"Kita akan pergi ke mana?" Athanasia bertanya.
Lucas menggeleng pelan, mengangkat bahunya sedikit. Mereka memang berniat jalan-jalan bersama, namun tempat dan tujuan belum ditentukan.
Athanasia menepuk dahi pelan. Sudah menunggu lama, tapi ternyata pemuda ini tidak tau mau ke mana.
"Makan siang dulu," ucap Lucas yang diangguki Athanasia.
Sepanjang perjalanan hanya hening yang dirasa. Mereka merasa canggung satu sama lain. Terbesit di pikiran mereka masing-masing tentang pertanyaan 'apakah ini kencan?'
Wajah Athanasia menghangat, memikirkan bahwa dia begitu dekat dengan teman kakaknya ini. Padahal belum lama mereka saling mengenal.
Athanasia melirik sekilas Lucas, lalu kembali menatap jalanan, ia melirik lagi, dan kembali menatap jalanan. Hal itu terus dilakukan berulang kali tanpa ia sadari. Membuat pemuda itu merasakan perasaan aneh karena terus ditatap.
"Ada apa?" tanya Lucas memecah keheningan.
"Eh? Apanya yang apa?"
Lucas melirik Athanasia, kemudian fokus pada kemudi mobil. Gadis itu memang cantik, tapi jika Lucas menatapnya terlalu lama mereka bisa mati karena kecelakaan. Sungguh cara menemui Tuhan yang sangat konyol.
"Kamu terus menatapku," ucap Lucas. Sejujurnya ia tidak ingin membahas ini, khawatir kalau-kalau ia hanya salah sangka. Tapi semakin lama tatapan Athanasia semakin jelas, jadi ia tidak tahan untuk tidak bertanya.
Athanasia jadi terbata-bata sendiri, menyadari betapa bodoh perilakunya ini. Dengan cepat ia memikirkan jawaban yang tepat.
Kata orang fungsi kerja otak itu meningkat ketika sedang panik.
"Aku cuma merasa gak nyaman, gak terbiasa dengan keheningan. Mau ajak ngobrol tapi bingung topiknya," jawab Athanasia. Berusaha setenang mungkin, meskipun suaranya tetap saja bergetar.
Lucas terkekeh kecil. Membuat wajahnya yang tampan semakin tampan. Matanya yang menyipit dan lesung pipit yang muncul sedikit karena senyumannya itu, benar-benar membuat Athanasia ingin menculiknya. Membawa Lucas ke rumah dan mengurungnya, mengancamnya untuk terus tersenyum demi melihat wajah tampan itu.
Athanasia menggelengkan kepalanya dengan cepat, menyadari pikiran gilanya.
"Kamu kenapa lagi?"
"Sering-sering senyum dong. Makin ganteng," ucap Athanasia seraya mengacungkan ibu jarinya.
"Err— aku tim bubur diaduk. Kalo kamu?" Buru-buru Lucas mengubah topik. Supaya wajah merahnya itu tidak ketahuan.
"Aku sih tim bubur pake sumpit, soalnya— tunggu, kenapa wajahmu merah? Apa sakit? Kalau memang sakit mending kita pulang saja."
Athanasia mendekatkan dirinya, menempelkan telapak tangannya pada kening Lucas. Tidak hangat.
"A-aku hanya merasa sedikit kepanasan. Bukan sakit," jawab Lucas setengah panik.
'Padahal AC mobilnya menyala,' Athanasia memilih untuk tidak melanjutkan pembicaraan. Toh Lucas bilang dirinya tidak sakit.
"Ngomong-ngomong, kita akan makan siang di mana?"
Keheningan sempat menyelimuti kedua insan itu. Hingga akhirnya Lucas menjawab dengan suara pelan, "Tidak tau."
'Jadi dari tadi kita berjalan tanpa arah?!' Rasanya Athanasia ingin memukul kepala pemuda itu dengan vas bunga.
---
"Hati-hati di jalan," ucap Athanasia seraya melambaikan tangannya. Perlahan mobil yang tadi ditumpanginya berjalan menjauh dan menghilang di balik tikungan.
Athanasia masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang gembira. Jalan-jalan tadi sungguh menyenangkan. Meskipun ada sedikit masalah kecil, tapi selain itu semuanya berjalan dengan lancar.
Lucas juga mengajaknya ke berbagai tempat yang menarik. Pemuda itu tidak membiarkan Athanasia kebosanan, dia selalu melakukan banyak hal agar gadis itu senang.
Baru saja lima langkah kakinya masuk ke rumah, Athanasia sudah disambut oleh laki-laki yang berdiri tegak di hadapannya dengan tangan yang berlipat. Athanasia hanya menatapnya dengan datar.
"Dari mana saja? Kenapa pulang selarut ini?" Tanya Athanacius dengan nada mengintimidasi.
"Halan-halan bersama Lucas. Nih untukmu," Athanasia menyerahkan bungkusan martabak yang ada di tangannya. Sengaja ia siapkan untuk meredam amarah kakaknya.
Seketika raut wajah Athanacius berubah. Dengan antusias dia menerimanya dan pergi meninggalkan Athanasia tanpa sepatah kata pun. Lagipula, siapa yang bisa menolak makanan yang diberikan cuma-cuma?
"Makannya jangan banyak-banyak, nanti sakit perut lagi," ucap Athanasia yang entah didengar atau tidak karena pemuda itu terlanjur berjalan menjauh.
Athanasia menghembuskan napas pelan. Kemudian ia melangkahkan kakinya ke kamar. Lain kali sepertinya Athanasia akan mengajak Lucas untuk pergi bersama lagi. Tanpa sadar senyum kecil terbit di wajahnya.
Di tempat yang berbeda dalam waktu yang sama. Pemuda bersurai hitam yang baru sampai di rumah membanting tubuhnya ke atas ranjang. Berguling sembari tertawa-tawa kecil, entah apa yang ia tertawakan.
Lucas tidak bisa menghentikan perasaannya yang terlalu meluap ini. Jantungnya tidak bisa berhenti berdebar kencang setiap kali terbesit kebersamaannya dengan Athanasia di dalam otaknya.
Sekarang ia mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Jantung yang berdebar ini bukan pertanda kutukan, melainkan sebuah anugerah. Alasan kenapa Lucas selalu merasa senang setiap kali memikirkan Athanasia tidak lain karena ia menyukainya.
Lucas merasa bodoh karena baru sekarang ia menyadari perasaannya sendiri.
Ting!
Bunyi notifikasi handphone membuyarkan lamunannya. Dengan semangat ia membukanya, namun bukan pesan dari gadis itu yang ia dapatkan. Melainkan...
Ibu(?)
Bukannya belajar dan memperbaiki kesalahan. Kau malah bersenang-senang dengan seorang gadis. Dasar anak tidak berguna!!Lucas terdiam. Perasaannya terasa campur aduk. Ia tidak masalah jika Ibunya tidak memperlakukannya dengan baik, tapi Lucas tidak ingin Ibunya sampai membenci Athanasia. Bagaimanapun gadis itu tidak bersalah, jangan sampai hubungan Lucas dengan sang Ibu yang tidak baik justru akan menjauhkan Athanasia dari hidupnya.
-Bersambung-
Hai hai hai
Sudah satu tahun cerita ini tidak updateಥ‿ಥKira-kira apa masih ada yang baca? Jujur watashi juga agak was-was mau up nya..
Saya sedikit merasa bersalah, gak sedikit deh BANYAK... Tapi ya gitu, susah banget nyari waktu dan mood yang pas untuk nulis cerita, saya juga bingung mau bawa alurnya ke mana huhu
Jadi maafkan daku wahai readers yang Budiman༎ຶ‿༎ຶ
Makasih buat yang nyempetin baca cerita gaje ini lop yu sekebon❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin [SIBAP Fanfiction]
FanfictionAthanacius dan Athanasia adalah kembar tidak identik. Mereka lebih akrab dipanggil Atha dan Athy. Sedari kecil mereka selalu bersama dan memiliki pemikiran yang kompak. Namun karena kejeniusan Athanasia, ia menerima beasiswa untuk bersekolah ke Arla...