6. Semangat yang Datang

566 37 6
                                    

Selamat membaca~

●□●□●

Setelah beberapa jam ulangan dadakan, Guru yang mengajar Dianna langsung mengoreksi semua jawaban muridnya. Dengan fokusnya Bu Reksa saat mengoreksi membuat semua murid di kelas Dianna tegang. Ulangan dadakan tersebut hanya terdiri dari 10 soal matematika yang mudah, bagi yang 'bisa' saja sih, pastinya.

Setelah selesai mengoreksi, Bu Reksa langsung memberikan hasil ulangan tanpa aba-aba. Tentu saja hal itu membuat semua murid tambah gugup. Mereka takut mendapatkan nilai jelek di ulangan dadakan ini. Walaupun sebal karena ulangan ini dilakukan secara mendadak, semua murid tetap mengerjakannya dengan tulus dan serius.

"Na... k-kamu dapet berapa?" tanya gugup Icha disuguhi wajah melas Dianna. Icha menaikkan alisnya penasaran. Melihat Dianna yang enggan memberitahu, Icha beralih ke Fero yang terlihat santai dari tadi.

"Fer, dapet berapa? Kok kayaknya santai banget," ujar Icha pelan ke Fero.

Orang yang ditanyai itu hanya membalasnya dengan tersenyum senang. Hal itu juga membuat Dianna ikut penasaran dengan nilai Fero. "Nilai yang paling terbaik yang baru gue capai," kata-kata Fero membuat Icha iri, ia sudah berpikir kalau nilai Fero pasti lebih tinggi darinya.

"56."

Ucapan singkat itu reflek membuat Dianna tersenyum simpul, berbeda dengan Icha yang wajahnya tidak bisa berbohong bahwa dia ingin memukuli Fero sekarang. "Eh, serius tau. Gue nggak pernah dapet nilai matematika di atas 40, makanya gue bangga dapet 56," jelas Fero dengan hati yang sangat tulus.

"Gue juga serius pengen banget nampol muka lo," timpal Icha hanya dibalas kekehan oleh Fero.

"Baiklah, anak-anak. Nilai ulangan ini akan ibu masukkan sebagai nilai tugas biasa. Semoga kalian puas dengan nilainya, kalau begitu ibu permisi," tutur Bu Reksa yang santai, tapi terdengar seperti teguran oleh murid di kelas Dianna.

Tepat setelah Bu Reksa keluar, kelas Dianna pun langsung ricuh dan banyak keluhan dan protes kepada nilai mereka. Dianna juga pamit ke Icha untuk ke perpustakan dulu dan Icha membalasnya dengan anggukan. Sesampainya di perpustakaan, Dianna mencari tempat duduk yang sepi dan berada di pojokan. Ia ingin sendiri sekarang.

"64."

Dianna tersenyum miris melihat nilainya sendiri. Bahkan ia tau kalau Icha mendapat nilai lebih tinggi dari pada dia. Bukan malu karena nilainya, tetapi Dianna terlalu tidak percaya diri untuk memberitahu nilainya ke orang lain. Selama ini ia juga sudah berusaha semampunya. Dianna menghancurkan kertas ulangan dengan tangannya. Dianna memejamkan mata beberapa saat. Bayang-bayang semua harapan kedua orang tuanya kembali menghantuinya. Reflek Dianna membuka mata kembali.

Ia pun memilih untuk mencari buku yang mungkin bisa membuat Dianna tertarik dan membacanya. Ada satu buku yang membuat Dianna tertarik. 'Menjadi Orang Sukses itu Mudah Kok', judul buku itu menimbulkan senyuman tipis di bibir Dianna. Lalu, ia kembali mencari buku lain setelah mendapatkan buku tadi.

5 buku sudah cukup menurut Dianna, ia segera kembali duduk dan mulai untuk membaca buku yang sudah ia ambil. Di sekolah, Dianna memiliki waktu 1 jam untuk istirahat. Karena waktunya masih banyak, tanpa berlama-lama ia segera membaca buku-bukunya.

40 menit Dianna habiskan untuk membaca 5 buku tadi. Membaca buku-buku tersebut membuat Dianna merasa ada semangat yang timbul di dirinya. Ia menjadi termotivasi, ternyata tanpa usaha dan keringat, kesuksesan juga tidak akan berhasil.

Saat Dianna ingin hampir selesai mengembalikan buku-buku yang sudah dia baca tadi, secara tidak sengaja buku jatuh tepat di depannya. Ia pun mengambil buku itu.

"Sengsara itu hanya sesaat, kebahagiaanlah yang akan bertahan selamanya."

Dianna membaca itu dalam hati. Karena merasa tertarik, Dianna pun membacanya. Lagi pula masih ada banyak waktu. Selama 10 menit ia membaca buku itu sampai selesai, buku itu tipis, jadi tak perlu memakan banyak waktu untuk membacanya.

Setelah membacanya, Dianna tersadar... bahwa sengsara memang hanya sesaat dan syarat untuk bahagia adalah melewati kesengsaraan itu dengan usaha.

~●~

Bel pulang sekolah berbunyi, Dianna pamit ke Icha untuk pulang duluan. Awalnya Icha bingung, karena tumben Dianna mau pulang duluan. Tapi, dengan segera, ia menghapus pikirannya yang aneh itu dan mengangguk mengiyakan Dianna. Seperti biasa, Dianna menunggu taksi untuk pulang. Setelah mendapatkan taksi, ia pun segera pulang.

Sesampainya di rumah, ia melihat rumahnya yang sepi tak seperti biasanya. Tetapi, ia menghiraukan itu. Dianna buru-buru pergi ke kamarnya. Ia sudah bertekad, karena di perpustakan tadi lah yang membuat ia menjadi semangat.

~●~

"Aku akan berusaha, Ma, Pa. Aku mohon kalian jangan lupa kalau aku juga sedang berusaha keras seperti kak Arkan saat ini."

TERLAMBAT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang