Enjoy reading bestie 🥰
JENNIE POV
Hari sudah menjelang pagi.
Langkah kakiku gontai dengan sepasang sepatu hills yang aku tenteng di tangan sebelah kiri,tidak kuat lagi menahan rasa pegal disekujur kaki karena terus berpijak disepatu bersol tinggi yang tidak pernah akan aku pakai jika bukan karena pekerjaan.
Keluar dari bangunan sempit dan pengap sebuah bar kecil yang memperkerjakanku sebagai waiter,udara dingin namun menyegarkan serta remang matahari pagi yang masih tersipu segera menyambutku.
Kemeja putih polos berlengan panjang yang pas ditubuhku aku keluarkan,menutupi ketatnya rok hitam sepanjang setengah pahaku yang aku kenakan sebagai seragam kerja.
Kedua tanganku mengangkat tinggi rambutku,dan membuat ikatan cepol asal meringankan sedikit rasa berat dikepalaku.
"Jennie...sampai ketemu nanti malam".Wendy menepuk pundaku,berlalu melambaikan tangan padaku.Dia juga seorang pekerja paruh waktu sepertiku.
"Eumm.Sampai jumpa,hati hati dijalan".Jawabku dengan suara sedikit meninggi agar bisa terdengar olehnya yang sudah berlalu.
Aku memutuskan untuk berjalan kaki menggunakan flat shoesku.Selain karena rumahku cukup dekat,aku juga tidak ingin membuang buang uang untuk sekedar naik bus.
Pikiranku melanglang sepanjang perjalanan.
Pagi kemarin,kampus tempatku berkuliah memanggilku untuk memberitahukan perilah pencabutan beasiswa miliku yang aku dapatkan selama pendidikan S1 di fakultas Psikologi.
Aku mencoba mengajukan kembali untuk program studi S2 ku,tapi mereka menolaknya karena aku gagal mempertahankan nilai-nilaiku.IPK yang aku dapat sedikit dibawah standar persyaratan.
Itu artinya aku harus membayar full jika ingin progam magister ku tetap berjalan.
Kerja paruh waktu dan magang sementara yang sedang aku lakukan tidak akan cukup menyelesaikan semua masalah keuangan yang saat ini membelitku.
Bukan hanya perkara biaya kuliah.Aku yang hidup di lingkungan kumuh hanya bersama ibu dan adikku yang juga penyandang celebral palsy,telah lama berjuang untuk sekedar bisa mencukupi kebutuhan sehari hari.
Terdengar ironi bukan?!Ketika aku justru terobsesi menjadikan seorang Psikolog sebagai profesi yang aku impikan sementara aku sendiri tinggal dilingkungan yang penuh dengan manusia pesakitan secara mental.
15 menit berlalu,tanpa terasa rumah sekaligus restoran kecil tempat merebahkan lelahku,terlihat tepat didepan mataku.
Praaannggggg......
Suara bising pecah barang mengejutkanku,memaksaku menengadahkan pandangan dari tertunduk lesunya langkahku.
Ibuku dengan baju tidur tipisnya berdiri di depan pintu restoran,kedua tanganya menggenggam erat ujung ujung bajunya dengan ekspresi kasar mengguratkan garis kerut nyata didahinya.
Sementara tidak jauh dari tempatnya berdiri.Seorang bibi seusianya berdiri tegang,dengan sorot mata tak kalah sengitnya.
Apa yang terjadi?Haruskah sepagi ini?
Aku kelelahan secara fisik dan mental hari ini.Berharap pulang bisa sejenak merebahkan tubuh lelahku tapi kenyataanya aku masih harus melakonkan peran yang jelas menguji kewarasanku.
"Aku hanya memintamu membayar hutangmu,seharusnya aku yang marah padamu.Dasar pelacur tua!!!"
Teriakan bibi itu terdengar nyaring diantara sepinya pagi yang masih remang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My you
RomanceAku hanya menjadi realistis.Lucu ketika kamu bahkan tidak tahu cara hidup orang sepertiku kemudian datang untuk menghakimiku!Pepatah roda itu berputar seperti dunia dalam pijakan adalah kebenaran.Suatu hari aku akan berada diatas bersamamu,atau...ju...