SOROT lampu jalanan menghiasi langit gelap di malam hari. Angin berhembus sedang namun dingin seolah tak ingin ada manusia yang berkeliaran. Bulan juga sepertinya ikut menghilang dalam balik ribuan awan yang menutupinya. Kesunyian ini bagai tempat yang sempurna untuk menyembunyikan kekejaman sisi gelap Negeri Sakura.
Lain lagi, suara ini adalah derapan kaki yang berlari dengan gelisah. Menembus kegelapan, dia masih saja berlari tak mempedulikan darah tangannya yang menetes kemana-mana.
Bernafas sekarang membuat dadanya naik-turun dengan sakit. Umpatan tidak satu dua kali terucap dari bibirnya. Sambil terus menyeret tubuhnya, dia sempat berpikir untuk memanggil tuannya namun dia menggelengkan kepalanya keras.
"Sial! Kenapa banyak sekali orangnya?!"
Dia kembali terjebak, mau tak mau dia harus mengulurkan waktunya. Sebab misi tetaplah misi. Ada konsekuensi yang dia terima jika tidak menjalankannya dengan baik.
Dor!
Tembakan itu terarah pada musuh depannya. Atensinya teralihkan oleh tembakan namun singkat dia langsung tersenyum ceria.
"Master!"
Tangan melingkar di pinggangnya dan menariknya mendekat. Sosok master itu menciumi rambut hitamnya.
"(M/n) ... kau terluka?"
(M/n) menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Masternya tahu bahwa (m/n)nya ini terluka setelah merasakan darah yang merembes keluar dari lengan kausnya.
Dor! Dor! Dor!
Hilang sudah rasa ketenangannya, Sanzu Haruchiyo dia menembaki brutal orang-orang yang membuat (m/n)-nya terluka. Tanpa emosi, dia kembali pada pelukan (m/n) sambil tersenyum.
"Ayo kembali, (m/n)."
Tangannya dengan mudah mengangkat tubuh yang lebih kecil membuatnya seakan menjadi pasangan suami-istri. (M/n) menatap sebentar Haruchiyo lalu menyenderkan kepalanya di dada Haruchiyo. Rasa kantuknya lebih besar ketimbang rasa sakit tembakan ditangannya.
Cup.
Sebuah kecupan manis di kening (m/n) diberikan oleh Haruchiyo. Dia berbisik padanya untuk tidur. Namun nyatanya (m/n) sudah lebih dulu terlelap.
Sampai di mobil Haruchiyo masih mendekap kesayangannya ini dalam pelukan. Satu tangan dia gunakan untuk memencet tombol panggilan di handphonenya.
"Ada apa?"
Suara serak basah seberang sana bertanya langsung pada intinya. Haruchiyo memasang wajah dinginnya.
"Sialan, kau ingin menjebakku?!" Haruchiyo meninggikan sedikit suaranya, mengingat dia kesal dengan kondisi ini.
"Ahh─ Ran-sama─ shh ... apa maksudmu Sanzu?"
Mendengar suara desahan wanita di sisi orang bernama Ran itu semakin membuat Sanzu mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya dia bermain dengan wanita disaat rekannya berada di kondisi seperti ini.
"Kau bilang ... aku saja bisa mengatasi preman jalanan yang mencuri senjata milik Bonten itu! Tapi apa sekarang hah?! Jumlah mereka lebih dari 100 orang sialan!"
(M/n) menggeliat tidak nyaman dengan nafas yang memburu. Haruchiyo tersentak dan segera melajukan mobilnya ke arah masion miliknya dengan cepat.
Sempat hening beberapa detik, sebelum tawa pecah di seberang sana.
"Hahaha! Maaf-maaf ... kupikir kau bisa mengatasinya."
Malas dengan jawaban menjengkelkan yang dia dengar, Haruchiyo langsung mematikan teleponnya dan membanting handphonenya ke kursi sampingnya.
"Ngh ... m-master," mengetahui (m/n) kehilangan banyak darah Haruchiyo semakin mempercepat laju mobilnya.
"Tunggu sebentar lagi, honey," Haruchiyo mencoba menenangkan (m/n) dengan mengecup surainya berkali-kali.
𝘭 𝘢 𝘷 𝘢 𝘯 𝘥 𝘶 𝘭 𝘢
Di mansion mewah milik Haruchiyo. Di dalam sana sudah terdapat dokter pribadi yang siap menangani setiap perkara semacam hari ini.
(M/n) meringis kesakitan saat penjepit perak bergesekan dengan kulit lukanya. Menarik tangan Haruchiyo sebagai pelampiasannya.
Haruchiyo mengelus surai hitam (m/n) lembut. Namun maniknya mengarah tajam pada sang dokter seakan memerintahkannya untuk segera cepat menyelesaikan tugasnya.
Ditatap seperti itu, dokter tersebut segera mencabut 2 peluru yang tadinya berada di tangan (m/n). Menjahitnya sedikit membuat (m/n) berteriak kecil.
"Akh!" Lagi-lagi Haruchiyo melemparkan tatapan tajamnya pada dokter. (M/n) tersenyum kecil lalu mengelus-elus tangan Haruchiyo. Dia baik-baik saja, itu yang dia sampaikan.
"S-saya pamit dulu, tuan." Dokter tersebut bergegas keluar dari kamar tidur utama.
"Hei ... master, kau menyelesaikan misinya tadi 'kan?"
Haruchiyo mengangguk dan maniknya menatap intens wajah (m/n).
"Tentu, honey ... semuanya berkat dirimu."
Tangan Haruchiyo menggapai tangan (m/n). Dia mencium lembut tangan (m/n) dan meletakkan di atas kepalanya.
(M/n) tersenyum lebar dan mengerakkan tangannya membuatnya mengelus surai pink milik Haruchiyo.
Masternya tiba-tiba saja terdiam merasakan sentuhan lembut dari (m/n). Kembali lagi, Haruchiyo harus meletakkan turun tangan (m/n).
"Tunggu di sini," Haruchiyo mengecup pucuk kening (m/n). Belum beranjak dari ranjang, tangan (m/n) mencegahnya.
"Mau marah pada Tuan Ran? Besok saja ya...? Hari ini temani aku tidur ... aku mengantuk."
(M/n) menguap tanda kalau dia benar-benar mengantuk. Haruchiyo gemas dengan saat-saatnya bersama dengan (m/n) yang seperti ini.
Haruchiyo menarik seutas senyuman lembut. "Baiklah, honey."
· ✿ · ✿ ·
tulisan asli: 15 05 2022
published: 25/03/2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐀𝐕𝐀𝐍𝐃𝐔𝐋𝐀 sanzu haruchiyo ! male r.
Fiksi Penggemar𝐒𝐀𝐍𝐙𝐔 𝐇𝐀𝐑𝐔𝐂𝐇𝐈𝐘𝐎 𝐗 𝐌𝐀𝐋𝐄 𝐑. ─🥀 › 〉 :📂: .ೃ ⠀⠀⠀VELLO' © KEN WAKUI ⠀⠀Bunga lavender melambangkan pengabdian, kesucian, dan cinta. Sama halnya dengan Haruchiyo yang mencintai bawahannya. Ini adalah kisah cinta mereka berdua, tentang...