*under the tree*

320 33 1
                                    

Keesokan harinya, VOC tengah bersiap siap di kamarnya. Memakai pakaian formal negerinya sendiri, kata ayahnya hari ini mereka harus bertemu dengan raja negeri yang mereka singgahi ini. Padahal hari ini ia ingin bermain dengan teman barunya.

Tapi tepis kan hal itu karna ia harus pergi sekarang untuk bertemu raja. Lebih cepat lebih bagus bukan?

Dalam perjalanan menuju istana atau orang disini menyebutnya dengan keraton. Ternyata mereka melewati tempat main ia dan teman barunya, VOC segera menoleh keluar jendela kereta kuda ternyata teman barunya tidak ada disana.

Ia tampak sedih ternyata putra tak ada ditempat bermain, mungkin ia ada hal yang penting untuk dilakukan bukan?

Netherland, adik dari VOC menatap heran sang kakak yang terlihat murung. Tapi ia tak peduli, Toh biarkan saja palingan kakaknya hanya tak mau pergi berkunjung.

Tidak membutuhkan waktu lama mereka akhirnya sampai di sebuah keraton megah dengan halaman luas yang membentang dengan indahnya. VOC cukup kagum melihat betapa besarnya keraton tersebut, tampaknya orang memiliki istana ini orang yang kaya, itulah sedang dipikirkan oleh VOC.

Mereka akhirnya melangkah masuk ke dalam keraton lebih tepat ruang tamunya. Mereka dipersilahkan untuk duduk, bola mata VOC tiba-tiba tertuju kearah dua orang yang duduk didepan mereka.

Seorang laki-laki bersurai merah putih belang belang berperawakan layaknya seorang raja memakai pakaian yang setiap tubuh hampir dilapisi perhiasan emas, belum lagi mahkota yang cukup besar di kepalanya. Disebelahnya ada seorang wanita yang memiliki warna rambut hijau emerald, dan mengenakan pakaian putih tapi roknya yang terlihat sedikit berbeda. Kalau dilihat dari dekat ternyata rok itu memiliki sebuah pola yang cukup menarik Dimata VOC.

Laki-laki itu memulai percakapannya.

"Jadi..., Ini anak anak anda tuan Dutch Republic ? " Dutch Republic atau R.D. menatap sekilas sebelum memperkenalkan anak anaknya

"Ya namanya VOC dan juga Netherland, tuan Majapahit"

VOC dan Netherland memberi salam, Majapahit tersenyum kecil melihatnya. Tiba-tiba saja ada tiga orang anak tengah berlari kearah Majapahit yang diikuti oleh empat orang lain.

Mereka terlihat mirip dengan surai merah putih tapi hanya baju dan sifatnya yang membedakannya. Tapi mata VOC hanya tertuju pada seorang anak yang terlihat kalem tapi imut. Orang itu tampak tak asing Dimata VOC.

Merasa diperhatikan, anak itu menoleh kearah VOC . Seketika VOC ingat siapa anak itu, dia putra teman barunya yang ia temui kemarin.

"Nanti kita main ya~ " ujarnya pelan lebih tepatnya berbisik.

Ia pun tersenyum kecil sambil sesekali menyimak pembicaraan orang tua mereka. Tapi pada akhirnya salah satu anak Nusantara terlihat sedikit gelisah dikarenakan bosan, Majapahit pun menyuruh anaknya untuk bermain diluar. Anak Nusantara pun segera pergi bermain dan tak lupa mengajak Netherland dan VOC untuk bermain bersama.

Tapi putra dengan sigap menarik tangan VOC menjauh dari saudaranya yang lain.

"Sstt.. diam nanti dulu ya~ nanti yang lain denger.. " ujar putra dengan senyum manisnya.

VOC hanya mengangguk paham, tidak berapa lama mereka sampai di pohon rindang tempat kemarin mereka bertemu. Putra segera duduk dan memberi isyarat kepada VOC untuk duduk disebelahnya, VOC pun duduk disebelah putra.

"Ugh.. , apa kau mengerti apa yang dibicarakan orang tua kita? Aku benar-benar tidak paham pembicaraan orang dewasa.... Bagiku orang dewasa sangatlah menyebalkan..." Gerutu putra sambil menggembungkan pipinya.

VOC hanya terkekeh kecil melihat tingkah menggemaskan putra apalagi kalau melihat pipinya yang chubby itu. Ugh... rasanya pengen ia makan..

"Namanya juga orang dewasa..." Ujar VOC

Putra menatap sebal VOC, ia mirip orang dewasa kalau berbicara.

"Sudahlah... Oh iya aku boleh nanya tidak ? " Tanya putra tiba-tiba, VOC hanya mengangguk.

"Boleh kok"

"Hmm... Kau ngapain ke negaraku ? Apa ada hal penting yang ingin kau dan saudaramu lakukan disini...? " VOC terdiam sejenak.

Tidak mungkinkah ia mengatakan ingin menjajah negerinya? Padahal ia sedang dijajah oleh bangsa lain.. bisa syok nanti anak orang.. kan berabe..

"Eh.. ehm.. itu a aku..., Maksudku orang tuaku ingin memulai perdagangan bisnis dengan wilayah Nusantara... " Ujar VOC dengan senyum hambar, putra mengangguk paham.

Sebenarnya VOC tidak berbohong, niat awal ia dan keluarganya disini hanyalah untuk membeli beberapa jenis rempah rempah. Tapi setelah melihat potensi dan kemungkinan besarnya akhirnya ayahnya memutuskan untuk menjajah negeri ini.

" Kau tau VOC..? " VOC menoleh kearah putra.

"Aku benar-benar benci dengan para penjajah itu... " Putra berhenti bicara sejenak.

Tanpa ia sadari air matanya mengalir melewati pipinya, VOC menatap diam kearah putra.

"Hisk... mereka benar-benar tidak punya hati hisk.. sampai tega menjajah dan menyiksa... Hisk padahal kami tidak salah apa-apa..hisk... "

VOC buru-buru memeluk tubuh kecil itu kedalam dekapannya, tangis putra pecah kala VOC mengelus lembut punggungnya. VOC merasa kasihan kepada putra, ia dapat merasakan tubuh kecil itu bergetar.

Seketika rasa bersalah memenuhi dirinya, ia merasa tak tega untuk menjajah apalagi menyiksa anak yang tak bersalah itu.

"Maaf..." Ujarnya lirih.



*our promise* Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang