BAB 2

733 37 2
                                    

Selamat membaca ~

Ayda menghampiri ibunya dan langsung memeluknya.

Ibunya yang terkejut dengan perlakuan tiba tiba dari sang anak, membalas pelukannya tanpa tau dari arti pelukan tersebut.

Ingin rasanya Ayda menangis sekarang, meluapkan keluh kesahnya pada sang ibu.

Perlahan, pelukan itu mengurai. Ayda menatap ibunya senyum manis.

"Kamu sudah makan, nak?" Tanya sang ibu lembut, seraya mengusap lengannya.

Ayda menggeleng, sebenarnya ia sudah makan di rumah bisa karena di ajak oleh ibu temannya awalnya ia ingin menolak, namun karena tak tega ia akhirnya menerima walaupun sedikit canggung.

Lagi lagi, ia juga tak enak menolak ucapan dari ibunya, walau terkesan menanya sama saja ibunya pasti sudah memasak.

Sang empu tersenyum. "Kebetulan ibu sudah masak banyak hari ini, nggak tau kenapa rasanya ibu mau masak banyak" ucapnya.

Ayda hanya mengangguk dan tersenyum menanggapinya.

"Ayah kemana, Bu?" Tanya Ayda celingukan mencari keberadaan ayahnya.

"Ayah kamu sedang mengangkat telepon di belakang, memangnya ada apa?" Tanyanya.

"Emmb, nanti setelah makan Ayda akan kasih tau" Ucapnya.

Sang ibu ber oh ria. "Yasudah, lebih baik kamu makan" ucapnya, Ayda mengangguk.

.
.
.

Setelah selesai makan, Ayda dan kedua orang tuanya kini duduk santai di ruang keluarga sembari menonton tv.

Tidak dengan Ayda, hati wanita itu benar benar resah untuk mengungkapkan apa yang ia ingin sampaikan, namun bibirnya benar benar kelu ketika berucap.

"Oh ya, nak. Tadi katanya ada yang aku kamu omongin sama ayah?" Kini sang ibu membuka suaranya lebih dulu.

Ayda langsung tersadar, ia membenarkan posisi duduknya.

Sang ayah yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya dari berita yang ia tonton pada anaknya.

"Oh ya? Ada apa kak?" Tanya pria paruh baya itu.

Ayda tertunduk. Sang ibu yang merasa aneh segera menghampiri anak sulungnya.

"Ada apa kak?" Tanya lembut sang ibu.

Perlahan kepalanya mulai terangkat, ia menatap netra ibunya.

"Ayda akan dilamar" lirihnya.

"Lamar?" Beo ibunya.

"Siapa yang melamar mu, nak?" Kini sang ayah mulai bertanya dengan sedikit keterkejutan.

Ayda menggeleng.

"Maksudmu?" Tanyanya tak paham.

"Ayda tidak mengenalinya, ayah" ucapnya.

Sepasang pasutri itu terkejut. "Kenapa? Maksud ayah, kamu tak mengenalnya?" Tanyanya masih tak paham.

"Kita tidak saling mengenal" ucap Ayda.

Lagi lagi pasutri itu terkejut. "Kenapa dia bisa melamar mu, sedangkan dia saja tidak mengenal mu?" Tanya sang ayah.

"Yah..." Kini Ayda memberanikan diri menatap wajah sang ayah.

"Ayda..." Ia memejamkan matanya, menarik napasnya dalam dalam. "Ini semua salah Ayda" lanjutnya.

"Maksudmu? Coba jelaskan yang lebih agar ayah dan ibu mengerti" ucap ayahnya.

MENDADAK SEATAP DENGAN USTADZ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang