05

2 1 0
                                    

Mimpi satu kata yang mewakili segala yang Yuta alami. Dia harap mimpi itu nyata, tapi ada juga mimpi itu tidak nyata. Dimana dia hampir gila dengan dunia mimpi ini. Yuta, selama ini dia terjebak dalam dunia mimpi miliknya.

Dimana dia bermimpi Senjanya ada di sampingnnya. Dunia dimana hanya dia seorang yamg bisa masuk dan hanya dia yang sadar bisa menggerakan dirinya sesuai ke ingginanya.

Di dalam mimpinya dia melihat senjanya tersenyum. Dia bermain dan bersenang-senang bersama senja. Tapi tanpa sadar dia terlalu larut ke dalam mimpi itu.

Saat dia kembali ke dunia nyata, dia tertampar oleh kenyataan bahwa senjanya masih tertidur di ranjang ICU. Dia menyesali segalanya. Tapi dia tidak bisa berbuat lagi sekarang. Hanya harapan agar mata cantik itu kembali terbuka walau hanya untuk berpamitan setidaknya dia tidak begitu kehilangan yang teramat.

Yuta perlahan masuk ke dalam ruangan putih dimana senja kini tertidur. Bau obat dan suara alat pendeteksi detak jantung begitu dominan. Dia duduk di samping ranjang Senja. Perlahan tangannya menyentuh tangan putih pucat milik senja.

Di usapnya tangan ringkih itu dengan hati-hati. Yuta mengamati tangan itu, tangan yang beberapa hari lalu ia sematkan dengan sebuah cincin berlian berwarna perak.

"Senja, kamu tahu tidak? Aku akan menjadi seorang aktor sebentar lagi."

"Kamu ingat dulu aku pernah berjanji jika suatu saat aku menjadi aktor, akan ku ajak kamu mengunjungi tempat yang sangat indah"

"Senja, aku tahu kamu mendengar semua yang aku ucapkan. Bangun ya, nja? Aku tahu dunia ini memang berat, tapi aku berharap kamu mau kembali ke dunia ini."

"Sudah dulu yah Senja, besok malam aku datang lagi, selamat malam Senjaku," ucap Yuta sambari mencium tangan Senja.

Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang