Story 3 - HyunIN (Warning: 18+)

979 27 1
                                    

"I, who still miss you
Am still standing in the same place
Reminiscing about our old days
I close my eyes and remember"

Hyunjin's POV


4 tahun lalu

"Kenapa justru kau yang pergi? Bukankah kau ingin masuk ke kampusku?" tanyaku bingung seraya menatap Jeongin yang kini sedang mengunyah kue beras pedas kesukaannya.

"Jeongin-a, katakan sesuatu!," ucapku mulai kesal seraya menatapnya dengan mata melotot, mencoba membuatnya takut, tetapi dia justru mendorong mukaku dengan tangannya yang masih memegang gagang odeng. Aku bahkan tidak sadar kapan dia mengambil odeng dan memakannya.

"Ya! Itu berbahaya!," ucapku seraya menyingkir dengan dramatis. Jeongin hanya menatapku sekilas dan kembali mengambil odeng yang lain. Wahh... Anak ini benar-benar tidak mendengarkanku.

"Yang! Jeong! In!," ucapku keras tepat di kupingnya dan kali ini dia menendang tulang keringku. Membuatku langsung mengaduh kesakitan.

"Biarkan aku makan dulu!," ucapnya kesal dan masih terus makan. Aku pun hanya bisa mengusap tulang keringku pelan seraya menyuapkan kue beras dan aku menyesal karena kue beras ini sangat pedas.

"Hyung, kau yang bayar!," ucap Jeongin kemudian berjalan menjauh. Aku hanya bisa tertegun menatap punggungnya yang kian menjauh tanpa rasa bersalah sedikit pun. Aku pun merogoh tasku dan mengambil dompetku serta menyerahkan 20,000 won kepada bibi penjual.

Aku berlari kecil mengejar Jeongin karena tulang keringku masih sakit. Tendangannya benar-benar menyakitkan. Sejak kapan dia menjadi sekuat ini?

"Cepat jelaskan!" ucapku saat berhasil mengimbangi langkahnya.
"Aku gagal ujian masuk," ucap Jeongin dengan mata mengernyit karena kami kini berjalan tepat menghadap matahari yang sudah mulai terbenam.
"Kau bisa mencoba lagi tahun depan," ucapku seraya menatap wajahnya dari samping.
"Tidak bisa. Ayahku ingin aku masuk sekarang, kemudian lulus tepat waktu dan mendaftar wajib militer," jawabnya seraya memakan cokelat. Aku bahkan tidak tahu datang dari mana cokelat itu. Apakah dia memiliki kantung doraemon?

"Kau bisa mencoba merayunya atau menjelaskan padanya. Memintanya untuk memberiku satu kesempatan lagi. Atau kau bisa mendaftar wajib militer tahun ini, aku akan menemanimu," saranku serius, tetapi Jeongin hanya melirikku sinis.

"Ayahku sudah mendaftarkanku dan aku akan mulai semester depan," jawab Jeongin dan aku langsung menarik kerah bajunya dan menatapnya tidak percaya. Jeongin hanya diam saja dan memalingkan wajahnya. Dia kemudian menggenggam tanganku yang mencengkram kerah bajunya dan menariknya pelan.

"Aku tidak punya pilihan lain. Ayahku ternyata sudah mendaftarkanku sejak lama sebagai antisipasi aku tidak diterima di kampusmu," ucapnya seraya menatap wajahku dengan tatapan mata lembut khasnya.

Aku pun hanya bisa diam menatapnya "Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanyaku pelan tanpa melepaskan tatapanku.
"Aku rasa... Ntahlah... aku tidak tahu," ucapnya seraya memutar badannya dan kembali berjalan. Aku pun mengikutinya dan kami hanya berjalan beriringan dengan pikiran masing-masing.

"Haaaah... udara dingin sekali," ucapnya seraya merapatkan jaketnya. Aku pun meraih tangannya dan menggenggamnya lalu memasukkannya ke dalam saku jaketku.

"Haaah... Yang Jeongin... sepertinya aku harus menunggumu lagi," ucapku seraya menatap langit yang kini berwarna jingga.

"Kau tidak usah menungguku jika kau tidak mau," ucapnya pelan seraya berusaha menarik tangannya, tetapi aku menahannya.

Winter Falls (One-shot Compilation) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang