2. Bocor

185 25 0
                                    

Kalau kata orang awam seperti Anya dan Yasa, menjadi fans berarti menghabiskan waktu tak berguna dan buang-buang uang. Namun setiap penggemar pasti memiliki alasan tersendiri kenapa mereka bertahan di dalam suatu fandom.

Rata-rata seorang penggemar memiliki template kelakuan yang hampir sama; memasang wajah idola di wallpaper, isi galeri ponsel dipenuhi dengan wajah si idola—bahkan lebih banyak daripada foto pemilik ponselnya sendiri, stalking Twitter setiap saat, menjerit-jerit histeris di depan layar digital, dan mengumpulkan merchandise berharga mahal sampai menggunung.

Di antara semuanya ada satu yang paling sering dilakukan dilakukan oleh semua fans dari fandom mana pun: berkhayal bahwa idola mereka adalah pacar mereka.

"GYAAAA!" Ren tidak bisa menahan jeritan begitu wajah Ravi memenuhi layar laptopnya.

Konser itu disiarkan secara live melalui kanal Youtube The Crown Entertainment. Ravi berlari di sepanjang panggung, menyanyikan lagu dalam bahasa Thai yang sudah Ren hafal di luar kepala walaupun ia tidak mengerti apa artinya. Wajah kegirangan Ravi menyambut para penggemar di stadium sembari melompat-lompat energik. Sorotan lampu panggung membuat wajah Ravi berkilau, ditambah kostum pangeran yang ia kenakan membuatnya benar-benar seperti prince charming yang meloncat keluar dari buku dongeng.

Ya ampun, streaming saja Ren sudah mau pingsan, bagaimana jika bertemu secara langsung?!

Namun wajah Ren langsung berubah muram ketika seorang lucky fans masuk ke panggung dan dipeluk oleh Ravi—fan service adalah hal yang tak mungkin absen dari interaksi idola dan penggemar.

Ren berandai-andai, bagaimana jika ia yang mengisi posisi tersebut? Menjadi penggemar lokal enak sekali, mereka memiliki peluang besar untuk berinteraksi dengan sang idola, mau membeli official merchandise juga gampang karena tidak terkena ongkos kirim yang mahal. Beginilah nasib menjadi international fans, akses bertemu dengan idola yang sudah sempit menjadi semakin sempit lagi!

Tak terasa siaran live konser Ravi sudah selesai, menyisakan Ren yang masih bengong di depan layar laptop. Mungkin tidak ya suatu hari nanti ia bisa bertemu dengan Ravi?

Mungkinlah! Kalian masih sama-sama manusia yang hidup di bumi, sahut pikiran rasional dalam kepala Ren.

Tetapi suara lain dalam diri Ren membalas, tapi rasanya tidak mungkin deh..., Ravi itu terlalu tinggi untuk digapai.

Ren menggelengkan kepalanya, mengusir perdebatan tanpa akhir dalam dirinya yang muncul setiap hari tentang kemungkinan apakah ia bisa bertemu dengan idolanya atau tidak.

Untuk menghibur diri, Ren melanjutkan fanfiction yang belum ia selesaikan. Sebenarnya awal mula Ren menulis hanya iseng meluapkan perasaan dan imajinasinya tentang Ravi, tapi entah kenapa tulisannya berhasil menggaet banyak pembaca. Setelah menyelesaikan chapter lima belas, Ren membaca hasilnya dengan puas. Hal yang membuat Ren senang menulis fanfiction adalah dia bisa lenyap dalam dunianya sendiri, dunia di mana segalanya bisa terjadi.

Ketika Ren sedang asyik-asyiknya menulis, pintu menjeblak terbuka. Gamaliel Sadana Widyatama, adik laki-lakinya yang baru masuk SMA berseru, "Apa yang Kakak lakukan?"

Ren terlonjak kaget, "Ketuk pintu dulu dong!"

"Aku sudah mengetuk berkali-kali dan Kakak tidak menjawab," balas Gamaliel. "Makan malam sudah siap—kau menulis apa?"

"Tugas kuliah," Ren berbohong.

Gamaliel menyeringai, "O'ho, kau menulis fanfiction!"

"Bagaimana kau tahu?" Ren membelalak.

The Sun and FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang