19

12.2K 1.2K 41
                                    

Masih terpasang infus dan berbagai macam alat yang menempel di tubuhnya, Niki duduk di ranjang rumah sakitnya dengan senyuman licik yang terpampang jelas di wajahnya.

"Niko, Niko... ini akibatnya lu udah berani main-main sama gue..."

.
.
.
.

Pukul 22.35 malam Kenan baru saja tiba di parkiran rumah sakit tempat Niki dirawat.

Sebelumnya Kenan sempat pulang ke rumah setelah ia selesai dengan kerjanya. Sedari tadi ia khawatir dengan Niko yang ternyata tidak ada di rumah saat ia pulang.

Kenan berusaha berpikir positif jika putranya itu mungkin saja menginap di rumah Zion, yang tak lain adalah kekasih dari putranya itu.

Masih duduk diatas motornya, Kenan tak hentinya mengirimkan pesan dan menelpon Niko, namun tak kunjung dijawab oleh putranya itu.

"Haahh... kayaknya Niko udah tidur."  kata Kenan lalu menaruh ponselnya di saku jaket miliknya.

Saat turun dari motor, seseorang datang dan memarkir motornya sedikit jauh dari Kenan, namun Kenan sepertinya mengenal orang yang baru datang tersebut.

"Eh? itu dek Candra kah? bukannya dia cuti?"

Tanpa ragu Kenan lalu menghampiri Candra, teman baru yang ia temui kemarin, teman yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

"Dek, bukannya kamu cuti hari in— loh? mata kamu kenapa dek?" pertanyaan Kenan terpotong saat ia melihat kedua mata Candra yang sembab saat Candra berbalik menatap dirinya.

*GREP

Dengan tiba-tiba Candra memeluk tubuh Kenan erat membuat Kenan sedikit terhuyung ke belakang karena belum siap.

Di pelukan Kenan Candra terdengar terisak. Isakan menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

"Hiks, ibu mas... ibu udah ninggalin Candra selamanya—hiks..."

Kedua tangan Kenan langsung ia bawa untuk merengkuh tubuh Candra.

Ia tau jika Candra kini butuh sandaran karena Kenan sendiri juga pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang ia cintai.

"Hiks, Candra ga rela mas— ga rela!!!"

"Pelan-pelan kamu harus berusaha ikhlasin ibu kamu, dek... sekarang ibu kamu udah ga ngerasain sakit lagi. Ibu kamu juga pasti sedih kalo kamu terus begini."  kata Kenan berusaha menenangkan Candra dengan mengelus kepala dan punggung Candra.

"Cuman ibu yang Candra punya, mas! Candra ga punya siapa-siapa lagi— hiks..."

Hati Kenan semakin teriris mendengar itu. Dirinya tau jika Candra hanya memiliki sang ibu yang tersisa diantara anggota keluarganya.

"Ada Tuhan, temen-temen, sama ada mas disini, hm? jangan mikir kalo kamu sendirian ya dek..."

Kenan tak hentinya mengusap punggung Candra lembut, seakan-akan bisa menyalurkan kekuatan yang ia miliki pada pria rapuh yang ia rengkuh.

"Hiks, makasih mas Kenan..."

"Sama-sama, Candra."

Please, Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang