Cicak-Cicak Di Dinding (1)

40 9 2
                                    

Iseng yang Membawa Petaka

---


Jebret!

"Ough, hampir kena!"

Bryan memandang kesal cicak yang bergegas merayap setelah dikejutkan oleh karet gelang yang dibidikkannya. Ada beberapa ekor cicak yang sedang menempel di dinding kamar sang lelaki remaja. Ia bahkan sengaja berhenti belajar demi men-jebret cicak-cicak malang itu dengan karet gelang.

"Awas ya! Sekali ini pasti kena!"

Sambil menggerutu, Bryan mengambil kembali karet gelang yang tadi ia pakai. Kemudian ia membidikkan lagi karet yang dengan ujung jari direntangkan dan ....

Jebret!

"Ough! Sial!"

Cepat-cepat Bryan memungut kembali karet gelang tadi. Kali ini bidikannya juga meleset. Cicak yang diincar itu kembali merayap menjauh.

"Rasain sekali ini!"

Bryan bersungut-sungut dan kembali membidik. Ia terdiam mengarahkan karet yang direntangkan di ujung jari telunjuk. Lalu ....

Jebret!

"Ah! Kena kau!"

Mata Bryan berbinar menyaksikan ekor cicak yang dibidik terputus dan jatuh di depannya berdiri. Ekor cicak yang terputus itu menggelinjang cepat di lantai. Bryan merunduk menghampiri. Sambil berjongkok, ia memerhatikan gerakan-gerakan ekor cicak yang terputus itu.

"Kog masih bergerak-gerak ya?"

Bryan memerhatikan dengan seksama. Seperti teringat sesuatu, ia cepat-cepat berdiri. Sebuah batang lidi dari sapu yang digunakan untuk membersihkan lantai kamarnya, dipatahkan. Lalu, ia kembali jongkok dan ujung batang lidi ditusuk-tusukkan ke ekor cicak yang terputus itu.


---


"Eh, nenek moyangnya cecak itu asalnya dari ular lho."

Siswa sekelas Bryan yang jadi teman sebangkunya berkata dengan cepat. Mendengar itu. Bryan tercengang. Tak jadi ia melumat bakso yang akan dimasukkan ke dalam mulut.

Namun, sang teman seakan acuh tak acuh saja dengan mimik wajah Bryan. Dengan santai ia melumat bakso masuk ke dalam mulut dan mengunyah cepat. Jam istirahat sekolah baru saja dimulai.

"Masa sih, Freddy? Kog bisa beda wujud gitu?"

Bryan yang semula bertanya, merasa tak puas dengan jawaban Freddy, teman yang berkata tadi. Mengernyit, dipandangi orang yang duduk di sebelah.

"Hya, hwaku thahunya dhari ... nyam ... nyam ... cerita shi Harry."

Freddy menjawab dengan mulut penuh makanan. Ia seakan ingin tertawa dengan rasa penasaran Bryan.

"Oh ... ternyata nenek moyang cecak itu ular ya?"

Bryan menggumam. Perlahan ia mengangkat kembali sendok dan melumat baksonya pelan-pelan.

"Sluruuup ... aaah!"

Freddy menyeruput kuah baksonya dengan desahan puas. Lalu katanya, "Ayo abisin baksomu. Kita ditunggu teman-teman di lapangan. Ntar udah jam masuk kelas lho."

Diambilnya sehelai tissue untuk lap bibir dan mengeluarkan uang dari saku celana. Bryan yang melihat Freddy telah menyelesaikan makan, sontak mempercepat kunyahan. Setelah makan dan bayar bakso kantin, berdua mereka berlari ke lapangan sekolah SMP mereka.


---


"Nih, untuk kamu. Nenek moyangmu ular kan? Rasain!"

Cicak-cicak Di DindingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang