Bab 7 : Ansel Gerrard

0 0 0
                                    

Terlepas dari kejadian di mall kemarin, masih membuat Raina, Gissel, dan Edrea bertanya-tanya. kini mereka sedang duduk di depan kelas, sambil menunggu Bella datang.

"Aku masih bingung, perihal sikap Bella kemarin, apa dia tersinggung dengan perkataan mu Sel?" mata Raina memincing ke arah Gissel, sementara itu Gissel hanya bisa mengendikkan bahu,"Aku tidak tahu pasti Ra, masa 'iya sih, Bella tersinggung sama ucapan ku, aku kan cuman bercanda.. lagi pula sebelum aku berbicara seperti itu kepadanya pun muka dia sudah terlihat masam 'kan?" Elak Gissel, dia membela diri, karena memang niat dia berbicara seperti itu kan hanya untuk bercanda, dan biasanya Bella akan meresponnya dengan kata-kata yang absurd dan kocak kan.

ah dasar, gadis yang satu itu. suka sekali membuat teman-temannya khawatir. hal itu bisa di lihat dari ekspresi muka Raina yang tidak biasa. 

Pikiran Raina di penuhi dengan kemungkinan-kemungkinan hal yang terjadi dalam hidup Bella. Angin berembus kencang tepat di sebelah telinga Rain, dia merasakan seperti ada seseorang yang sedang meniup telinganya.

Rain menengok ke arah samping, dia mencurigai Edrea, "Kau meniup telinga ku, ya?" tanya Raina dengan nada menggoda.

Edrea menggeleng keras, seolah menolak tuduhan yang Rain katakan barusan,"apaan? Aku tidak meniup telinga mu. Aku tidak iseng seperti Bella ya." 

Mendengar penuturan dari Edrea, Rain sedikit terkejut. lalu, siapa yang sudah meniup telinganya? 

"Memangnya kenapa sih Rain? Edrea sedang mengobrol bersama ku soal mata pelajaran kali ini. dan aku lihat dia tidak melakukannya." jelas Gissel, 

Rain menggeleng,"benarkah? Ah tidak ada apa-apa, dan mungkin itu hanya angin yang kebetulan lewat saja." Raina menjawab pertanyaan Gissel dengan sedikit berbohong. Sebisa mungkin Raina berpikiran positif akan hal aneh yang menimpanya barusan.

Bertepatan dengan bel masuk, Bella berjalan melintasi mereka tanpa sepatah kata pun, Rain memperhatikan punggung Bella yang mulai menjauh, di punggung itu, samar-samar dia melihat ada kepulan asap hitam yang membentuk kepala manusia berbadan besar.

Semakin lama dia memperhatikan kepulan asap itu semakin nyata, dan dia merasakan kepala itu berbalik ke arahnya lalu menatap Rain dengan senyuman sangar.

Raina tersentak, refleks memundurkan badan ke belakang, Gissel dan Edrea pun menahan tubuh Raina agar tidak terjatuh, "kau aneh sekali hari ini Rain, sama seperti Bella. Lihat, dia dengan santainya melewati kita tanpa memberikan sapaan yang hangat kepada kita!" ketus Gissel.

Tak usah heran dengan respon Gissel yang ketus, Gissel memang akan menjadi orang pertama yang selalu mendamaikan saat diantara mereka berempat sedang memiliki masalah apapun yang bisa membuat hubungan persahabatan mereka sedikit merenggang.

"Aku melihat ada asap hitam di punggung Bella, ku rasa itulah yang membuat sikap Bella berubah terhadap kita." Rain membalas perkataan Gissel dengan tak kalah ketusnya.

"Kau mengantuk ya? aku lihat tidak ada apapun dibalik punggung Bella selain tas yang dia kenakan. oh ayolaaah bangun. ini sudah siang Rain." 

"Aku tidak bohong Gissel, aku-" sebelum mereka berdebat lebih kacau lagi, Edrea memutuskan untuk menghentikan perdebatan mereka, dia berdiri diantara Raina dan juga Gissel, lalu dia mengelus pundak Gissel, menenangkan gadis tersebut,"Sudahlah, tak usah di perpanjang. Ini hanyalah kesalah pahaman saja," Edrea menatap ke arah mereka berdua lalu melanjutkan kata-katanya.  "Bella baik-baik saja Rain..  Dia mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri. dan soal asap itu, benar kata Gissel tidak ada apapun di punggungnya selain tas." 

Raina hanya bisa menghembuskan napas pasrah, teman-temannya tidak percaya pada apa yang ia lihat beberapa menit yang lalu. dia pun memilih untuk mengalah dan mengakhiri perdebatan ini.

"Ahh.. Yasudah lah, terserah kalian saja." setelah mengucapkan itu, Raina masuk ke dalam kelas, meninggalkan Gissel dan juga Edrea.

Gissel mengepalkan tangan, menahan emosi. Selalu ada saja hal yang mereka perdebatkan hingga membuat jarak diantara hubungan mereka.

Edrea pun sama bingungnya, dia tidak tau harus melakukan apa disaat teman-temannya sibuk bertengkar karena hal yang menurutnya sepele.

***

Sepuluh menit setelah bel masuk berbunyi, Guru yang mereka tunggu tidak kunjung datang.

Semua mengira jika sekarang Gurunya sedang ada rapat mendadak dan kelas pun di bebaskan. Jadilah seperti ini, berisik dan banyak siswa yang memanfaatkan waktunya untuk sekedar bersantai ria.

Suasana nya riuh dan tak terkendali, mereka sibuk ber-euphoria atas ketidak hadiran Guru mereka yang bagaikan kejutan.

hingga mereka tak sadar jikalau guru yang tidak mereka harapkan kehadirannya tiba-tiba muncul di depan pintu sambil memperlihatkan tatapan yang tidak bersahabat. Bagaikan singa yang kelaparan yang siap menerkam kapan pun.

"Ekhem.." dehaman guru itu seketika membuat siswa berhamburan pergi ke meja nya masing-masing.

Sedangkan Pak Dika hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan anak muridnya. 

"Selamat Pagi anak-anak" Sapa pak Dika, dia meletakkan buku dan tasnya diatas meja.

Setelahnya kehadiran sosok laki-laki di belakang Pak Dika membuat para siswa yang ada di sini te

"Hari ini, kita akan kedatangan teman baru, perkenalkan dirimu nak." Perintah Pak Dika, sedangkan Ansel hanya mengangguk saja.

Dia mulai maju, berdiri di tengah tengah.

"Perkenalkan, Namaku Ansel Gerrard. Salam kenal semuanya." Ansel hanya bisa tersenyum tipis setelahnya.

Lalu dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, rasa gerogi nya masih belum hilang sepenuhnya, padahal dia sudah menenangkan pikiran selama berkenalan tadi.

Pak Dika menyuruh Ansel duduk di sebelah kiri kursi Bella dengan Gissel yang kebetulan kosong, mereka duduk tepat di barisan ke tiga dari belakang dekat tembok.

Ansel mengernyit curiga dengan perempuan yang berada di sebelahnya. Hawa negatif nya begitu terasa, dan entah mengapa Ansel merasa tidak nyaman dengan dia. 

Seperti ada makhluk yang sangat besar dan menakutkan. Semoga saja kedepannya tidak ada masalah, karena ini adalah hari pertama dia bersekolah disini.

Dia tidak ingin citranya menjadi jelek. Dia harus menjaga baik-baik reputasi marga Gerrard yang dia sandang.

Bella menatap sinis ke arah Ansel, mungkin sesuatu yang ada di dalam dirinya seolah meronta ingin mengajak Ansel baku hantam sekarang juga.

Ansel tak sengaja melihat tatapan sinis yang Bella berikan, mata hazel milik Ella berwarna merah, dan ada sebuah lingkaran hitam di bawahnya.

Dugaannya benar tenyata, makhluk itulah yang membuat energi negatif begitu kentara di sini.

***

My School Secret (Ina Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang