Pada dasarnya, semua orang punya ketertarikan pada sesuatu meski hanya satu hal. Seperti seorang pemalas yang menyukai mendengarkan musik sambil tiduran atau seseorang yang menyukai dirinya terduduk tanpa melakukan aktifitas apa-apa. Tapi Seoham tidak. Ia benar-benar tidak memiliki ketertarikan apapun. Ia menjalani hidupnya begitu sangat membosankan dan sering kali membuat orang-orang terdekatnya khawatir. Takut kalau-kalau suatu saat ia juga akan bosan hidup dan mengakiri semuanya. Itu memang terlalu ekstream. Tapi siapa yang bisa menyangka?
Seoham sebenarnya bukan siswa yang menonjol. Dia hanya bergabung dengan klub pramuka karena persyaratan untuk nilai rapor. Bahkan, ia selalu berusaha untuk tidak terlibat dalam setiap aktivitas.
Di kelas, dia duduk di kursi belakang dan sering tidur. Dia juga tidak punya banyak teman. Dia duduk sendirian dengan satu set meja di dekat jendela. Jumlah siswa di kelasnya ganjil dan Seoham adalah yang terakhir. Meskipun dia memiliki penampilan yang menonjol karena tinggi badannya, kehadiran Seoham tidak terlalu penting di mana-mana.
Dia sendiri pun menyebarkan aura 'jangan mendekat' kepada seluruh orang di sekolah hingga tak satupun menginterupsinya. Teman-temannya terlalu sungkan bahkan untuk ukuran seseorang yang memiliki usia yang sama.
Karena terlalu tidak peduli, Seoham termasuk murid yang tidak di kenal dan ornag harus menyebutkan tiga hal lebih dulu ketika menanyakan sosoknya.
"Park Seoham."
"189 cm."
"Si suram dari kelas 2-3"
Namanya mungkin langkah tapi karena terlalu pasif, orang-orang bahkan lupa akan kehadirannya. Bahkan bisa dibilang teman sekelasnya suka melupakan suaranya. Mereka suka membuat ekspresk terkejut berlebihan tiap pagi saat guru kelas mengabsen .
"Wah, satu-satunya hal yang membuatnya bersuara hanya saat jam absensi pagi." Begitu kira-kira.
Bahkan saat pertemuan club pramuka, Seoham hanya berbicara dengan kepala atau tangannya. Member club tetap membiarkannya masuk karena Seoham cukup cekatan dan mudah untuk dimintai tolong. Ia hanya pendiam, bukam berarti acuh pada sekitar.
Guru Kang memanggilnya di jam makam siang yang hampir habis. Seoham sudah selesai dengan makannya saat Guru Kang menghampirinya di kantin sekolah.
Guru Kang duduk di kursi di ruang guru sementara Seoham berdiri di hadapannya.
"Tinggi sekali kau." Guru Kang menyadari kesalahannya untuk tidak menyuruh Seoham duduk. Ia menunjuk kursi kosong dan Seoham duduk di sana.
"Bagaimana aktifitasmu di klub pramuka?" tanya Guru Kang basa basi.
"Baik," jawab Seoham pendek.
"Tidakkah kau tertarik untuk masuk ke klub basket. Kau memiliki tubuh dan tinggi yang ideal."
"Satu-satunya alasan aku mengikuti klub pramuka hanyalah nilai," jawab Seoham kasual. Terlalu santai seperti sedang berbicara dengan teman sebaya.
Guru Kang menampilakan senyum getir. Seoham dan kelakuannya. Siapa lagi yang akam mengerti anak laki-laki dihadapannya ini kalau bukan dirinya?
"Kau hanya mengisi buku absensi dan sering mangkir saat kegiatan bulanan."
"Aku mengisi aktiftas mingguan." Seoham sahut dengan cepat karena ingin menyudahi pembicaraan ini.
"Tidakkah kau memiliki ketertarikan pada sesuatu?" Guru Kang bertanya hati-hati.
"Eobseoyyo." Seoham berdiri bersamaan dengan bel yang berbunyi. "Aku permisi dulu."
Guru Kang menahannya
"Tidakkah sebaiknya kau mengubah caramu bertahan hidup? Bersenang-senang sedikit bukanlah sebuah dosa, Park Seoham.""Sebaiknya anda berhenti ikut campur. Itu akan sangat menyenangkan bagi kita berdua." Seoham merendahkan suaranya. Tidak ingin ancaman tidak langsungnya didengar oleh guru lain dan menimbulkan kesalahpahaman.
YOU ARE READING
Des Vu || suamchan
FanfictionUnder the pouring rain, they stared at each other in dismay. The lines of the two's faces stiffened. One of them seemed to be clenching his fists, trying not to explode. While others, try their best not to be weak. Under the sky that seemed to want...