13

26 11 26
                                    

[𝑻𝒚𝒑𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏]

BRAK!

Ketika ditanya, sesungguhnya Felix juga bingung terkait apa yang sedang ia lakukan di tempat berdebu ini.

Matanya hanya terpaku pada sebuah langit-langit yang bolong. Ada sebuah palang kayu yang melintang, serta sisa tali yang masih terikat di sana.

Ini adalah tempat di mana Minho 𝗺𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹.

Namun, ia digerakkan oleh rasa penasaran yang perlu kepastian.

Pemuda itu terlihat tidak peduli bahkan ketika pintu tertutup kencang, pun ia mengabaikan Han yang mulai merapatkan diri ke arahnya; rupanya Han merasa de ja vu, bulu kuduknya merinding, suasana gudang yang suram jadi bertambah gelap akibat sinar mentari yang tidak tembus.

Di tengah keheranannya, pria itu mengikuti arah pandang Felix.

“Ada apa?” bisik Han.

Tidak ada jawaban selain debu-debu yang berterbangan, entah apa yang menjadi fokus Felix tapi Han tidak bisa menarik diri dari rasa penasarannya. Sampai akhirnya sebuah pertanyaan yang mampu membuat Felix sukses mengalihkan atensinya meluncur.

“Lix, lo bisa liat hantu, ya?”

Refleks, yang ditanya menoleh. Ia menatap Han tanpa minat. Oke, tidak manusia tidak hantu, tampaknya sosok seperti Minho ini selalu ada di sekitar Felix. Dan itu sungguh merepotkan.

“Emang kenapa?” tanyanya, sembari melangkahkan kaki. Menuju pintu keluar, memilih angkat kaki sebelum hari semakin sore.

Diikuti oleh Han yang setia mengekor seperti anak bebek, “Nggak sih, penasaran aja,” sahut pria itu.

𝗣𝗲𝗻𝗮𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻.

Han mendekatinya hanya karena rasa penasaran. Entah ke mana rasa penasaran itu akan menuju. Yang jelas, seingat Felix rasa penasaran tanpa hal mendasar tidak akan berakhir baik.
Entah itu rasa penasaran Han, atau rasa penasarannya sendiri (yang membawanya ke tempat ini).

Harusnya Felix tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak ikut campur dalam urusan makhluk tak kasat mata itu. Namun, ia terdistraksi rasa penasaran itu.

Tidak ada alasan untuk Felix menjawab pertanyaan Han.

“Kalo cuma penasaran, lo gak perlu tau.”

“𝘊'𝘮𝘰𝘯, 𝘋𝘶𝘥𝘦! 𝘓𝘦𝘵'𝘴 𝘣𝘦 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥! Mungkin lo bisa berbagi cerita sama gue.”

Sebenarnya pemuda itu hanya berasumsi, didukung oleh beberapa kejadian dan kepribadian Felix yang cukup misterius di matanya, membuat Han tanpa sadar menaruh atensi lebih pada sisi misterius Felix.

Pria itu terlihat seperti sudah biasa dihadapkan pada situasi mencekam, membuat Han yakin seratus persen bahwa Felix bukanlah anak biasa.

Di sisi lain, Felix menjeda langkahnya tepat ketika ia berada di luar bangunan. Kondisi psikisnya sedang tidak baik, sehingga apa sepositif apapun apa yang Han katakan semua terdengar menyebalkan.

Ia masih ingat betul bagaimana beberapa orang yang Felix anggap ‘teman’ dulu.
Rasa penasaran mereka hanya membawa Felix pada penderitaan. Ketika ia berkata jujur bahwa salah satu temannya diikuti oleh seorang paman tanpa tangan, mereka malah mengolok-ngoloknya.

‘𝘏𝘢𝘩𝘢𝘩𝘢! 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶? 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘢𝘯𝘦𝘩! 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘢𝘯𝘦𝘩. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪!’

Ghost Friend [Lee Know, Lee Felix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang