Oddball (local ver.)

79 8 0
                                    

Sudah sebulan sejak Jaechan dan Seoham memproklamirkan sebagai musuh dan keduanya benar-benar memainkan peran masing-masing dengan baik. Pergantian tempat duduk terjadi kemarin dan Jaechan tetap duduk di bangku awalnya meskipun Guru Kang menawarinya duduk dengan teman yang lain agar lebih akrab. Sementara Seoham tidak begitu menghiraukan apapun yang dilakukan oleh si anak baru. 

Sementara keduanya saling mengusili, Jaechan semakin akrab dengan Seungyoun meskipun berbeda kelas. Mereka sering menjemput satu sama lain untuk makan siang atau sekedar jajan di minimarket sekolah. Sesekali keduanya pulang bersama saat Jaechan memutuskan untuk menemani Seungyoun menghadiri club sepak bolanya. Dibalik sikapnya yang urakan, Seungyoun cukup mahir di mata Jaechan meskipun ia sendiri tidak tahu standar sebagai pemain baik bola itu seperti apa. Jaechan sendiri tidak berminat pada club apapun yang ditawarkan. Ia malas dan memang tidak memiliki cukup tenaga kalau harus mengikuti kegiatan lain di luar jamn olah raga. 

"Untuk seorang siswa yang rajin sepertimu, kau cukup memiliki waktu bebas ya?" Seungyoun telan suapan terakhir es krimnya sebelum melontarkan pertanyaan.

Mereka berdua berjalan beriringan setelah membeli es krim di minimarket sekolah. Melewatkan jam makan siang karena tidak lapar dan antrian begitu panjang.

"Tentu saja. Orang tuaku cukup bebas asal aku selalu mengabari dan tidak mengabaikan pesan dari mereka."

"Kau cukup kaya juga. Beberapa kali aku melihatmu turun dari mobil yang tidak bisa dibilang murah."

"Kau dealer mobil, ya? Sampai segitunya memperhatikan apa yang kukendarai. Pakai saja ketelitianmu untuk belajarm Cho Seungyoun."

"Park Seoham!" Seru Seungyoun bahagia. Terlewat ceria.

Jaechan berdecak. Ia jadi tak selera menghabiskan es krimnya yang tinggal setengah. Dengan malas mengikuti Seungyoun yang lebih dulu menghampiri Seoham di pinggir lapangan, duduk melamun tepat di bawah pohon. 

Sudah seperti tupai saja. Begitu cemooh Jaechan dalam hati.

"Es krim." Jaechan tak tahu bahwa Seungyoun membeli es krim lebih dan memberikannya pada Seoham. Ia jadi ingat beberapa kali memang Seungyoun tampak merawat Seoham dengan baik meskipun respon laki-laki yang mirip gorilla itu selalu mengesalkan di matanya. Seungypun duduk di sebalah Seoham dan beberapa saat lupa dengan kehadiran Jaechan. 

Jaechan sendiri juga tak ada niatan untuk meninggalkan keduanya karena tak ingin habiskan waktu jam istirahat sendiri. Jadi dia berdiri agak jauh sambil menghabiskan sisa eskrimnya. 

Tak lama dua siswi menghampiri Jaechan dan tampak malu-malu. Sementara Jaechan bersikap seperti biasa dan agak terganggu karena keduanya tidak segera berbicara.

"Sejak beberapa waktu lalu, temanmu menjadi pembicaraan di mana-mana. Kelasku bahkan berisik dengan namanya. Kau seharusnya bangga, Dewa Seoham yang agung," celetuk Seungyoun sambil memperhatikan Jaechan dengan dua prang gadis.

Seoham mendengus dan menyetujui dalam hati apa yang dikatakan oleh Seungyoun. Ia perhatiakn Jaechan yang tampak tak peduli dan di matanya jadi lucu. Seoham menggelengkan kepala, mengusir pikiran ngawur yang melintas tiba-tiba.

"Aku tidak ingat berapa nomor ponselku." Seoham mendengar jelas pembicaraan Jaechan dan dua orang gadis itu.

"Kalau begitu biarkan aku yang memberimu nomor ponselku dan kau bisa menghubungiku." Kata salah seorang gadis, tak menyerah.

"Face ID ponselku sedang bermasalah. Aku tidak bisa membuka handphoneku sampai waktu yang tidak bisa ditentukan." Jawab Jaechan sebisa mungkin tak terdengar kepalsuannya. Ia malas menyimpan nomor orang-orang yang pada akhirnya hanya akan berisik menganggunya.

Des Vu || suamchanWhere stories live. Discover now