Suasana yang bisa di bilang nyaman untuk membicarakan orang lain. Awan seputih bunga melati lalu langit yang sebiru lautan.
"Chan, mau mampir?" tawar sosok temannya. Kita sebut saja Lee Jeno.
Haechan berpikir sejenak. Di rumahnya sekarang sedang sepi. Kedua orang tuanya masih bekerja, sedangkan ia sedang menjalani liburan sekolah karena kenaikan kelas.
"Boleh"
Jeno mengangguk. Mempersilahkan teman rumahnya untuk masuk terlebih dahulu.
Mereka baru kenal baru baru ini karena Jeno itu pindahan dari luar kota. Sedangkan anak yang dekat dengan rumah Jeno kebetulan adalah Haechan. Jadi teman pertama Jeno ketika tinggal di rumah barunya adalah Haechan.
Cklek~
"Rumah kamu bagus banget Jen" pujinya.
Haechan baru pertama kali memasuki rumah Jeno. Di waktu lalu ia belum bisa membiasakan diri. Namun ketika seiring waktu berjalan, Haechan mulai dekat dengan Jeno. Ia tak lagi sungkan untuk mengajak Jeno bermain atau menceritakan kisah hidupnya begitu pun sebaliknya.
"Duduk dulu, aku ambil minum" ujar sang tuan rumah, dan di angguki Haechan.
Haechan menatap sekeliling rumah megah Jeno. Satu persatu melihat beberapa foto keluarga Jeno dengan sosok yang ia kenal.
Ibu Jeno, Ayahnya, serta sosok anak kecil di samping Jeno.
"Hyunggg!!!"
Nah, baru juga Haechan berharap agar sosok terakhir itu tak menampakkan diri. Sekarang anak itu berjalan mendekati Haechan.
"Hyung?"
Haechan yang melihat adik Jeno mendekat hanya menampilkan seuntai senyuman tipis. Ia tak berniat menyapa atau yang lain.
Haechan itu anak tunggal. Dan sepupunya sudah besar semua. Jadi ia agak kurang bisa jika harus meng akrab kan diri dengan anak kecil. Seperti sekarang. Haechan merasa gugup secara tiba tiba karena adik Jeno menatap ke arahnya.
Bruk!
"Hyunuug!!" teriak adik Jeno sekali lagi.
Sepertinya adik Jeno menganggap bahwa Haechan adalah Jeno. Haechan mencoba diam untuk sesaat, ketika bagian kain celananya mulai terasa basah Haechan melirik sekilas.
"Ehh jangan nge ces, Jisung"
Yap, Haechan tau nama adik Jeno. Sering kali ketika mereka selesai bermain di taman. Haechan melihat ibu dan adik Jeno berada di halaman rumah.
Ketika itu juga ibu Jeno memperkenalkan sosok bungsu di keluarga mereka.
Tangan Haechan mencoba untuk menjauhkan Jisung yang memeluk lutut kakinya. Memang iya Haechan sedikit tak suka dengan air liur anak kecil. Tapi ia tak bisa marah juga, karena anak kecil seperti Jisung belum tau apa apa.
"Jeno!" panggil Haechan.
Ia mulai kesal karena Jisung tak segera melepaskan pelukan kecilnya.
Jeno yang mendengar itu pun langsung bergegas menghampiri Haechan yang berada di ruang tamu.
"Ya ampun Ji" dan seketika itu pula, Jeno langsung mengangkat tubuh sang adik dan menggendongnya untuk menjauh.
Tapi baru beberapa langkah Jeno hendak meninggalkan ruangan tamu, Jisung langsung menangis dengan keras. Membuat Haechan ikut tersentak kaget karena suara lengkingan yang cukup menyakiti telinganya.
"Huwaaaaa mau Chan hyuuuung!!!" katanya.
Jemari mungil Jisung mendorong tubuh kakaknya agar ia bisa terlepas dari dekapan itu. Tapi bukannya terlepas, Jeno semakin mempererat dekapannya.
Di dalan pikiran Jisung, ia akan terlepas dari sang kakak. Tapi di sisi lain, Jeno panik supaya adiknya tak terjatuh dari gendongannya.
"Sstttt ke mama ya?" ujar Jeno kepada sang adik.
"Ndamauu!!"
"Cupp Ji jangan nangis" Walau sudah biasa Jeno mendengar tangis adiknya. Tetap saja ketika Jisung menangis selalu membuat dirinya panik.
"HUWAAAAAAAAA CHAN HYUNG!!!"
Mendengar suara tangis yang amat kencang barusan membuat penghuni rumah lainnya datang.
"Jeno, Jisung kenapa?" tanya sang ibu.
"Nggak tau ma, Jeno mau kasih Jisung ke mama tapi malah nangis" adu nya.
Sang ibu menyeringit dan langsung mengambil alih putra bungsu nya untuk ia gendong.
"Sttt cup cup cup, kenapa sih nak..." dan seterusnya.
Jeno yang melihat sang ibu telah mengambil alih adiknya, ia kembali mendekati Haechan. Duduk di sebelah teman rumahnya kemudian bercerita banyak hal tak lagi memperdulikan Jisung yang masih menangis.
"Loh Haechan? kok tante nggak tau kamu di sini, tau gitu tante buat makan malam yang banyak" ujar ibu Jeno setelah beberapa saat.
Haechan hanya tersenyum dan sedikit mengangguk.
"Chan hyung~"
Ah, si kecil lagi.
Melihat putra bungsu nya yang hendak menggapai Haechan. Lantas ibu Jeno mendudukkan Jisung di antara kedua orang yang lebih tua.
Bisa di lihat Haechan lagi lagi gugup karena anak kecil.
"Mama titip ya, mau buat makan yang banyak buat kalian. Haechan makan malam di sini aja bareng Jeno sama Jisung, nanti tante ijin in ke orang tua kamu"
"Nggak usah repot-repot tante"
"Nggak repot kok, udah santai aja. Lanjut main gih"
Selesai mengatakan itu. Ibu Jeno berlalu pergi ke dapur. Benar benar membuat makanan yang lumayan banyak. Jeno terkekeh melihat ibunya yang terlihat antusias entah karena apa.
"Nono hyung, mau itu" pinta Jisung masih dengan sedikit isakan, jari nya menunjuk salah satu gelas kaca berisikan minuman berwarna oranye.
Itu minuman Haechan.
"Punya hyung aja ya, itu punya Haechan hyung" Jeno pun mengambil gelas plastik lainnya. Gelas yang hanya berisi air putih yang biasa di sediakan untuk tamu. Aqua
Jisung menggeleng kuat. Menyentak gelas aqua itu dari tangan kakaknya hingga terjatuh.
"Mau itu!" ujarnya mutlak.
Haechan yang sedari tadi menyimak pun mulai angkat bicara "Udah gapapa ini aja di minum, nih" kemudian menyodorkan gelas sirup yang sama sekali belum ia sentuh kepada Jisung.
Jisung meraih gelas itu dengan senang. Langsung meneguk beberapa kali dan ia tersenyum.
"Dasar bocil kematian" ejek Jeno dengan sedikit mencubit lengan adiknya.
Kekehan lirih mulai terdengar dari mulut Haechan. Jisung yang juga mendengar itu pun langsung menatap ke arah teman rumah sang kakak.
Jisung terdiam sejenak, mata marmut itu berbinar seperti ada percikan di sana. Jisung seolah mendapat sebuah sesuatu yang langka dan istimewa. Bagaimana Jisung yang tadinya masih terlihat sesegukan dengan air mata yang menggenang. Kini mulai kembali menampilkan senyuman lebarnya.
Jisung ikut tertawa karena sesuatu itu.
"Chan yung can! tik!"
-nanti klo gabut ya... siapa tau... lanjut... tp gatau juga sy mah, liat kondisi. mungkin juga ini bakal jadi oneshot aja
KAMU SEDANG MEMBACA
Younger Brother #1 (Jihyuck) ✔️
ContoJisung si bocil kematian But actually NoJiHyuck, so enjoy! [FIN]