✨️SPECIAL CHAPTER (2)✨️

757 26 0
                                    

Selamat membaca~

●□●□●

Langkah demi langkah terdengar. Kedua Kaki itu melangkah dengan pelan dan hati-hati agar tidak menginjak sesuatu yang seharusnya tidak diinjak. Dengan bunga yang dipegang, akhirnya gadis itu sampai ditempat yang ia tuju. Ia mengubah posisinya menjadi jongkok. Tangannya menyentuh salah satu nisan dan matanya menatap nisan yang tidak hanya satu, tetapi dua.

"Nggak nyangka mama sama papa udah pergi selama itu ya?" kata yang sederhana, tetapi dalam baginya.

Dianna meletakkan bunga yang ia bawa itu di atas makam mama dan papanya. Tentunya ia membawa tidak satu, ia membawa dua bunga untuk mama dan papanya. Tatapan sendu terlihat dengan tangan yang mengusap nisan mamanya dengan lembut.

"Aku udah janji buat nggak nangis lagi, ma.. pa..," ujar pelan Dianna. "Tapi, maaf kalo Dianna pada akhirnya tetep nggak kuat, ma."

Air mata yang hampir keluar itu dengan segera dihapus oleh Dianna. Ia kembali menatap nisan kedua orang tuanya, lalu tersenyum. "Mama tau nggak? Kak Arkan balik lagi ke Australia buat ngelanjutin S2 kuliahnya, aku sendirian, ma."

"Aku nyesel karena nggak setuju waktu papa mau ngerekrut bi Yani buat ke rumah. Aku cuma nggak mau nanti rumah kita ada orang lain, ternyata Dianna butuh orang lain sekarang, pa," ucapan itu mulai bergetar. Dianna berusaha menguatkan dirinya lagi.

"Udah 3 tahun sejak mama sama papa ninggalin Dianna sama kak Arkan."

"Oh iya, mama sama papa tau nggak? Kak Arkan waktu itu rela buat mundurin balik ke Australia biar bisa nemenin Dianna dulu," Dianna tersenyum tipis. "Mama sama papa tenang, sekarang aku nggak sendirian kok. Ada seseorang yang masuk kehidupan Dianna, dia baik, bikin hidup Dianna jadi cerah lagi, ma.. pa..."

Langit yang mulai gelap menandakan bahwa bentar lagi akan hujan. Dianna pun terpaksa harus menyelesaikan pertemuan dengan kedua orang tuanya. Drrttt drrttt, getaran yang berasal dari handphone Dianna menyadarkannya. Dianna langsung mengambil handphonenya dan mengangkatnya. Sambil menelpon, Dianna berjalan keluar area pemakaman.

"Halo? Dengan saya, dokter Dianna spesialis bedah, ada apa?"

"Ada pasien yang menjadi korban kebakaran, dok. Tangan dan kakinya dipenuhi dengan luka bakar yang sepertinya parah."

Dianna mengerutkan dahinya sambil berjalan menuju mobilnya. "Keparahan luka bakarnya?" tanya Dianna dengan tangan yang mulai siap untuk menyetir.

"Kulit bagian tangan melepuh, dok. Sedangkan, kulit bagian kaki mulai bengkak. Pasien dari tadi mengeluhkan lukanya yang sangat perih."

Setelah mendengar itu, Dianna pun mengerti. "Bersihkan luka bakar itu dulu agar tidak terjadi infeksi. Lalu, kompres dengan air dingin, beri antibiotik agar pasien tidak terlalu merasakan perihnya. Saya akan segera ke sana," jelas Dianna pun diangguki oleh perawat yang menelponnya.

Telpon pun terputus dan Dianna menaruh handphone ke tasnya. Ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan berangkat ke rumah sakit.

Dianna udah beda, ma.. pa... Dianna adalah seorang dokter. Dengan keahlian Dianna yang berbeda dengan orang lain membuat Dianna bekerja menjadi dokter lebih cepat.

Kak Arkan memilih untuk melanjutkan S2 nya di Indonesia. Tetapi, saat ini ia masih bekerja di Australia. Mungkin memang mustahil, bahkan Dianna tidak menyangka bisa menjadi dokter saat ini. Dianna pernah berpikir untuk ngelanjutin S2 juga, tetapi Pak direktur rumah sakit tidak memperbolehkannya. Karena ia masih membutuhkan dokter seperti Dianna yang bukan hanya menyelamatkan pasien, tapi mengurus pasien hingga benar-benar sembuh.

Terimakasih telah menjaga Dianna sampai sekarang, ma.. pa..

~●~

Selesai memeriksa pasien, Dianna pun keluar dari kamar pasien. Dianna terkejut dengan orang yang tiba-tiba ada di depannya. Senyuman terbentuk saat ia tak menyangka siapa yang datang.

"Aku denger kamu lagi meriksa pasien di sini, jadi aku ke sini deh," papar orang itu membuat Dianna lagi-lagi tak bisa menahan senyumnya. Apalagi dengan bunga yang dibawa orang itu.

"Kamu bukannya kerja? Nggak capek?" tanya Dianna dengan khawatir.

"Pastinya lebih capek kamu daripada aku kan?"

Setelah mengucapkan itu, orang itu mendekat ke Dianna dan memeluknya. "Makasih karena udah bertahan sampai sekarang ya." Dianna terkejut dengan pelukan tiba-tiba itu. Pelan-pelan, ia pun membalas pelukan itu.

Dia orangnya, ma, pa. Orang yang berhasil memberikan cahaya kehidupan Dianna. Keadaannya menjadi penguat untuk Dianna...

~●~●~●~

"I will try to be happier than now, ma.. pa.."
- Dianna Khayra Melani -

~●~●~●~



Does this need to have a long version of the chapter?


.....

TERLAMBAT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang