[⚠️Perhatian⚠️]
Sebagian chapter ini udah aku revisi dengan penulisan yang sesingkat mungkin agar kalian lebih mudah paham bacanya, juga disini aku tambahin beberapa part sebagai tambahan.⚠️Ingatkan bila ada typo⚠️
.
.
.
.
.
Happy Reading 🌼🌼🌼--oOo--
Sebuah motor ninja melaju dengan kencang dengan lelaki yang mengendarai dan gadis di belakangnya. Terus berjalan seolah tak tahu arah, mereka benar-benar sama sekali tidak peduli.Namun tiba-tiba saja hujan turun dengan cepat seolah mengerti apa yang Khanara rasakan dan membasahi mereka, bersamaan juga dengan air mata yang mengalir dari matanya.
Bahunya bergetar disertai dengan isakan kecil dari mulutnya dan itu dapat dirasakan oleh Aksa yang membelakanginya.
Dapat lelaki itu pula rasakan sakit hatinya gadis itu, ia benar-benar tau apa yang gadis itu rasakan, apa yang gadis itu terima, dan apapun tentang gadis itu. Bahkan ia juga mengetahui sesuatu yang gadis itu tidak tahu.
Aksa dan Khanara itu dekat sejak mereka kecil. Usia Aksa dua tahun lebih tua di banding Khanara, namun Aksa hanya berbeda satu angkatan sekolah dengan Khanara karena Aksa pernah satu kali tidak naik kelas.
"Ujannya makin deres, kita pulang aja ya?" Tanya Aksa dengan suara yang agak di kencangkan.
"Pu-pulang ke mana?" Ucap Khanara terbata karena habis menangis.
Pertanyaan dari mulut Khanara berhasil membuat Aksa bungkam. Ia tahu bahwa Khanara pasti tidak akan pulang ke rumah kakaknya
Ia juga sadar bahwa dirinya bukan lelaki kaya yang akan menawarkan Khanara untuk menginap di apartemen ataupun hotel mewah seperti cowok-cowok yang ada di sebuah novel.
Ia ingin sekali mengajak Khanara untuk bermalam di kost-nya, namun kostnya itu hanya sebuah kamar dengan ukuran 3×3. Belum lagi kamarnya yang cukup berantakan karena jarang ia rapihkan.
Apalagi ketika mengingat kehidupan Khanara yang sedari kecil 'mewah'. Ia makin ragu untuk mengajaknya, namun pikirannya berubah ketika Khanara membuka suara.
"Khana nginep dikost bang Regan ya?"
Sebenernya ia masih ragu, takut bahwa Khanara akan merasa tidak nyaman tidur di kost-nya. Mencoba menepis semua pikiran buruk terhadap reaksi Khanara, ia menambah kecepatan motornya dengan hujan yang masih membasahi mereka.
-oOo-
"Apa adanya aja ya?" Tanyanya ragu seraya menunduk, menatap gadis yang lebih muda darinya.Gadis itu hanya mengangguk dan menunjukkan jari jempolnya sebagai jawaban. Lalu di bukanya pintu kamar itu dan menampakkan, sebuah kasur dengan beberapa buku dan barang-barang lainnya yang berserakan di mana-mana.
Khanara yang melihat itu hanya menggeleng seraya menatap 'abang'nya itu. Begitupun Aksa yang hanya cengengesan di tatap Khanara.
Melangkah masuk kedalam, mengambil buku satu persatu yang berserakan lalu menyusunnya di sebuah rak yang tersedia.
Namun, ketika hendak mengambil barang yang lain, Aksa menahan tangannya dan Khanara pun hanya menaikkan alisnya sebelah mengisyaratkan'apa?'.
"Lo mandi aja dulu, pake baju gue."
Tak ingin membantah, ia pun segera mengambil baju milik Aksa lengkap dengan pakaian dalammnya. Tunggu! Dari mana Aksa mendapatkan dalaman ini?!
"Ehh itu p-punya. ck! itu punya ceweknya Calー" Ucapannya terhenti ketika mengingat bahwa Calvin menyuruhnya untuk tidak memberi tahu kejadian waktu itu. Ck! kenapa mulutnya ini sama sekali tidak bisa di ajak kerja sama. Menyebalkan
"Calvin? dia punya cewek? Kenapa pake segala bawa daleman gini, bekas apa baru nih? Eh tapi ini masih ada merk-nya si berati baru ya?Khana pake ya bang!" Khanara terus berbicara dan langsung memasuki kamar mandi tanpa memberikan waktu untuk Aksa berbicara.
Aksa hanya bisa diam di tempat, ia bingung dengan reaksi Khanara yang hanya biasa saja padahal ia tahu bahwa Khanara itu menyukai Calvin, begitu pula dengan sebaliknya. Ya walaupun Aksa tahu bahwa Calvin bisa sedikit terbilang playboy.
Khanara keluar dengan pakaian yang di berikan Aksa, walaupun terlihat sedikit kebesaran di baju. Tapi celana panjang milik Aksa muat dengan Khanara, entah karena tubuh Khanara yang besar atau mungkin Aksa yang mungil.
"Khan, maksud gue tadi itu bukan ceweknya Calvin tapi mantannya. Namanya Nayya, kayaknya si seangkatan sama lo, cuma sekolahnya dimana gue gak tau. Lagipula Itu udah lama, waktu mantannya ulang tahun si Calvin mau kasih kado itu cuma gajadi karna ceweknya ketahuan selingkuh." Jelas Aksa dan di angguki oleh Khanara.
"Iya, bang Regan santai aja. Lagipula Khana juga gak beneran suka sama Calvin kok cuma iseng aja liat mukanya Calvin kalo Khana godain, rasanya jadi pengen nonjok bang" Ucapnya sambil terkekeh membayangkan muka Calvin jika benar-benar bonyok karenanya.
"Yaudah, bang Regan mandi sana kan tadi bang Regan juga basah-basahan. Ntar kalo masuk angin Khana gak mau ngerawat bang Regan"
Aksa terkekeh melihat 'adik'nya itu seperti seorang ibu yang sedang mengancam anaknya. Ia pun berjalan menuju kamar mandi yang tentunya intuk mandi.
Beberapa waktu kemudian Aksa di buat melongo ketika keluar dari kamarnya, kamarnya kini terlihat sangat rapih! dan tentu saja itu ulah Khanara. Gadis itu kini tengah menyantap semangkuk mie dengan telor yang entah kapan ia buat.
"Bang! ngapain ngeliatin Khana kaya gitu? Sini makan mienya keburu melar nanti" Ucap Khanara yang membuat lamunan Aksa buyar.
"Ini tadi Khana nemunya cuma satu bungkus doang, makannya berdua aja ya? Khana juga lupa bawa uang soalnya hehehe" Ucapnya disertai dengan cengiran lebar.
Andai Khanara tahu bahwa mie yang ia masak adalah mie terakhir milik Aksa dan itu untuk besok ia sarapan.
Jika orang lain yang melakukannya ia pasti sudah akan marah besar dan menyuruh orang itu untuk mengganti mienya lima kali lipat. Tapi kini yang memasak makanannya adalah 'adik' kesayangannya, sangat tidak mungkin ia melakukan itu.
Karena baginya Khanara adalah segalanya, bahkan ia menjadi alasan Aksa masih bisa bersekolah setelah neneknya meninggal.
Ia benar-benar menyayanginya hingga ia rela menukarkan dirinya jika untuk kebahagiaan Khanara.
Aksa hanya bisa menatap Khanara dengan senyumannya yang tentu saja dengan sangat-sangat ikhlas.
Ia menyantap mie yang Khana buat meski hanya beberapa suap karena Khanara yang sangat lahap memakannya.
"Nih suapan terakhir buat abang Khana tersayang! ngeung~ ngeung~ ngeung~~ cciutt! hap, misi - misi pesawat mau masuk" Ucapnya dengan tangan yang memegang sendok berisi mie lalu menggoyang-goyangkannya seperti pesawat dan berhenti tepat di depan mulut Aksa.
Aksa yang melihat tingkah Khana pun terkekeh dan membuka mulutnya, melahap suapan terakhir mie itu.
Dengan senyum yang puas Khana menarik kembali sendok itu dan segera membawa mangkuk dan sendoknya ke kamar mandi untu di cuci karena kost-an Aksa tidak memiliki wastafel.
....
Hai, semuanya 👋
Gimana kabar kalian? baik kan?
Aku bakal up kalo komen tembus 50+
Spam next? in here ➡️
Terimakasih karena sudah baca book-ku
Sekian terimajongseong 🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
General FictionKatanya, cinta itu seperti bunga mawar. Indah namun juga menusuk, namun mengapa kenyataannya berbeda? Cinta yang ini sama sekali tidak indah apalagi menusuk, hanya saja... Cinta kali ini seperti berada di labirin dengan luas dua hektar, sangat meny...