BAB 1

995 47 7
                                    

Selamat membaca ~

Pukul satu pagi, tiba tiba seorang wanita bangun dari tidurnya jelasnya, karena merasa kering dahaganya.

Dia beranjak turun dari ranjang kasur, lalu mengambil cardigannya kembali, karena tak enak jika dilihat oleh pemilik rumah jika si hanya memakai tang top saja.

Kini, ia sedang menginap dirumah sahabatnya, untuk mengerjakan tugas bareng. karena ada kendala pada mobilnya yang tiba-tiba rusak, dan hari yang sudah larut malam, sahabatnya itu menawarkan agar ia menginap semalam dan pulang esok harinya.

Setelah itu ia pergi keluar kamar, meninggalkan sahabatnya yang masih tertidur pulas dengan guling yang didekapnya.

Setelah selesai mengambil minum, ia kembali masuk ke dalam kamar, namun ia merasa aneh dengan letak lemari dan meja, walaupun terlihat samar-samar, ia masih bisa melihat walau sedikit buram dimatanya.

Wanita menaruh gelas di atas meja, lalu beranjak naik ke atas kasur. Namun, lagi dan lagi ia merasakan ada sesuatu yang aneh ketika merebahkan tubuhnya. Entah kenapa diranjang kasur merasa sempit, tapi ia abaikan karena rasa kantuk yang sudah menyebar.

Perlahan, wanita itu memejamkan matanya hingga tertidur pulas.

.
.
.

Pagi harinya.

Perlahan wanita itu mulai membuka matanya sedikit demi sedikit, ia merasakan ada sesuatu yang aneh menerpa bahunya, seperti rambut namun tajam.

Dan ia pun merasa, jika temannya yang ia peluk saat ini bertambah besar dan entah kenapa ia menjadi nyaman di pelukannya saat ini.

Dia perlahan melepas dekapannya, saat ia menyentuh tangannya ia merasa jika tangan temannya berbeda, ini benar-benar kekar dan.... berbulu???

Karena merasa ada sesuatu yang aneh pada temannya, ia segera mencari saklar lampu dan---

Ctek

.
.
.

"Ummi liat Ayda nggak?" Tanya Nissa pada ummi-nya. Kini ibu dan anak itu tengah menyiram tanaman hias di balkon lantai atas.

"Loh, kok kamu kok nanya ummi, nis? Bukannya Ayda tidur bareng kamu ya?" Tanya wanita paruh baya itu balik pada anak gadis bungsunya.

"Iya ummi, tapi pas Nisa bangun Ayda nya udah nggak ada. Atau mungkin di udah pulang ya mi?"

"Mungkin saja"

"Tapi masa iya mi, pulangnya malam malam?"

"Mungkin ada keperluan penting, dan dia buru buru sampai lupa berpamitan sama kamu" ucapnya.

Nisa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja, walaupun ia merasa ada yang aneh.

.
.
.

Dan matanya membulat sempurna melihat sosok yang tidur bersamanya tadi malam.

"AAAAAAAAAAAA" pekik wanita itu dengan sangat kencang, membuat sang empu yang tertidur spontan bangun.

Begitupun dengan ummi dan Nissa yang mendengarnya.

"Ummi, itu bukannya suaranya Ayda?" Tanya Nisa terkejut.

"Sepertinya, iya"

Nisa melirik ke arah kamarnya yang kebetulan sekamar dengan kamar Masnya.

Nisa dan ummi-nya saling bertatap tatapan.

.
.
.

Pria mengusap matanya yang masih buram karena efek tidurnya, setelah matanya terbuka---

"Astagfirullah" ucap pria itu terkejut, sontak saja ia langsung terbangun dan menjauh dari sisi kasur.

"Lo siapa?" Ucap Ayda menatap tajam pria itu.

Pria itu mengernyit. "Kamu yang siapa? Kenapa kamu berada di kamar saya?" Tanyanya balik.

"Yeuu Lo malah nanya balik, ngaku ngaku ini kamar Lo" sarkas Ayda.

"Maksud mu? Ini memang benar kamar saya? Dan kamu siapa tiba tiba di kamar saya?" Tanya datar.

Ceklek

"MAS! AYDA!" Pekik Nisa melihat dua orang g yang berbeda gender dalam satu kamar.

Mendengar pekikan itu, keduanya langsung menatap Nisa.

"Nisa?" Lirih Ayda.

Pria itu berjalan menghampiri ibunya yang tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

Dia berlutut.

"Ummi, ini tidak seperti apa yang ummi pikirkan" pria itu menggenggam tangan ibunya.

"Mas..." Lirih wanita paruh baya itu.

"Ummi, tolong percaya sama Ali" melas pria itu, ia berkali-kali mengecup punggung tangan wanita paruh baya itu, yang tak lain ibunya.

Ayda, wanita itu hanya diam seribu bahasa sembari menatap sahabatnya, Annisa.

Annisa mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia benar benar tak percaya apa yang barusan ia lihat.

Ummi yang masih terkejut hanya bisa terdiam. "Lebih baik kamu bicarakan ini sama Abi" ucapnya, ia melepas paksa genggaman tangan sang anak lalu berangsur pergi.

Ayda, wanita itu beranjak turun lalu mengambil kembali jaketnya yang ia taruh di atas meja lalu memakainya, setelah itu mendekati temennya.

"Nis, tolong kamu percaya sama aku, dia" Ayda melirik pad pria itu. "Dia yang juga ujug masuk ke kamar kamu, terus tidur sama kita" ucapnya.

Nisa menatap temannya. "Ini bukan kamar ku, kamar ku ada disebelah dan yang kamu masuki ini kamar mas Ali" jelasnya.

Mendengar itu sontak Ayda terkejut, matanya membulat.

"Jadi..." Lirihnya tertunduk.

Sedangkan pria itu menghela napas gusarnya.

.
.
.

"Bi, ini tidak seperti apa yang Abi pikirkan, Ali dengan dia tidak melakukan apa apa, ini hanya kesalahan pahaman saja" ucap Ali dengan nada sunguh sungguh, berupaya untuk mempercayai orang tuanya.

Pria patuh baya itu, melirik Ayda yang terdiam dengan kepala tertunduk.

Ia menghela napasnya. "Tetap sama, kalian berdua tanpa sengaja sudah ternodai satu sama lain. Dan kamu Ali, begini kah cara kamu bersikap?"

Ali hanya diam.

"..., Nikahkan lah dia" Sambung Abi melirik Ayda sesaat.

Mendengar itu sontak saja keduanya saling menatap pria paruh baya dengan wajah terkejut.

"NIKAHH?!" Pekik Ayda tertahan.

"NIKAHH?!" Pekik Ayda tertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13/5/22

HUWAAAA, CIEEEE USTADZ ALI... MOGA CEPET MOVE ON YA SAMA MASA LALUNYA WKWKWK

Bikin Squelnya Ning Syila, tapi ceritanya mengarah ke ustadz ali

MENDADAK SEATAP DENGAN USTADZ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang