*farewell to him*

273 33 0
                                    

Setelah pertemuannya dengan putra kemarin VOC berusaha untuk selalu mendukung dan membantu putra, hanya itu yang dapat ia lakukan sebelum ia harus dipindahkan ke negara asalnya untuk disekolahkan di tempat yang terbaik.

Seperti biasa putra selalu bermain dibawah pohon rindang sambil menunggu kedatangan sabahat baiknya. Betul saja tak berapa lama kemudian VOC datang sambil membawa sesuatu yang ia sembunyikan disaku celananya.

Putra tersenyum kecut melihat kedatangan VOC yang bisa dibilang TERLAMBAT.

"Kau terlambat... Aku lelah tau nunggu disini.." ujar putra sambil menggembungkan pipinya.

VOC terkekeh kecil sambil mencubit pipi milik putra, yang dibalas rengekan oleh putra.

"Auchh .... Wuah... Lepesin donk swakit tau... "

"Gemes sih... Soalnya ngeliat mukamu yang imut ke bola "

Putra menatap sinis VOC, siapa sih yang nggak sakit kalau pipinya dicubit..?!

Tiba-tiba raut wajah VOC berubah menjadi sendu, melihat perubahan tiba-tiba dari VOC membuat putra bertanya tanya apakah ia membuat VOC marah?

"VOC..? ,Kau kenapa..?" Tanya putra.

"Itu...sebenarnya ada hal yang harus aku beritahu kepadamu putra..."

Mendengar pernyataan itu putra menatap lekat wajah VOC, apa itu berita yang sangat besar..

"Katakanlah.. aku akan mendengarkanmu kok.." ujar putra lembut sambil memegang lengan VOC.

VOC menghela nafas kasar sebelum mulai mengelus pelan kepala sang empu.

"Sebenarnya aku harus pergi pulang ke tempat asal ku..., Soalnya aku harus sekolah... Maaf ya.. " ujar VOC dengan berat hati.

Putra menatap tak percaya kearah VOC ,padahal mereka baru saja berteman dengan erat tapi VOC malah pergi..

VOC menarik putra kedalam pelukannya, ia benar-benar tidak ingin berpisah dengan si doi. Mau gimana lagi kalau ayahnya sudah berkata maka ia tidak akan bisa membantah.

Putra menangis di pelukan VOC sementara VOC mengelus lembut punggung sang empu.

"Sudahlah Jangan nangis lagi... Ini semua juga demi dirimu, kalau aku pergi belajar dengan sungguh sungguh aku pasti bisa mengusir para penjajah itu.." ujar VOC dengan percaya diri.

Putra menatap VOC sungguh sungguh, ia harap VOC berkata dengan serius bukan karna ingin membujuknya.

"B benarkah..? " VOC mengangguk

"Baiklah... " Kata putra sambil melepas pelukan VOC.

VOC dengan lembut mengelap sisa air mata di pipi putra. So sweet kali...💕

"Udah ya jangan nangis lagi ntar hilang imutnya.." goda VOC sambil mencubit pelan pipi chubby nya.

Putra tertawa kecil.

"Oh iya... Aku ada hadiah untukmu, sekarang tutup matamu dulu.."

Putra menurut saja, ia pun menutup matanya. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu menyentuh lehernya, rasanya geli. VOC memasang benda itu dileher putra, ia tersenyum kecil melihat benda itu. Tampak sangat bagus.

"Sekarang buka matamu.."

Saat putra membuka matanya, ia melihat sebuah kalung yang bertali perak dan memiliki permata yang berwarna emas dengan sebuah ukiran kuno yang klasik. Putra menatap kagum kalung itu.

"Wah... Ini benar-benar bagus VOC...!! " Ujar putra sambil berlari memeluk tubuh VOC.

Untuk saja VOC sigap kalau nggak dah jatuh si putra...

"Eh... Pelan pelan donk.."

"Hehehehe.."

Tanpa terasa waktu dengan cepat berganti dari pagi ke sore, ini waktunya untuk VOC berpisah dengan sahabatnya.

Putra akhirnya memutuskan untuk pergi mengantar VOC sampai ke dermaga, ternyata kapal yang akan ditumpangi oleh VOC telah sampai di pelabuhan.

VOC dipersilahkan untuk segera naik ke kapal karna sebentar lagi kapal akan berangkat, VOC menoleh kearah putra yang masih setia menunggu di tepi dermaga. Putra memaksakan senyumnya dan melambaikan tangannya kearah VOC, VOC balas melambai tangannya sembari kapal yang ia tumpangi berlayar ke tengah laut.

Kapal yang dinaiki oleh VOC perlahan menghilang bersamaan dengan terbenamnya matahari, perlahan-lahan senyum yang terukir di bibir putra menghilang saat melihat kapal VOC telah pergi berlabuh.

Ia akhirnya memutuskan untuk berjalan pulang, saat ditengah jalan ia mendongak ke atas. Hamparan bintang tampak bersinar dengan terang di gelapnya malam.

"Aku harap kau bersungguh sungguh dengan janjimu, VOC "

*our promise* Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang