Jaechan menghela napas begitu mobil Ayahnya berlalu. Dia melangkah santai memasuki area sekolah. Baru beberapa langkah, tubuhnya tersentak ke belakang. Tasnya tersangkut di besi gerbang. Ia berdecak, merutuki kecerobohan di hari pertama. Jaechan buru-buru menepi karena murid-murid semakin banyak yang datang. Ia menunduk, memeriksa bagian mana di tasnya yang tersangkut ketika tubuhnya di dorong hingga menimbulkan bunyi dengan gerbang.
Jaechan hendak mengeluh begitu sosok yang mendorongnya berlalu tanpa sedikitpun merasa bersalah. Ia menahan diri untuk tidak menimbulkan apa-apa di hari pertamanya. Jadi yang ia lakukan adalah memeriksa tasnya dan menemukan gantungan akrilik berbentuk pelangi ungunya pecah.
"Aish!" Gumamnya sebal.
Setelah berhasil melepaskan tautan tasnya dengan besi gerbang, matanya mengedar mencari sosok yang tadi sempat mendorongnya.
Di tengah kerumunan anak-anak yang baru datang, sosok itu tinggi menjulang dan menonjol.
"Gorilla." Begitu ucap Jaechan. "Indah sekali untuk mengawali hari ini."
***
Di ruang guru, Jaechan menemui Guru Kang yang akan menjadi wali kelasnya. Mereka berakap-cakap sebentar sampai bel masuk berbunyi.
"Kau bisa mengambil bukumu nanti di ruang kurikulum. Temui guru di sana dan serahkan kertas ini padanya. Ayo, kita ke kelas." Guru Kang membawa Jaechan menuju kelasnya yang ada di lantai tiga.
Di sepanjang lorong, Jaechan mencuri pandang ke kelas-kelas yang sudah di mulai. Tidak begitu berbeda dengan sekolahnya yang lama. Hanya soal gedungnya yang lebih luas dan murid-muridnya yang lebih banyak.
"Meskipun cukup beresiko pindah sekolah saat di tahun pertengahan seperti ini, kurasa kau akan bisa beradaptasi. Anak-anak di sini mungkin berisik, tapi mereka baik. Kadang-kadang mereka memang usil, tapi mereka tahu cara menghargai orang lain. Aku cukup bangga sebagai wali murid." Begitu ucap Guru Kang saat keduanya sudah sampai di depan kelas 2-3 yang tertutup.
Samar-sama terdengar kegaduhan di dalam kelas.
"Tapi, mereka memang berisik. Tunggu di sinis selagi aku membuka kelas, masuklah saat kusuruh."Guru kang tepuk pelan pundah Jaechan.
Jaechan mengangguk dan mulai merasa gugup. Ia meneliti keadaan kelas barunya lewat jendela.
"Masuklah." Beberapa saat kemudian Guru Kang memanggilnya dari dalam kelas.
Jaechan telan ludahnya dan mulai memasuki kelas yang seketika kembali bersuara setelah sebelumnya hening saat kedatangan Guru Kang.
"Cah, perkenalkan dirimu."
"Annyeonghaseyo. Namaku Jaechan. Park Jaechan. Mohon bantuannya." Jaechan menyapa teman-temannya dan membungkuk.
"Oh, suaranya." Salah satu dari teman kelasnya bersuara.
"Jonghyeong, diamlah." Guru Kang menaikkan tongkat di tangannya. "Duduklah di bangku paling belakang di sana. Akhirnya kelas kita genap juga. Suam, kau tidak bisa lagi mangkir dari acara kelas. Kau sudah punya partner sekarang."
Mata Jaechan mengedar dan melihat satu sosok yang tidak dia perhatikan sebelumnya, duduk dengan pandangan acuh. Kedua kakinya tampak tidak nyaman karena panjang.
"Kayaknya ...," Jaechan bergumam dan membuat Guru Kang menoleh padanya.
"Ayo, duduklah. Guru mata pelajaranmu akan segera datang."
Jaechan langkahkan kakinya pada bangku paling belakang di samping anak bernama Suam itu. Terlihat jelas bahwa teman sebangkunya itu tidak menerima kehadirannya.
"Hai murid baru. Aku Kyungyoon dan ini Jonghyeon. Akhirnya aku punya alasan untuk menoleh kebelakang."
"Diam, Yoon." Itu Seoham yang bersuara dari balik tangannya yang menutupi seluruh kepalanya.
"Setidaknya jadilah teman sebangku yang budiman, Park Seoham.
"Ohhh, kalian memiliki marga yang sama. Seperti pasangan saja." Jonghyeong menimpali.
Jaechan cukup terkejut dengan ucapan teman di depannya itu. Tapi ia tidak boleh cepat-cepat menyimpulkan dan sebaiknya berkonsentrasi dengan pelajaran.
Dua temannya sudah kembali menghadap ke depan begitu guru bahasa inggris masuk.
Jaechan ingin membangunkan Seoham tapi cukup tahu diri karena mereka belum berkenalan dan sepertinya sosok di sampingnya sudah memancarkan aura 'jangan mengusikku'. Meski ia kesulitan mengikuti pembelajaran karena tidak memiliki buku panduan dan segan untuk meminta seoham menggeser bukunya agar bisa digunakan bersama.
"Park Seoham." Guru bahasa inggris memanggilnya. "Aku tahu kau pandai di mata pelajaranku, tapi seharusnya kau peka sedikit kalau teman sebangku yang juga murid baru terlihat kesulitan dengan pelajaranku. setidaknya biarkam buku panduan itu ia pakai daripada kau gunakan untuk alas tidur."
"Ck." Seoham berdecak. "Menyusahkan saja," gumamnya yang membuat Jaechan seketika itu kesal.
YOU ARE READING
Des Vu || suamchan
FanficUnder the pouring rain, they stared at each other in dismay. The lines of the two's faces stiffened. One of them seemed to be clenching his fists, trying not to explode. While others, try their best not to be weak. Under the sky that seemed to want...