Aku bersama teman kelompokku sampai di ruang makan. Ruang makan ini terbuka, sehingga aku bisa merasakan udara di pagi hari. Aku duduk di salah kursi yang melingkari meja bundar. Mejanya bundar memanjang dan juga meja ini besar. Ada dua meja di ruangan ini. Aku di bagian meja sebelah kiri dariku. Rose, Diana, dan Tiara mengikutiku. Mereka duduk disebelahku.
Sudah beberapa menit, akhirnya semuanya telah berkumpul di meja makan untuk bersiap-siap untuk menikmati camilan. Aku duduk manis dengan menjaga etika duduk. Semuanya pun begitu. Aku bisa mengikuti hal ini. Karena, aku dan William sering melakukan ini. Memakai etiket bangsawan saat berbincang-bincang.
Di depanku persis adalah William. Rambutnya di sisir rapi, dan... aku bisa melihat dahi William. ada hiasan bulu putih panjang untuk menjepit rambut sebelah kanannya, sehingga hanya rambut depan bagian depan kiri yang dibiarkan bebas. Dia memakai kacamata satu sisi berbingkai tipis berwarna emas, ada untaian tali emas tipis di pinggir kacamatanya. Di bagian sakunya ada jam emas ter gantung di sana. Dia memakai sarung tangan putih untuk menambah kesan elegan. Aku benar-benar pangling melihatnya berpenampilan seperti ini.
Dan tepat disebelahnya, ada Ray. Dia tidak memakai apapun di kepalanya. Dia memakai cufflinks berhias permata berwarna biru. Itu sangat terlihat di kalangan bangsawan. Dia memakai pin sekolah—sepertinya ini diberikan kepadanya khusus. Karena, aku belum melihat pin sekolah se-mewah itu. Di belakang pinnya ada hiasan bulu putih yang panjang. Dia memakai kain putih yang melingkari lehernya sebagai pengganti dasi hitam. Di atas kain itu ada liontin hijau.
Tiba-tiba lonceng berbunyi. Seorang guru berdiri di depan sambil membunyikan loncengnya. Semua murid tertuju pada guru yang membunyikan loncengnya.
"Perhatian untuk murid-murid yang duduk di sini. Kami akan menyiapkan sarapan untuk kalian semua. Kalian bisa menulis menu yang tersedia di meja makan kalian, lalu berikan kepada pelayan kalian yang berada di belakang kalian." Ucap guru tersebut.
Di belakang kami? Aku melihat ke belakangku. Benar saja, ada pelayang di setiap belakang murid. Aku tidak pernah melihat mereka. Pelayan yang ada di belakangku memakai baju pelayan. Aku menatap wajahnya. Dia tersenyum ketika aku menatap wajahnya.
"Selamat pagi, Nona." Ucapnya menyapaku. Aku tersenyum.
"Selamat pagi juga." Balasku.
"Pelayan yang ada di belakang kalian akan membantu kalian dalam hal apapun. Pelayan itu akan senantiasa mengikuti kalian kemana saja, kecuali saat malam hari. Mereka akan beristirahat saat malam hari. Mereka akan kembali ke tendanya masing-masing. Kalian bisa berkenalan saat acara sarapan bersama ini berakhir." Ucap guru tersebut.
"Baiklah, silakan kalian tulis menu apa saja yang ingin kalian makan." Ucap guru tersebut memberi perintah.
Aku melihat menu. Wah, makanan mahal semua. Walaupun makanan ini tidak dijual, aku tahu ini makanan mahal semua. Aku masih tidak percaya kalau ini akan tejadi saat perkemahan. Memang perkemahan yang aneh. Aku memilih nasi goreng saja, porsi kecil. Karena, aku sudah makan tadi pagi dan juga aku masih kenyang. Dan aku memesan teh mawar untuk minumannya. Aku menuliskan semua yang kumau di selembar kertas lalu memberikannya kepada pelayanku di belakang. Dia mengeceknya.
"Apakah Nona tidak mau makanan penutupnya? Ada kue kering coklat disini." Ucap pelayan itu kebingungan.
"Aku masih kenyang. Jadi, aku tidak memesannya. Mungkin nanti." Ucapku sopan. Pelayan itu mengangguk lalu menyerahkan kertas itu ke guru tersebut.
Aku menunggu makanan kami datang sambil berbincang-bincang soal acara selanjutnya. Lucu sekali saat kami membicarakan acara selanjutnya menggunakan bahasa formal. Aku ingin tertawa tapi aku harus menjaga image-ku disini. William memanggilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse the Time
Teen FictionKisah ini seperti kepingan puzzle. 1 kepingan, bisa menyempurnakan kepingan lain. Unik bukan? Tapi, salah satu kepingan puzzle membuat semuanya menjadi hitam. Kepingan itu sudah ditempel dengan erat di gambar itu. Di masa ini, masalah muncul akibat...