Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INI adalah awal bagaimana pertemuan kami berdua.
Dinginnya air bercampur dengan darah terus-menerus (m/n) rasakan pada kulit wajahnya. Tawa anak remaja di sekelilingnya juga membuatnya semakin jengkel sedari tadi.
Walaupun ada yang lewat di depannya, mereka mengabaikan (m/n) seolah berharap tidak melihatnya.
"Sial! Aku tidak tahan lagi!"
(M/n) menendang ke dua orang di belakangnya yang memegangi tengkuknya lalu melemparkan bak yang berisi air dingin tadi pada mereka.
"Haha-apa?! K-kau! Kau mau keluar dari sekolah, hah?!"
Si A ketakutan melihat (m/n) yang sudah muak dengan perlakuannya. Padahal tadi dia masih bisa tertawa dengan teman di sampingnya.
"Aaa diam-diam-diAM! Berisik ... kau ingin mengeluarkanku dari sekolah ini?! Ha ha HA! Silahkan SIALAN! Aku sudah muak terus-terusan berpura-pura lemah!"
Tas yang tergeletak di samping, (m/n) ambil dan mengambil beberapa uang di dalamnya.
(M/n) bersiul saat mendapatkan banyak uang dari dompet si A. "Wah banyak juga ya uang anak DPR! Ha ha! Dasar beban negara."
"Kau! Akan ku adukan pada ayahku ka─ "
"Bla-blah-blah! Tenang saja aku juga akan keluar sekolah hari ini."
Manik (m/n) tajam mengintimidasi si A. Setiap anak tahu kalau (m/n) adalah mantan penguasa wilayah setempat, namun (m/n) memilih untuk tunduk pada si A gara-gara dia tak ingin di keluarkan dari sekolah. Tetapi, akhirnya meledak juga amarah (m/n) yang selama ini ia pendam.
"Sampai jumpa~ anak beban negara~~"
(M/n) melambaikan tangan dengan tak bersalah. Dia menaiki tembok dan benar-benar pergi dari sekolah dan tak akan datang kembali.
Namun sebenarnya, sedari tadi ada mata-mata yang menatapnya seakan sangat tertarik dengan (m/n).
Perut (m/n) berbunyi tanda kalau dirinya lapar. Dia melihat ke arah uang di tangannya sambil menyeringai. Tanpa memakan waktu lagi, (m/n) berlari cepat menuju ke minimarket terdekat dan makan makanan yang langsung bisa ia makan di sana.
"Hei."
Seseorang memakai masker dan memiliki surai pink menyapanya dengan senyuman penuh arti.
(M/n) bukanlah tipe orang yang terlalu peduli dengan orang lain. Dia memilih mengabaikan orang di depannya dan memilih terus menyeruput mie cup miliknya.
Anehnya, orang di hadapannya malah menarik kursi di depan (m/n). Dengan tenang dia menatap (m/n) yang sedang makan, sampai-sampai membuat (m/n) tidak enak sendiri.
"Apa paman ini ingin makan?" batin (m/n) tetapi wajahnya langsung bersweatdrop ketika melihat outfit pria di depannya yang terlalu branded.
"Haah ... ada apa paman? Apa kau mau menangkap ku? Atau kau orang suruhan bocah beban negara itu?"