Aku bangun terlalu pagi. Aku mengumpulkan nyawaku lalu menatap jam dinding di atas pintu kamarku. Waktu menunjukkan pukul setengah empat pagi. Nyawaku langsung terkumpul karena kebingungan. Mengapa aku bisa bangun sepagi ini? Tapi itu kabar bagus. Aku bisa lebih santai bersiap-siap. Mandi, berpakaian, mengikat rambut, lalu membawa tas ranselku ke ruang keluarga. Aku meletakkannya disana. Berjalan kearah meja makan. Duduk disana sambil melihat ibu memasak nasi goreng.
Aku sesekali memainkan angin. Aku menggunakan jari telunjukku mengumpulkan sedikit angin di ujung jariku lalu mengipaskannya ke ibu. rambut-rambut ibu sedikit tertiup. Dan akhirnya ibu selesai memasak nasi gorengnya. Aku menurunkan tanganku, bersiap menerima nasi goreng dari ibu.
Aku memakan lahap nasi goreng itu. Tubuhku memerlukan energi yang banyak untuk perkemahan ini. Ibu sampai memberi tahuku agar perlahan-lahan memakan nasi gorengnya.
"Tidak apa-apa, ibu. Tubuhku sudah terlatih untuk tidak tersedak." Ucapku percaya diri. Tidak lama kemudian aku tersedak. Aku batuk-batuk, ibu menyiapkan minum untukku. Aku meminumnya. Melegakan.
"Sudah ibu bilang. Pelan-pelan memakannya, Tara." Ucap ibu menegurku.
Dan akhirnya aku selesai memakan nasi goreng itu. Selagi aku melihat lagi isi tas, Ibu menyiapkan motor untuk berangkat ke sekolahku. Setelah selesai, aku menggendong tasku, memakai sepatuku, lalu menghampiri ibu yang sudah sedaritadi memegang helmku.
"Setelah mengantarmu, Tara. Ibu akan langsung pergi bekerja." Ucap ibu memakai helm.
Aku mengunci rumah lalu menutup garasi. Lalu naik ke motor ibu. Kami pun berangkat. Aku melihat jam tangan. Masih pagi untuk beraktivitas. Warga kompleks mungkin masih tidur atau sedang bersiap-siap untuk hari ini.
Aku melewati jalan raya yang sepi sekali bersama ibu. satu-dua motor atau mobil melewati kami. Lengang, hanya ada suara mesin motor dari motor milik ibu. aku melihat sekeliling. Langit masih berwarna biru tua. Melihat seseorang membuka gerainya. Burung-burung yang hinggap di kabel listrik. Menenangkan.
Akhirnya aku sampai di sekolahku. Ibu menurunkanku di depan gerbang sekolah. Aku melepas helm lalu memberikannya kepada ibu.
"Hati-hati." Ucap ibu.
"Iya, Ibu." Ucapku memasuki sekolah.
Sekolah masih sepi sekali. Hanya ada beberapa orang dari angkatanku berkumpul. Bis-bis terparkir di halaman sekolah. Aku melihat dari jauh. Rose sudah datang disekolah. Dia melihatku lalu melambaikan tangannya. Aku berlari kearahnya.
"Selamat pagi, Tara." Ucap Rose. Seperti biasa, Rose hari ini sangat modis.
"Selamat pagi juga, Rose." Balasku dengan senyuman.
"Tumban sekali, kamu datang pagi hari." Ucapku.
"Aku sangat bersemangat, Tara. Sudah lama sekali aku tidak berkemah dengan teman-teman." Ucap Rose.
"Aku sampai tidak bisa tidur semalam." Tambah Rose dengan pose yang berlebihan. Aku menepuk punggungnya.
"Kau ini bisa saja." Ucapku.
"Oh ya, Ray sudah datang loh." Ucap Rose menunjuk bangku taman yang berada di pinggir jalanan taman sekolah membelakangi kami.
"Wah, dia penyendiri sekali." Ucapku memegang daguku.
"Ayo kejutkan dia." Ucap Rose. Aku mengangguk.
Kami tersenyum seram. Kami berjalan kearah bangku taman. Perlahan tanpa suara. Kami bersiap-siap mengejutkannya.
"Tidak terkejut." Ucapnya datar menghadap kami. Kami bahkan belum mengejutkannya.
"Kelakuan kalian seperti anak kecil saja." Ucapnya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kami terdiam. Bingung. Dia berdiri, lalu berjalan ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse the Time
Teen FictionKisah ini seperti kepingan puzzle. 1 kepingan, bisa menyempurnakan kepingan lain. Unik bukan? Tapi, salah satu kepingan puzzle membuat semuanya menjadi hitam. Kepingan itu sudah ditempel dengan erat di gambar itu. Di masa ini, masalah muncul akibat...