Oke."

Ali beranjak menuju kamarnya meninggalkan Kaia, Gisel dan Resi.

"Mama mau ngapain lagi sih? Mama belum sadar juga, kalo yang Mama lakuin ke Ali itu yang bikin mental Ali makin sakit ma." Lirih Kaia.

"Ga usah ikut campur Kai."

"Jelas Ma, Ali adek Kaia, Kaia mau yang terbaik buat dia."

"Begitupun Mama, Mama mau yang terbaik buat Ali, ini yang terbaik buat putra Mama."

"Terserah Mama, tapi kalo sampe terjadi apapun sama Ali jangan pernah salahin kita ataupun Prilly, karena disini yang salah itu Mama. Maaf kalo Kaia kasar sama Mama." Kaia mengalihkan pandangannya menuju layar datar di depannya.

Gisel hanya bisa terdiam, ia tak berani ikut campur jika Resi sudah berkata se-sarkas itu.

Tak lama Ali datang dengan pakaiannya yang cukup rapi membuat Resi tersenyum, "Nah gini dong, kita berangkat sekarang."

Ali hanya pasrah dan menatap punggung Resi yang sudah berjalan duluan ke mobil, "Kai."

"Gue yakin lo kuat, anggap aja ini terakhir kalinya lo nurutin permintaan Mama."

"Hm, gue jalan dulu Kai, sel."

"Hati hati bang."

Ali mengangguk dan menyusul Resi memasuki mobil sang Mama. Supir pribadi Resi pun melajukan mobilnya. Di perjalanan Ali hanya diam tak berniat membuka suaranya sama sekali, membuat Resi menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Mama harap kamu ga buat masalah nanti."

Ali menoleh, "Harusnya Ali yang ngomong gitu. Ali ga suka ma dijodohin kayak gini, Ali cuma mau Prilly. Prilly yang Ali butuhin Ma."

"Nurut sama Mama, Mama yakin kamu ga akan nyesel sama ini."

"Ga akan, Ali cuma mau Prilly bukan yang lain."

"Liat aja nanti." Resi tersenyum miring membuat Ali mengalihkan pandangannya.

Kepadatan jalan membuat mereka stuck beberapa menit disana, Resi mengeluarkan ponselnya dan menghubungi temannya jika ia datang terlambat.

"Pak masih lama kah?" Tanya Resi.

"Dikit lagi sampe Bu."

"Ah oke."

Resi menghela nafasnya, melirik Ali yang tampak tak terganggu dengan suaranya. Resi tersenyum kecil memandang Ali, "Mama yakin kamu akan bahagia setelah ini." Batinnya.

Tak lama setelah melewati kepadatan jalan mereka pun sampai di sebuah cafe. Ali memandang cafe tersebut dengan nanar, kenangannya bersama gadis yang ia cintai terputar.

"Ayo masuk."

Membuat Ali tersadar dan mengikuti langkah Resi yang menuju lantai dua. Mereka sampai di ruangan VIP paling pojok, pintu terbuka keduanya pun masuk dan kembali menutup pintu.

"Assalamualaikum."

"Waallaikumsalam."

"Prilly / Ali." Ujar keduanya bersamaan.

***





































Ending....

Yuk ikutan PO!
Pembayaran via transfer, shopeepay, dana, ovo ya.
Cuma 10k loh, dari tgl 9 - 20 Mei.

Jangan lupa vote dan comment!
Salam Dilan....

Behind The Scene New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang