Chapter 2: Bulan Darah, Virus Merebak

91 6 0
                                    

Warn!BL, ManxMan, BoyxBoy, Top!KookNamYoon!, Bot! TaeJinMinHope!, apocalypse scene!, typo as always!, dll.
.
.
.
.
Happy reading...

Nam-gu, Busan. 18 Mei 20xx, 20.30 pm...

Malam ini tampak lengang, orang-orang yang biasanya masih ramai berlalu lalang di jalanan, kini hanya bisa di hitung jari orang yang lewat. Dan rata-rata pergi menuju apotek terdekat.

Akhir-akhir ini banyak orang yang jatuh sakit, dari yang masih bisa beraktivitas sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Mereka menganggap ini sebagai penyakit musim semi jadi mereka tidak menganggap serius hal ini. Mereka yang sakit ringan memilih untuk istirahat di rumah saja.

Seorang pemuda menyibak tirai kamarnya yang berada disebuah apartemen di lantai 5. Melihat langit malam yang kelam dengan rembulan yang bersinar tak wajar. Lama kelamaan warna bulan semakin merah disertai kabut tipis yang seiring waktu menebal setiap jamnya.

"Sudah waktunya." Gumam pemuda itu.

Ia melirik arlojinya yang menunjuk ke arah angka 10.30. Ia menutup semua jendela, pintu, dan ventilasi rapat-rapat. Kemudian mendudukkan dirinya dengan tenang di atas kasur. Selang beberapa detik, tubuh pemuda itu hilang, meninggalkan kamar sunyi seakan tak pernah ditempati.
.
.
.

Sangni-Dong, Distrik Seo, Daegu...

Seorang pemuda dengan paras androgini tampak tergeletak dengan cantik di halaman belakang rumah mewah yang berbatasan langsung dengan hutan. Meskipun sudah hampir tengah malam, bulan bersinar dengan aneh dan kabut mulai menebal menutupi dunia, pemuda itu tidak terusik dan sekitar 5 meter dengan dia sebagai pusat kabut itu seakan tertahan oleh dinding transparan.

Seekor anjing dan seekor rubah kecil duduk terdiam di sekitar sang pemuda. Melengkungkan tubuh mereka namun kepala tetap terangkat. Mengawasi sekeliling dengan waspada. Terutama kabut tebal berwarna merah yang semakin pekat.

"Lindungi aku sementara dia belum datang, Tan-ah, Mi-ah... Aku terlalu banyak menggunakan energi untuk memasukkan mereka. Ini hanya akan bertahan 8 hari.... Jadi tolong, lindungi aku dari mayat-mayat itu." Gumam pemuda itu lirih. Tak disangka jika dia masih memiliki kesadaran meski ia tidak bisa bergerak.

"Gukk... Gguukk..." Anjing itu menyalak, seakan menanggapi pertanyaan majikannya, sedangkan sang rubah hanya menjentikkan telinganya.

Selang beberapa detik, pemuda itu mulai kehilangan kesadarannya. Anjing dan rubah di sekitar pemuda itu mendekat dan menyandarkan tubuh mereka sedekat mungkin dari sang pemuda.
.
.
.
Di berbagai tempat lain.

Belahan Bumi lainnya juga mengalami fenomena yang sama. Orang-orang membahas fenomena ini di sosial media dan memviralkannya.

[Hey... Ada kabut malam ini. Kenapa berwarna merah?]

[Aku juga melihatnya. Apakah ada yang tahu kenapa?]

[Tapi itu sangat cantik, terutama bulan yang menyinarinya menjadi merah...]

[Heyy... Kabutnya semakin tebal menjelang malam... Apa masih ada yang di luar?]

[Ya... Aku masih di luar, kabutnya memang semakin tebal... Untuk yang lainnya yang masih di luar segera pulang!]

[Aku kira hanya daerah ini saja yang terkena kabut ini, di A country juga terjadi fenomena ini... ]

Banyak lagi komentar dari pengguna sosial media yang melihat kabut dan bulan darah. Bahkan berita-berita sudah tayang di televisi.

The End of The World || [KookV version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang