Empat tahun kemudian....
Dua sejoli itu duduk cantik menyambut para tamu undangan yang datang. Ornamen pernikahan dengan warna putih yang mendominasi nampak begitu indah namun tetap memberikan kesan yang suci.
Putra kecil mereka berdiri di tengah-tengah keduanya.
"Selamat, ya, Zain atas pernikahan mama sama papa kamu," ucap seorang gadis kecil berusia empat tahun kepada teman sekolahnya, Zain.
Anak laki-laki itu tersenyum lebar hingga matanya membentuk bulan sabit. Menyambut hangat ucapan sang gadis kecil.
"Makasih ya, Bunga," jawabnya.
Orang tua keduanya tersenyum geli.
"Selamat, ya atas pernikahan kalian. Semoga tetep langgeng," kini ganti orang tua Bunga yang mengucapkan selamat kepada Delon dan Rally.
"Iya, makasih udah dateng," balas Rally sembari tersenyum.
Hari ini adalah pernikahan keduanya. Tepatnya, resepsi pernikahan mereka. Dulu, Delon dan Rally hanya menikah dan dianggap sah di mata agama karena usia mereka belum cukup untuk memenuhi syarat pernikahan dalam negara. Dan sekarang, mereka kembali menikah dengan status yang sah di mata agama dan negara.
Setelah berdiri berjam-jam, Rally merasa lelah. Ia tak menggunakan riasan yang berlebihan, bahkan tidak mengenakan bulu mata. Meski begitu, ia tetap terlihat cantik, bahkan kembali membuat Delon terpesona untuk yang ke sekian kalinya.
"Zain, sini ikut aunty."
Anak kecil dengan mewarisi hidung bangir ayahnya itu menatap Disya dengan dahi berkerut. Ia lantas turun dari pangkuan sang ayah.
"Kemana?" tanya nya serius. Sangat lucu dan menggemaskan melihat alisnya yang mencuram itu.
Disya mengacak-acak rambut keponakannya gemas.
"Zain gak mau bobok? Ini udah malem, sayang."
Zain lantas menolehkan kepalanya ke arah Rally dan juga Delon. Ia tengah menjadi pusat perhatian sekarang.
"Mau tidur sama mama," ucapnya dengan jelas. Untuk anak seusianya, Zain sangat fasih dalam berbicara.
"Kalo sama mama nanti lama. Zain kengantukan nanti. Sama aunty aja, ya?"
Bocah itu menggeleng. Ia langsung berlari menghampiri sang ibu.
"Ma, ayo tidur," ajaknya.
"Zain ngantuk, sayang?" anak itu menganggukkan kepalanya.
" Ya udah bobo sama aunty, ya."
"Enggak. Maunya sama mama."
Anak itu merengek. Zain pasti sudah sangat mengantuk dan kelelahan. Sesiangan ia tak tidur.
Rally lantas menatap Delon.
"Tidurin aja. Kamu sekalian istirahat juga, udah mau selesai kok acaranya," ujar laki-laki itu sembari menggendong putranya.
Rally kemudian mengangguk dan mengikuti sang suami beserta anaknya untuk masuk ke dalam kamar.
Mungkin karena ngantuk berat, Zain sampai tertidur di gendongan Delon.
"Anak papa kecapean, ya?"
Delon membaringkan putranya itu dengan hati-hati.
"Kecapean banget pasti. Dia gak tidur siang."
Menghela nafas, Rally berniat membalikkan badannya untuk kembali keluar. Walaupun sebenarnya acaranya sudah selesai, namun masih ada beberapa tamu di luar sana. Tidak enak jika mereka justru tidak ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake [END]
Teen Fiction"Dari satu sampai sepuluh, seberapa besar keinginan kamu untuk saya bertanggung-jawab?" "Nol?"