.

999 110 7
                                    

"Inget Kirana kalau kamu gak boleh pakai baju pendek sama baju terbuka, walaupun hanya dirumah." Ucap Kaindra tiba tiba.

Sejak membuka aplikasi yang diminati anak muda jaman sekarang, Kaindra menjadi lebih cerewet. Bahkan dia juga mengomentari postingan postingan itu.

"Iya, bolehnya waktu sama kamu doang 'kan?" Kirana hanya mengangguk seolah dengan serius mendengar setiap ucapan cerewet Kaindra. Toh omongan Kaindra memang benar, suami mana yang rela melihat istrinya ditonton orang lain.

"Emang kenapa kalau aku pakai baju sama celana pendek?" Tanya Kirana iseng yang membuat Kaindra bersedekap dada, ia menirukan gaya andalan Kirana jika sedang kesal.

Berbanding Kirana yang sedang menahan tawa, Kaindra malah menatapnya serius. "Aku tuh sebenernya gamau kamu jadi pusat perhatian orang lain, paham dikit ngapa si!" Ungkapnya

"Masak yuk." Kirana mengalihkan pembicaraan. Jika pembicaraan ini masih berlangsung, entah sampai kapan bubarnya.

"Terus apa gunanya aku mempekerjakan pelayan dirumah ini?" Tanya Kaindra dengan menatap Kirana. Bisa bisanya Kirana ingin memasak jika dapur saja sudah dipenuhi oleh pelayan.

Kirana menggaruk lengannya, lalu menghela nasaf lelah. "Tapi aku tuh mau makannya sayur aja! Aku mau diet." Kirana hanya berbohong. Mana ada bumil diet! Nanti anaknya kurus kayak lidi yang di sentil dikit langsung terbang kemana mana.

"Gak usah sok diet! Ayo makan malem sama aku."

"Nanti aku gendut lho karena kebanyakan makan, mas." Mungkin menjahili Kaindra yang sebentar lagi akan memiliki buntut empat asik karena sifatnya yang kadang kelewat serius.

"Aku gak mau kamu nanti sakit, aku ga bakal peduli kalau kamu gendut yang penting kamu sehat, kamu juga harus selalu ketawa terus sama aku. Makan, gak usah ngeyel." Katanya.

Kaindra menggandeng tangan Kirana, mereka turun kebawah. Malam ini akan ada Bibi Kaindra dari Semarang, yang akan berkunjung. Mama Lia memiliki adik perempuan, bibi Lya.

Bibi Lya yang melihat Kaindra memekik senang, diotaknya sudah tersusun beberapa rencana yang sudah ia pikir kan matang matang. "Kai!" Panggilnya dengan memeluk Kaindra.

Bibi Lya menuntun Kaindra ke meja makan dimana keluarga besar itu kumpul, alhasil genggamannya dengan tangan Kirana pun terlepas. "Mending bunda gandeng tangan ayah aja." Kata Kaindra dengan melepas genggaman tangan Bibi Lya.

"Lho kok kamu gitu? Padahal kan bunda mau gandeng tangan kamu Kai." Ucapnya pura pura merajuk.

"Maaf bun, kayaknya si dedek lagi pingin digendeng papanya lewat mamanya ini." Alibi Kaindra membuat Kirana melotot.

Sebenarnya Kaindra juga sedikit risih jika berdekatan dengan Bibi Lya. Apalagi jika Bibi Lya ingin menempelkan pipi keriputnya itu ke pipinya ala ala wanita jaman sekarang.

Kan bahaya kalau wajahnya nanti bersinar terang karena bedak tebal bibi Lya yang menempel di wajahnya ini.

"Gegayaan ngidam! Manja banget." Ketus Bibi Lya.

"Iyalah kamu ga dimanja, ga ngidam. Orang kamu ga pernah hamil juga." Balas Mama Lia untuk membela Kirana.

Dari kecil Kaindra memang dibiasakan untuk memanggil Bibi Lya dengan sebutan Bunda, karena dari awal pernikahan bibi Lya dan suaminya mereka belum dikaruniai seorang anak.

Bibi Lya bukan anak kandung keluarga mama Lia. Ia dulunya diambil dari panti asuhan untuk menggantikan adik mama Lia yang menghilang. Nama aslinya bukan Lya, karena nama Lya adalah nama adik dari mama Lia yang menghilang.

Papa Kaindra yang bernama Satrio menghela nafas, lalu mempersilahkan Kirana dan Kaindra duduk. Sedangkan ketiga buntut mereka sedang duduk anteng didepan televisi.

Sô MôtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang