William dan Ray menghampiriku. Rose juga.
"Tara, aku pinjam Tiara." Ucap William. Aku mengangguk.
William meletakkan Tiara di atas bunga mawar yang bermekaran. Ini empuk rasanya ketika di injak. William menyentuh kepala Tiara lalu menutup mata. Tangannya bercahaya. Kesiur angin terasa di wajahku. Entah apa yang William lakukan, tapi sepertinya itu penting.
"Rose, bisakah kamu menghilangkan mawar-mawar ini?" Tanya William.
"Tentu saja bisa." Ucap Rose. Dia menghentakkan kakinya. Bunga mawar yang bermekaran, masuk lagi kedalam tanah. Rose membantu menyinari William.
"Tara, Ray, bisakah kau membawa air dari danau itu?" Tanya William sekali lagi. Kami mengangguk.
Aku terbang menggunakan kekuatanku lalu mendekati tepi danau. Aku menatap danaunya. Bagaimana caraku membawa air?
"Tara, gunakan kekuatanmu." Ucap Ray.
"Bagaimana bisa?" Tanyaku.
"Mana kutahu, 'kan kamu yang memiliki kekuatan itu. Selagi kamu berpikir, aku akan mencari wadah untuk menampung airnya." Ucap Ray pergi.
Memakai kekuatanku? Aku akan mencobanya. Ini sama halnya seperti mengambil air di ember menggunakan gayung 'kan? Aku berdiri membentangkan tanganku lalu perlahan menutupnya. Angin mengikuti tanganku, air mulai terkumpul. Aku mengangkat kedua tanganku dan akhirnya, aku mengangkat air ini. Walaupun sedikit, aku membawanya ke William. Air yang ku bawa sedikit menetes kebawah.
"Aku membawanya, William. Maaf, William. Airnya sedikit berkurang karena angin ini." Ucapku menurunkan airnya.
"Memangnya ini untuk apa?" Tanyaku.
"Siram Tiara menggunakan air ini." Ucap Ray datar.
"Tunggu, apa?" Aku menatap Ray kaget.
"Sudahlah lakukan saja." Ucap Ray berjalan ke belakang tubuhku. Dia memegang kedua lenganku lalu merentangkan tanganku. Seketika air itu turun mengenai tubuh Tiara. Itu juga mengenai tubuh William.
"Ya ampun, Tiara!" Ucapku kaget. Lantas pergi ke arah Tiara.
"Apa yang baru saja terjadi?" Tanya Tiara.
"Tadi kamu tenggelam di danau. Tara hendak menolongmu tapi William menariknya lalu menyelamatkanmu. Aku dan Rose hanya melihat dari jauh." Ucap Ray.
Tiara menatapku lalu William. Dia tertunduk.
"Terimakasih semuanya." Ucap Tiara.
Tiara percaya begitu saja? Apa yang William lakukan? Aku menatap Ray. dia hanya menyeringai. Aku melihat ada cahaya senter dari kejauhan. Murid-murid lain datang kemari. Aku teringat. William dan Ray memakai senjata tadi. Aku seketika melihat tangan Ray. Tidak ada pedangnya. Lalu berlanjut melihat William. Tongkatnya menghilang.
"Apa yang terjadi di sini?" Tanya salah satu murid.
"Tiara tenggelam di danau barusan." Ucap William.
"Tidak mungkin, aku mendengar..." Ucapannya terpotong.
William dengan cepat mengeluarkan tongkatnya. Dari tongkatnya mengeluarkan cahaya. Ray menarikku dan Rose.
"Jangan tatap cahaya itu." Ucap Ray. Rose yang mengerti, dia langsung mengeluarkan pelindung dari anyaman tangkai mawar yang tertutup sangat rapat. Kami semua menghela napas.
"Apa yang William lakukan." Ucapku dan Rose bersamaan.
"Dia sedang memanipulasi ingatan orang-orang yang ada di sini. Jika kalian menatap cahaya itu, bisa-bisa kalian akan lupa kalau kalian di serang monster tadi." Jelas Ray.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse the Time
Teen FictionKisah ini seperti kepingan puzzle. 1 kepingan, bisa menyempurnakan kepingan lain. Unik bukan? Tapi, salah satu kepingan puzzle membuat semuanya menjadi hitam. Kepingan itu sudah ditempel dengan erat di gambar itu. Di masa ini, masalah muncul akibat...