BAB 5

838 47 11
                                    

Selamat membaca ~

Setelah acara sesi resepsi selesai, pasangan pasutri itu berisitirahat.

Ayda merasakan jika kakinya benar benar terasa hampir patah. ia pikir tamu undangan di pernikahannya itu tak banyak, Karana mendadak.

Tidak di sangka sangka ternyata ayahnya itu mengundang hampir semua kerabat dan teman bisnisnya, belum lagi tamu dari keluarga suaminya.

Huh

.
.
.

Ustadz Ali keluar dari kamar mandi, dengan rambut yang basah, ia menggunakan Koko tak lupa sarung yang melekat di bagian bawahnya.

"Kamu tidak mandi?" Tanya ustadz Ali tertuju pada Ayda.

Ayda yang tengah terdiam duduk di bibir kasur pun menoleh, lalu mengangguk.

"Mandi, tapi aku lupa bawa handuknya" beritahunya.

Tanpa membalas pertanyaan dari istrinya, ia melangkahkan kakinya mendekati lemari bajunya. Setelah pintu lemari terbuka, ia mengambil salah satu handuk miliknya, lalu mendekati sang istri.

Ustadz Ali menyodorkan handuk itu.

Ayda menerimanya. "Makasih" ustadz Ali mengangguk.

"Sama-sama" setelah itu, Ayda berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Sedangkan ustadz Ali, ia berjalan keluar dari kamar.

.
.
.

"Istrimu mana, le" tanya ummi ketika melihat anaknya berjalan menuruni tangga.

"Masih di kamar, mi" ustadz Ali menghampiri ibunya.

Sang ibu mengernyit binggung. "Kok kamu tinggalin, le. Kasian istrimu" tegur lembut sang ibu.

"Iya, mi. Ibu sama ayah dimana, mi?" Tanya ustadz Ali.

Memang saat ini ia harus membiasakan untuk memanggil mertuanya dengan sebutan yang sama seperti istrinya ucapkan, yakni ibu dan ayah. Sebenarnya itu juga permintaan dari mertua perempuannya untuk dia memanggil seperti itu.

"Mertuamu sedang mengobrol dengan tamunya"

Ustadz Ali mengangguk.

"Loh kamu malah duduk, samperin dulu istrimu" ucap ummi lagi.

Ustadz Ali yang baru mendaratkan bokongnya pun tersenyum.

"Iya, ummiku sayang" ustadz Ali bangun dari duduknya, lalu mengecup cepat pipi kanan sang ibu. Setelah itu berlari pelan menaiki tangga.

Ummi hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan terkekeh kecil.

Begitulah anak sulungnya, dia akan bertingkah seperti anak kecil yang manja pada ibunya jika di sekitar keluarganya dan bersikap dewasa di depan umum.

.
.
.

Ustadz Ali mengetuk lebih dulu pintunya, setelah itu berjalan masuk.

Ayda yang tengah melepas handuk di kepalanya menoleh.

"Kamu punya hair dryer nggak?" Tanya Ayda.

"Tidak, tapi sepertinya Nisa punya. Saya ambil dulu"

Ayda hanya mengangguk.

Ustadz Ali kembali membuka pintu lalu keluar, ia berjalan mendekati kamar adiknya yang bersebelahan dengan kamarnya.

Tok

Tok

Tok

"Masuk" sahut seseorang dari dalam.

Mendengar sahutan itu, ustadz Ali segera membuka pintu dan berjalan masuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENDADAK SEATAP DENGAN USTADZ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang