BAB 2

32 13 39
                                    

"Lagi ngapain disini, fa?"
"Huuuhhh Kiki." Bisikan Kiki mengagetkan ku saat aku mengikuti Ayas yang terburu-buru pergi ke taman belakang sekolah.

"Aku lagi ngikutin Ayas. Kaya ada yang aneh dari dia," pikirku. Sejak datangnya rumor bahwa dia berpacaran dengan Karin, sifat nya berubah drastis. Bukan lagi Ayas yang selalu terlihat bahagia, tapi Ayas yang selalu pasang muka suram.

"Dia mau ketemuan sama si Karin, katanya mau ngasih sesuatu. Udah gausah kamu pikirin, seminggu lagi kita ujian."

"Ki, kalo nanti lulus kita bertiga masih bisa kumpul lagi gak ya?"

"Bisa, fa. Kita masih bisa bersama-sama." Kata-kata Kiki selalu menenangkan ku.

Bel berbunyi. Tanda istirahat telah usai. Aku dan Kiki masuk kelas tanpa Ayas sampai pelajaran berakhir.

Hari ini Hana tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. Jadi, aku pulang diantar Kiki. "Ki, kok tadi aku ga ngeliat Ayas, kemana dia pergi pas istirahat?"

KRIIING!!! Ponsel Kiki berbunyi. Tapi, aku gak bisa mendengarnya. Kiki masih diatas motor, aku sudah turun dari motornya.

Mata Kiki berkaca-kaca setelah mendapatkan telepon tadi, langsung menjalankan motornya terburu-buru pergi. Hingga dia lupa bahwa aku masih berdiri di sebelahnya.

Aku masuk rumah dengan pikiran yang bergeliut. Aku bingung. Aku masih memikirkan Ayas yang tiba-tiba hilang. Aku juga memikirkan Kiki, siapa orang yang menelepon dia tadi. Seperti aneh.

                             🔷🔷🔷

Keesokan harinya, Hana sampai di sekolah duluan.
Aku tidak melihat Ayas dan Kiki ada di kelas. Biasanya, aku yang berangkat paling akhir.

"Han, Lo liat Ayas sama Kiki gak?"
"Katanya sih izin tadi." Hana bangkit dari kursinya. Tapi, kenapa dia lebih tau dari aku?

Aku kembali merenung. Tertunduk. Hari ini aku sepi. Tanpa Ayas dan Kiki.

Berkali-kali aku menelepon. Berkali-kali juga tak ada jawaban. Entah apa rencana mereka berdua, sampai aku pun tidak tahu apa-apa tentang nya.

Aku berusaha untuk terlihat biasa saja.

Sudah 3 hari Ayas tidak masuk sekolah. Ketika aku tanya Kiki, dia akan mengalihkan pembicaraan.

"Pulang sekolah anterin aku ke rumah Ayas boleh gak, Ki?" Kiki menoleh. Seperti tak suka aku menanyakan hal itu.
"Sudah kubilang, Ayas baik baik saja. Kamu gak usah khawatir. Kamu perlu istirahat yang banyak. Jangan terlalu memikirkan Ayas kalo kamu saja tidak memikirkan dirimu sendiri." Dorrr! Seperti peluru yang telah mendarat pada sasaran nya.

Kiki meninggalkan ku yang masih bergeming di dalam kelas. Apa aku punya salah sama mereka berdua?
Hobi mereka sekarang meninggalkan ku.

Hana merangkul ku dari belakang. "Kita pulang, fa. Nih kartu ujian Lo tadi ketinggalan di kelas. Gausah terlalu dipikirin, Lo fokus sama kesehatan Lo dulu biar lancar ujian nya." Aku tetap diam. "Kan masih ada gue disini. Kalo Lo butuh apa-apa gue akan selalu ada buat Lo, fa."

Aku memeluknya. Erat, erat sekali.

                           🔷🔷🔷

Hari ini. Ujian dimulai.
Aku, Kiki dan Ayas berbeda ruangan. Dari kejadian Ayas yang tiba-tiba pulang dan tak ada kabar, kini mereka berdua seakan menjauh dariku.

Hana mendekati ku. "Fa, Lo piket hari ini. Jangan melamun terus ntar kesurupan siapa yang susah, kan gue hehehe..." Aku sadar. Kok aku bisa lupa hari ini jadwal piket ku?

Sapu di kelas ku rusak cuma ada dua, dan itu pun lagi di pake. Aku harus meminjam di ruang sebelah.

"Habis ini gue pinjam sapu nya yah," ucapku pada cewe kelas 12 IPS II.
"Apa sih Lo! Ini tuh lagi dipake. Lagian kok pinjem sih. Sana pergi!"

Aku kembali ke kelasku. "Lo lihat kan tadi gue pinjem sapu di cewe itu?" tunjuk ku pada cewe tadi.
"Lihat kok, kenapa kok gak jadi?"
"Siapa dia? Sombong banget. Gue disuruh pergi."
"Lo gak kenal? Itu kan si Karin pacarnya sahabat Lo, Ayas."
"Ohh pantesan. Gak asing mukanya"
Hana menjitakku. "Lo kan emang suka lupa Nafa hahaha..."

Sekarang aku tau Karin. Aku tau sifat Karin. Mungkin dia bawa pengaruh buruk buat Ayas. Ayas ku. Milikku. Terserah aku. Kalo kalian gak setuju yasudah.

SALAHKAH AKU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang