---
Pagi ini Han terus memperhatikan Felix dalam diam, ada sesuatu yang ingin ia pastikan. Setelah mengetahui cerita dari kakaknya, Han berhipotesis bahwa Felix tahu sesuatu terkait kejadian lama itu.
Apalagi ketika Felix yang notabenenya belum lama berada di sekolahnya tiba-tiba menyambangi gudang yang bahkan siswa sana pun tidak ada yang melirik.
Sudah beberapa menit sejak kedatangannya yang terlalu pagi (lagi), pria itu tampak diam seperti biasa. Namun ada sebuah senyum yang tidak ia mengerti kali ini, sebuah senyum yang terkesan ganjil.
Ketika keduanya bertemu di lorong, Felix menyapa Han terlebih dulu.
“Lix!”
“Hai? Ikut gue sebentar, yuk?”
Han mengernyit. Adalah sebuah hal aneh mendapati Felix meminta duluan, takayal pemuda itu menaruh curiga pada Felix. “Lo beneran Felix, kan?” Ia memastikan.
“Kalo gak percaya pegang aja.”
Sebuah sodoran tangan Han terima, dan terasa. Suhu tubuh Felix hangat. Han tentu percaya, sembari mengikuti langkah Felix, pemuda itu berpikir mungkin Felix memilih untuk mulai terbuka.
Jadi ketika Felix mengajaknya melintasi ruang musik, Han tidak membantah.
“Dia meninggal di sini,” ujar pria bule itu.
Seoalah mengerti apa perihal sesuatu yang memang mengganjal di benak Han, membuat Han terkejut bukan main.
“Si drummer itu?”
“Hm.”
“Tapi dia nggak tenang.”
“Dia bunuh diri, kan?”
“Bukan. Bukan karena itu.”
“Terus kenapa?”
“Itu tugas lo berdua buat nyari tau.” Felix mengedikkan bahunya.
Aura menyeramkan tiba-tiba mengguar begitu saja, tanpa sepatah kata Felix melanjutkan langkahnya, begitu pula Han yang masih setia mengikuti Felix yang membawa langkah tepat di depan pintu toilet.
Kebetulan, karena memiliki hasrat yang perlu dituntaskan Han masuk ke dalam salah satu bilik, bersamaan dengan Felix yang melakukan hal yang sama.
Disela urusannya Han berkata. “Lix, ada sesuatu yang pengen gue omongin. Setelah ngeliat lo yang kayaknya tertarik sama gudang bekas itu, gue pengen mastiin sesuatu.”
Hening, jawaban dari bilik sebelah baru terdengar setelah beberapa saat.
“Han.”
“Ya?”
“Kenapa ‘dia’ nggak nolongin gue?”
Yang ditanya mengernyit dalam. “Maksudnya?” Han mengencangkan suaranya.
“Malem itu .... Kenapa dia gak nolongin gue?” Lagi-lagi pertanyaan yang begitu rancu keluar, suara berat Felix mendadak lebih lirih dan bernada putus asa.
Han hendak keluar ketika mendengar pintu bilik sebelah terbuka. Namun pergerakkan terhenti ketika biliknya sama sekali tidak bisa dibuka.
Bahkan ketika Han sudah berusaha cukup keras mendorong pintu itu, semua sia-sia.
“Aaaa! Kena lagi gue!”
---
Brak!Seisi kelas menoleh ke sumber suara, ada kernyitan di dahi serta sejuta keheranan di benak mereka. Sedangkan sang pelaku pembantingan pintu hanya menggaruk tengkuknya kikuk sembari tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Friend [Lee Know, Lee Felix]
FanfictionFelix hanya ingin hidup damai, tidak ingin melihat apa yang seharusnya tidak ia ia lihat. Hanya sebatas menjadi bayangan sudah cukup bagi Felix, tapi entah apa rencana Tuhan, hidupnya seolah tidak diijinkan untuk tenang. Kehadiran Lee Minho dalam hi...