Surat Terakhir Untuk Mama

957 108 245
                                    

Hari, Bulan, dan Tahun di lewati dengan penuh perjuangan oleh beberapa orang, atau bahkan banyak orang. Ketika sudah mencapai garis finish kemenangan, mencapai kemenangan karna sudah melewati semua rintangan biasanya membuat kita jadi bangga terhadap perjuangan.

Layaknya Al. Hanya bedanya, Dia masih berjuang. Rintangan nya mungkin hanya satu. Tapi sulit sekali di kalahkan. Hidupnya mungkin hanya ingin meraih kemenangan itu, kemenangan yang di nanti - nantikan.

Dia lelah, tapi jika menyerah dia akan kalah. Tak apa jika bersabar lagi, tak masalah jika luka terus mendekatinya, terus menyerangnya. Dia harus terus berjuang hingga titik penghabisan.

*****

Alwi Aldafa Putra. Putra dari pasangan Inne Azri dan Putra Geogre yang lahir di Lima Belas Tahun silam. Menjalani hidup menjadi penderita kecacatan, bukan fisik melainkan akademik.

Al tak sempurna, namun dia akan selalu berusaha menyempurnakan dirinya, apalagi di depan Mama nya. Kegagalan terus menerpanya, walau kadang keberhasilan juga tak ada lagi artinya.

Hidup dalam keluarga berpendidikan dan terpandang memang membuatnya mau tak mau sejajar dengan semuanya, walau kemampuan yang dia punya tak bisa melampaui ekspektasi orang - orang terdekatnya. Di bidang akademik Al selalu kalah, di bidang lain ia jagonya tapi, semua itu tak berarti bagi keluarganya.

"Kamu Mama hukum"

"Selain menjadi anak pembawa sial ternyata kamu juga anak yang bodoh, ya?! Untuk mendapat nilai sempurna aja gak bisa. Orang lain bisa, kenapa kamu gak bisa?"

"Kamu itu Mama sekolahin biar pinter, bukan malah seperti ini. Buat apa kamu ikut kegiatan lain, kalo untuk mendapat nilai sempurna aja gak bisa? Mending kamu keluar dari grup taekwondo dan fokus belajar, Al!"

"Ma? Kasih aku kesempatan sekali lagi ya? Aku janji, setelah ini aku bisa dapat nilai sempurna. Kalo harus keluar taekwondo aku gak bisa, Ma"

"Omong kosong. Dari dulu selalu janji. Tapi nilai selalu kurang dari yang Mama mau"

"Kemampuan aku cuma segini, Ma."

"Ya itu karna kamu lebih mementingkan kegiatan beladiri, Al. Kalo kamu fokus untuk satu tujuan pasti bisa"

"Gak ada lagi alasan. Masuk gudang sekarang!"

"Masuk, Al!" Tubuhnya terhuyung ke depan. Lagi - lagi ruangan ini yang ia dapatkan. Terlalu sering di hukum di dalam gudang rasanya membuat Al terbiasa dengan keadaan. Tapi, tetap rasa sesak tidak bisa sembuhkan.

Ruangannya sungguh sempit, pasokan udara menjadi sedikit, dan itu menjadi hal buruk baginya. Biasanya, setelah hukuman selesai, obat akan langsung di konsumsinya. Al mempunyai penyakit Asma sedari kecinya. Itu sebabnya dia tak bisa berlama - lama pada ruang yang sempit dan mau tak mau obat menjadi solusinya.

*****

"Papa, Kapan bisa kasih waktu buat aku?"

"Halo Al? Papa belum bisa pulang, masih banyak pekerjaan nya tapi, Papa akan usahakan biar cepat selesai, ya?"

"Ada apa di rumah? Apa Mama marah lagi?" Al menggenggam ponsel dengan erat ketika suara di seberang sana menjawab. Dia rindu hangatnya pelukan, sedangkan Mama nya hanya bisa memarahinya. Dia bisa saja mendapat pelukan tapi, jika keinginan sang Mama terkabulkan.

"Aku kangen Papa. Cepat pulang ya, Pa?" Sambungan terputus, tak menunggu jawaban diseberang sana

*****

Meaning Of Life [OneShot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang