Mata coklat itu perlahan terbuka. Hamparan bunga didepannya begitu indah. Tempat ini lagi. Disana sosok yang sangat dia rindukan berada di ujung sana. Berjalan diantara bunga-bunga berwarna putih tersebut.
Rambut hitam sebahu yang terherai begitu saja diterbangkan oleh angin yang berhemus. Senyuman yang cantik terukir di bibir candu miliknya. Gaun putih itu kembali melekat dalam tubuhnya.
Perlahan mata miliknya menatap mata coklat tersebut. Senyuman itu terukir lebih cerah, menyambut kedatangannya lagi. Kaki miliknya secara otomatis melangkah mendekati sosok tersebut.
"Kamu datang."
Dia berdiri dihadapan sosok itu, tangannya terulur mengenggam tangan lembut itu. Ini nyata bukan?
"Aku datang."
Ditariknya sosok itu kedalam rengkuhannya. Tidak ingib kembali melepaskan sosok tersebut dalam dekapannya. Dia tidak ingin kembali disadarkan
"Yuta, tempat ini adalah tempat yang paling ingin aku kunjungi," ucap sosok tersebut dalam dekapan yang masih tidak terlepas.
"Kamu lihat, ribuan bunga ini sangat menghibur diriku, rasanya aku tidak ingin kembali meninggalkan tempat ini. Tempat ini dimana aku menyetujui segala perintahnya. Tempat ini aku mengiyakan perintahnya."
Yuta, laki-laki berambut hitam legam itu mengeratkan dekapannya. Dia tahu apa yang dimaksud dengan tempat ini.
"Kamu tidak akan tinggal di sini bukan? Setidaknya bukan sekarang. "
Perlahan Senja melepaskan dekapan hangat itu. Dia menatap Yutanya dengan sangat dalam dan lembut. Diraihnya tangan yang senantiasa mengenggam tangannya disaat banyak orang melemparkan kebencian dalam hidupnya.
Yutanya yang selalu ada untuk dirinya. Satu orang setelah ibundanya yang begitu berarti dalam hidupnya. Orang yang mampu membuatnya bertahan hingga detik ini.
"Yuta, kamu harus tahu seberapa aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Tidak ada alasan mengapa aku bisa mencintaimu. Aku hanya tahu bahwa ada seorang laki-laki dengan senyuman semanis buah cherry itu untuk pertama kalinya mengulurakan tangannya untuk diriku. Laki-laki yang datang dengan percaya dirinya membawa obat yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. "
Digenggam erat tangan lembut itu yang mulai terasa dingin. Yuta menggelengkan kepalanya. Matanya memandang tidak suka ke arah Senja.
"Berjanjilah kepadaku bahwa kamu akan tetap bersinar diatas panggung lagi. Berjanjilah kamu akan menjaga bunda untuk diriku. Dan berjanjilah untuk tidak menangisi diriku lagi setelah ini."
Yuta dengan segera menarik kembali Senja kedalam rengkuhannya. "Jangan pergi. Kamu berjanji kepadaku untuk terus ada disisiku. Kamu berjanji itu kepadaku Senja. "
Senja membalas pelukan itu dengan erat.
"Bukan kemauan ku untuk pergi, waktu ku telah usai yuta. Takdir kita hanya sampai disini. Jika diberikan kesempatan aku juga ingin kembali. Aku masih ingin memeluk mu dan bunda. "
Perlahan tanpa permintaan tetesan airmata membasahi kedua pipi mereka. "Senja kamu itu pusat dalam hidupku. Bagaimana aku kalau kamu pergi? Kumohon sebentar saja kembali kepadaku. Izinkan aku untuk memberikan yang terbaik untukmu. Sebentar saja biarkan aku memberikan cinta terbesarku untukmu. "
"Maaf"
Tubuh itu perlahan meredup. Kedua tangannya perlahan mulai semu menjadi sebuah bayangan. "TIDAK! kumohon! Sebentar saja. SENJA kumohon. Kumohon jangan pergi. KAMU SUDAH BERJANJI. SENJA!"
"Nakamoto Yuta, dalam dunia ini aku sangat bersukur dalam sisa nafasku aku dipertemukan oleh sosok yang mampu membuatku tersenyum. Kamu, hanya kamu yang mengulurkan tangannya dengan tulus tanpa memandang siap aku, kamu yang mencintaiku dengan sangat. Kamu yang rela menentang mereka yang menganggap diriku aib. Hanya kamu. Aku sangat mencintaimu. Aku sangat menyanyangimu. Maaf. Nyatanya aku yang meninggalkan mu. Maaf aku mengingkari janji. Jika dikehidupan selanjutnya aku diberikan waktu yang lebih, mari bertemu lebih awal dan melukis cerita kita dengan baik. Jangan menangis. Aku benci membuat kamu terluka. Aku akan selalu ada dihati kamu. Terima kasih telah menemaniku. Aku beruntung memiliki mu dalam sisa nafasku.
TITTTT---
"TIDAKKK!" Yuta terbagun dengan air mata yang mengalir dipipinya. Dengan tergesa dia berlari keluar apartment miliknya. Dia melajukan mobilnya dengan segera ke rumah sakit tempat Senjanya tertidur.
Dia berlari sekuat tenaganya meraih gagang pintu ICU yang ada. Disana dia melihat Bunda terjatuh dalam pelukan ibunya. Dia menggelengkan kepalanya. Kakinya melangkah kearah ranjang. Dimana Senjanya telah dilepaskan alat nafasnya.
"Tidak, Senja ayo bangun. Kamu ingin kita menikah bukan? Ayo sekarang kita menikah. Lihat aku sudah memasang cincin yang kamu mau. Senja ayo bangun. " tanpa isakan airmata itu mengalir deras dipipinya.
Kamu ingkar nja, kamu ingkari janji kamu yang akan medampingiku diatas latar menjadi pengantinku. Kamu ingkar, kamu bahkan belum memberikan ciumanmu untuk ku. Kamu ingkar senja anastasya. Kenapa? Kenapa nja? Apakah aku menyakitimu? Jika iya pukul aku. Jangan pergi seperti ini. Senja. Kumohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakamoto Yuta
Fanfictiondalam gelapnya malam, dalam kegelapan saat mata terpejam ada satu dunia yang sangat indah, dunia di mana hanya di miliki oleh dua sosok yang entah siapa yang asli dan entah mana yang hanya sebuah hayalan yang datang di setiap malam. ©cicituwu