A NEW BEGINNING #forChenle

24 1 0
                                    

"Tante... ada yang mau Chenle ceritakan ke Tante. Boleh?"

Kegiatan pertama yang Namita lakukan hari ini adalah menemani Chenle untuk kontrolnya yang terakhir. Sebenarnya, terapi tersebut dijadwalkan kemarin pagi. Namun, berhubung Namita sedang ada urusan diluar, alhasil pihak rumah sakit melakukan reschedule karena Namita tidak bisa mengantar Chenle ke rumah sakit.

Kontrol kali ini Chenle hanya ditemani oleh Namita. Mark tidak bisa ikut. Ia melakukan perjalanan ke rumah Johnny Suh. Pria itu meminta Mark untuk berkunjung ke kediamannya. Awalnya, Namita tidak mengizinkan karena Mark harus pergi tanpa pendamping. Namun, anak itu cukup berani dan mampu meyakinkan Namita bahwa ia akan baik-baik saja.

Sepulang dari rumah sakit, Namita dan Chenle mampir sebentar ke outlet yang menjual perlengkapan olahraga yang berada disalah satu pusat perbelanjaan terkenal di Gangnam. Outlet yang mereka datangi cukup terkenal karena hanya barang-barang limited edition yang dijual disana dan produk yang ingin Namita beli adalah produk pre-order yang sudah ia tunggu selama 3 bulan belakangan ini. Namita memesan 4 set raket Yonex keluaran terbaru hasil kolaborasi dengan brand ternama Christian Dior. Sebagai pecinta Dior sejati, Namita tentu tidak akan melewatkan kesempatan langka ini. Ia membelinya untuk dibagikan kepada Mark, Chenle, Jeno dan Renjun karena Namita tahu mereka sangat suka bermain bulutangkis. Jika ditanya soal harga, jelas ini bukan barang murah dan bagi Namita itu tidak jadi masalah, tidak perlu untuk dipusingkan.

"Chenle mau pulang?"

Chenle tampak terkejut mendengar pertanyaan yang Namita lontarkan kepadanya. Ia dengan segala kegugupannya mencoba menenangkan diri. Ia tak habis pikir jika wanita itu mampu menebak isi hatinya. Memang benar, sudah seminggu ini Chenle dibuat gelisah karena kondisinya sekarang. Pikirannya terus tertuju pada rumah. Ia ingin kembali kesana.

"Iya. Aku mau pulang, Tante." Sekarang adalah waktu yang tepat bagi Chenle mengutarakan semua. Semalam ia tidak bisa tidur hanya karena memikirkan hal ini. Bahkan, tadi perawat rumah sakit bilang kalau tensi darah Chenle sangatlah tinggi, efek dari ia tidak tidur semalaman.

"Coba jelaskan alasan kenapa kamu mau pulang?"

Chenle menarik nafas dalam-dalam. "Ada yang harus aku bicarakan dengan Paman." Ia menjawab dengan tenang. Chenle tidak boleh terlihat ragu di depan Namita. Ekspresi yang ia tunjukan adalah penentu ia boleh pulang atau tidak. "Ini penting, Tante. Mau bagaimana pun juga dia masih tetap Pamanku. Hak asuh aku ada pada Paman. Secara hukum aku masih dibawah tanggung jawabnya"

Bicara soal hak asuh, Namita memang belum bisa memenangkan apa yang diinginkan sejak lama dan memang benar secara hukum Chenle masih dibawah asuhan Zhong Jun Yi. Tetapi bila mengingat kembali kondisi Chenle dua bulan lalu, Namita tak bisa membiarkannya pulang begitu saja

"Pamanku adalah orang yang nekat. Mungkin karena Tante sudah mengancamnya untuk tidak mendekatiku, jadi dia tidak pernah muncul lagi. Tapi sejujurnya, selama ini aku sangat takut karena bisa saja dia melukai orang-orang disekitarku, terlebih Mark dan Tante. Aku takut hal buruk terjadi pada kalian. Aku tidak mau kalian terluka."

Chenle menunduk lemah dan terdiam. Ia tak sanggup untuk melanjutkan perkataannya dan tak lama kemudian bahu anak itu bergetar. Ia menangis pilu sekarang.

"Aku sangat berterima kasih untuk semua yang Tante berikan padaku. Kasih sayang, kehangatan, perhatian, semua yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, aku bisa rasakan itu sekarang. Hampir tiga bulan aku dibuat terharu karena tak sedikit pun aku merasa seperti orang asing disini. Tante memperlakukan aku dan Mark dengan sangat adil. Apa yang Mark makan, aku juga makan. Apa yang Mark pakai, aku juga pakai dan apa yang Mark punya, aku juga harus punya. Aku juga... aku..."

The SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang