"Gak di jemput sama cowok lo emang ?"
Rea sibuk mengenakan sepatunya, berjongkok di teras rumah saat Justin bertanya seperti itu. Lelaki itu berdiri di belakangnya, menunggu adiknya selesai bersiap-siap.
"Nggak. Gue udah bilang mau berangkat bareng lo" jawab Rea
"Gak biasanya" Justin bersedekap. Ini sedikit aneh baginya. Karena tidak biasanya Zara tidak semangat menghadapi Arsen. Adiknya itu selalu menepikan ego jika sudah berhadapan dengan Arsen.
"Kalian berantem ?" Tanya Justin, ia pun tak yakin dengan dugaannya itu. Karena ia merasa tidak pernah mendengar adiknya bertengkar dengan sang pacar.
"Nggak" bantah Rea, ia selesai dan berdiri. Menatap Justin dengan ekspresi malas.
"Gue cuman pengen berangkat bareng lo. Gak boleh ?""Boleh-boleh aja sih" meski menjawab begitu, tatapan Justin terarah pada Rea dengan aneh.
Ini tidak seperti Zara yg biasanya.
"Lo aneh" celetuk Justin
"Aneh apanya ?" Ingin membantah, tapi Rea sudah malas berdebat. Jadi ia mengakhiri pembicaraan kali ini. "Udah deh, mending lo anterin gue sekarang, daripada ngajak ngobrol terus. Bisa telat gue"
Justin tak bisa menolak. Ia akhirnya mengikuti Rea yg sudah lebih dulu berjalan ke arah motornya terparkir. Beda dengan Arsen, motor Justin hanya motor biasa. Tapi hal yg bisa dibanggakan, Justin mendapatkan motor itu dengan hasil keringatnya sendiri.
"Ayo naik !" Seru Justin
Rea naik, duduk di belakang Justin. Ia melingkarkan lengannya memeluk cowok itu. Ini tidak ada artinya, Rea sudah sering berboncengan dengan teman-teman Arsen sebelumnya. Dan ia akan memeluk mereka saat ia sedang malas berpegangan. Saat ia membutuhkan waktu untuk termenung dalam perjalanan.
Walau akhirnya, ia akan di omeli Arsen saat ketahuan.
****
Sampai di sekolahnya, Justin langsung meninggalkan Zara sendirian. Zara memasuki gedung sekolahnya. Baru beberapa langkah melewati gerbang, matanya sudah menemukan Arsen.
Hati Rea mulai goyah.
Padahal niatnya berangkat dengan Justin karena ingin menjauhi cowok itu.
"Kamu udah dateng sayang ?" Tanya Arsen, berjalan ke arahnya
Rea menatap nya heran, karena tidak biasa nya Arsen akan berangkat sepagi ini. Rea sangat tahu kebiasaan cowok itu.
"Kamu juga kok udah dateng pagi-pagi gini. Biasanya juga siang""Tahu dari mana aku datengnya siang ?" Arsen tersenyum geli "Kamu sama aku kan selalu duluan aku datengnya"
Rea mana tahu itu.
Ia tersenyum kikuk.
"Yuk masuk, sayang" Arsen menarik tangannya. Membuat Rea menegang kaku.
Ia hanya bisa mengikuti kemana Arsen membawanya. Rea benar-benar cemas, akan seperti apa ke depannya. Usaha nya menekan perasaan untuk Arsen akan gagal total jika ia harus terus berakting sebagai Zara.
Kemudian Rea tersadar, ini bukan jalan menuju kelas nya maupun Arsen.
"Kita mau kemana, Ar ?"
Arsen tak menjawab, hanya tersenyum misterius. Hal itu membuat perasaan Rea tidak enak.
Mereka sampai di belakang sekolah. Sudut wilayah yg jarang di pijaki para murid. Disini tempat yg begitu tidak terawat, bulu kuduk Rea merinding merasakan hawa tidak enak di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Girlfriend (End)
Teen FictionSetelah mengalami kecelakaan, Rea terbangun di tubuh pacar dari kakaknya sendiri. Apa yg harus ia lakukan? # 1 Forbidden 13/05/2022 # 1 Romantis 23/05/2022 # 1 Percintaan 05/06/2022 # 1 Teens 05/06/2022